Muqoddimah
إنّ
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيّئات
أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له، وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله
{يا أيّها الذين آمنوا
اتقوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ولا تَمُوتُنَّ إلاَّ وأَنتُم مُسْلِمُونَ}
{يا
أيّها الناسُ اتّقُوا ربَّكمُ الَّذي خَلَقَكُم مِن نَفْسٍ واحِدَةٍ وخَلَقَ
مِنْها زَوْجَها وبَثَّ مِنْهُما رِجالاً كَثِيراً وَنِساءً واتَّقُوا اللهََ
الَّذِي تَسَائَلُونَ بِهِ والأَرْحامَ إِنَّ اللهَ كان عَلَيْكُمْ
رَقِيباً }
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمالَكمْ ويَغْفِرْ لَكمْ ذُنوبَكُمْ ومَن يُطِعِ اللهَ ورَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزاً}
أما
بعد،فإن أصدق الحديث كلام الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكلّ
محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار .
Mutiara hikmah di balik Wasiat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbas Radiallahu
'anhu
عَنْ
عبدِ الله بنِ عبَّاسٍ رضي الله عنهما قالَ : كُنتُ خَلفَ النَّبيِّ فقال : يا غُلامُ إنِّي أعلِّمُكُ كَلماتٍ: احفَظِ
الله يَحْفَظْكَ، احفَظِ الله تَجِدْهُ تجاهَك، إذا سَأَلْت فاسألِ الله، وإذا
استَعنْتَ فاستَعِنْ باللهِ، واعلم أنَّ الأُمَّةَ لو اجتمعت على أنْ ينفعوك
بشيءٍ، لم ينفعوك إلاَّ بشيءٍ قد كَتَبَهُ الله لكَ، وإنِ اجتمعوا على أنْ يَضرُّوكَ بشيءٍ، لم
يضرُّوك إلاَّ بشيءٍ قد كتبهُ الله عليكَ، رُفِعَتِ الأقلامُ وجَفَّتِ الصُّحُفُ . رواه
الترمذيُّ ، وقال : حديثٌ حسنَ صَحيحٌ .وفي رواية غير التِّرمذي : احفظ
الله تجده أمامَك، تَعرَّفْ إلى اللهِ في الرَّخاء يَعْرِفْك في الشِّدَّةِ، واعلَمْ
أنَّ ما أخطَأَكَ لم يَكُن لِيُصِيبَكَ، وما أصابَكَ لم يَكُن ليُخطِئَكَ،واعلَمْ
أنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبر، وأنَّ الفَرَجَ مَعَ الكَرْبِ ، وأنَّ معَ العُسْرِ
يُسراً.
Dari Abdullah bin Abbas -radhiallahu anhu-. Ia berkata: Dahulu aku berada
dibelakang Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
di atas kendaraannya kemudian ia berkata: “Wahai anak muda, sesungguhnya
aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; Jagalah Allah niscaya Ia akan menjagamu. Jagalah Allah
niscaya kau akan mendapatinya di hadapanmu. Jika engkau berdo’a, berdo’alah
kepada Allah. Dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah.
Dan ketahuilah! Sesungguhnya, seandainya seluruh manusia bersatu ingin
memberikan kebaikan kepadamu, mereka tak akan sanggup kecuali sebatas apa yang
telah Allah tetapkan bagimu. Juga, seandainya seluruhnya mereka bersatu ingin
mendatangkan keburukan kepadamu, mereka tak akan sanggup kecuali sebatas apa
yang telah Allah tetapkan atasmu. Kalam telah diangkat dan lembaran-lembaran
catatan taqdir telah terlanjur kering.” (H.R. Tirmidzi dan ia
berkata: Hadits hasan shohih.)
Biografi
Perawi Hadits:
“Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu adalah
seorang sahabat yang mulia dan termasuk orang pilihan. Nama lengkapnya adalah
“Abdullah bin ‘Abbas bin ‘Abdil Muth-thalib al-Hasyimi al-Qurasyi, anak dari
paman Rasulullah. Beliau dilahirkan di Makkah, di Syi’b (lembah) bani Hasyim,
tepatnya tiga tahun sebelum hijrah, yaitu saat Rasulullah dan kaum muslimin
diboikot oleh musyrikin quraisy.
Beliau adalah penafsir Al-Qur’an dan pemuka
kaum muslimin dalam bidang tafsir. Karena keluasan ilmunya dalam bidang tafsir,
bahasa dan sya’ir Arab, beliau diberi gelar sebagai ulama dan lautan ilmu.
Beliaulah yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud sebagai sebaik-baik penerjemah
Al-Qur’an. Dan ketika Rasulullah wafat, beliau berusia 13 tahun.
Beliau dipanggil oleh para Khulafa-ur Rasyidin
untuk dimintai nasehat dan pertimbangannya dalam berbagai perkara. Beliau
menjadi gubernur pada zaman ‘Utsman tahun 35 H, Beliau juga menjadi ‘Amir
(gubernur) di Bashrah.
Abdullah bin Abbas meriwayatkan sekitar 1.660
hadits. Dia sahabat kelima yang paling banyak meriwayatkan hadist sesudah
`Aisyah. Beliau juga aktif menyambut jihad di Perang Hunain, Tha`if, Fathu
Makkah dan Haji Wada`. Selepas masa Rasul, Ia juga menyaksikan penaklukkan
afrika bersama Ibnu Abu As-Sarah, Perang Jamal dan Perang Shiffin bersama `Ali
bin Abi Thalib.
Pada akhir masa hidupnya, Ibnu `Abbas mengalami
kebutaan. Beliau menetap di Tha`if hingga wafat pada tahun 68H di usia 71
tahun. Demikianlah, Ibnu `Abbas memiliki kekayaan besar berupa ilmu pengetahuan
serta akhlaq `ulama.
Keilmuan “Abdullah
bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu
Dalam usia muda, Ibnu Abbas telah mendapat
tempat yang istimewa dikalangan para sahabat senior mengingat ilmu dan
ketajaman pemahamannya. Bukhari, dari jalur sanad Sa’id bin Jubair meriwayatkan
dari Ibnu Abbas bahwa ia menceritakan, “Umar mengikutsertakan aku ke dalam
kelompok para tokoh senior Badar. Nampaknya sebagian mereka merasa kurang suka
, lalu berkata, ‘Mengapa anak ini diikutsertakan ke dalam kelompok kami,
padahal kami pun memiliki anak-anak yang sepadan dengannya?’ Umar menjawab, ‘Ia
memang seperti yang kalian ketahui.’ Pada suatu hari Umar memanggil mereka dan
mengajak aku bergabung dengan mereka. Saya yakin, Umar memanggilku semata-mata
hanya untuk memamerkan saya dihadapan mereka. Ia berkata, ‘Bagaimana pendapat
tuan-tuan mengenai firman Allah Ta’ala, ‘Apabila pertolongan dan kemenangan
Allah telah tiba (An-Nasr: 1).’ Sebagian mereka menjawab, ‘Kita diperintah
untuk memuji Allah dan memohon ampunan-Nya Ia memberi kita pertolongan dan
kemenangan.’ Sedang yang lain diam, tidak berkata apapun. Lalu Umar berkata
kepadaku, ‘Begitukan pendapatmu hai Ibnu Abbas?’ ‘Tidak,’ jawabku. ‘Lalu
bagaimana menurutmu?’ tanyanya lebih lanjut. Aku pun menjawab, ‘Ayat itu adalah
sebagai penanda tentang ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang Allah
informasikan kepadanya, ‘Apabila pertolongan dan kemenangan dari Allah telah
datang.’ Dan itu sebagai pertanda ajalmu, wahai Muhammad. ‘Maka bertasbihlah
dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya Ia Maha
penerima taubat.’ Umar pun berkata, ‘Aku tidak mengetahui maksud ayat itu
kecuali apa yang kamu katakan.’
Wasiat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
berlaku untuk Umatnya
Dalam wasiat
ini kita bisa simpulkan bahwa siapapun yang menjaga Allah ta'ala dengan
senantiasa menjaga syariat agama-Nya dan batasan-batasan-Nya, yakni seseorang
selalu menjaga ketaatan kepada Allah ta'ala dan menegakkan batasan-batasan
Allah. Jika batasan tersebut berupa kewajiban maka ia tidak melampauinya. Jika
berupa keharaman, maka ia meninggalkan dan menjauh darinya. Siapa yang menjaga
Allah niscaya Allah akan menjaga diri nya, agamanya, keluarganya dan hartanya,
dan tidak ada yang bisa memadhorotkan dia siapun dan apapun kecuali karena
ketentuan Allah ta'ala yang telah di catat di lauhil mahfudz, dan setiap
manusia pasti memerlukan penjagaan Allah ta'ala, sampai sampai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan doa ini setiap pagi
dan sore.
اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ،
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ
وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ،
وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ،
وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada Engkau
kebajikan dan keselamatan dunia dan akhirat, dalam agama, dunia, keluarga dan
hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku dan perliharalah aku dari rasa takut.
Peliharalah aku dari depan, kanan, kiri, belakang, dan aku berlindung dengan
kebesaran-Mu agar tidak disambar dari bawahku.” (HR. Bukhari Adabul Mufrad)
Al-Hafizh lbnu Rajab al-Hanbali rahimahullah menerangkan kata “jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.”
فإن الله
عز و جل يحفظ المؤمن الحافظ لحدود دينه ويحول بينه وبين ما يفسد عليه دينه بأنواع
من الحفظ وقد لا يشعر العبد ببعضها وقد يكون كارها له
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla akan menjaga
seorang mukmin yang berusaha untuk senantiasa menjaga batasan/aturan agama
Allah dan Allah akan menghalangi dirinya dari perkara-perkara yang akan merusak
agamanya dengan berbagai macam bentuk penjagaan, yang terkadang hamba tersebut
tidak menyadari sebagiannya. Bahkan bisa jadi dia merasa tidak suka atas
perkara itu (bentuk penjagaan Allah,). (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam,
hal 243)
Macam macam penjagaan Allah ta'ala
Sebagaimana telah tersebut di atas dalam wasiat
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam
kepada Ibnu Abbas Radiallahu 'anhu, bahwa sesiapa yang terus menjaga Allah maka
ia akan mendapat penjagaan Allah ta'ala dan kebersamaan secara khusus
bersamanya. diantara penjagaan Allah ta'ala yang akan diberikan kepada hamba hambanya
adalah:
1.
Penjagaan Allah ta'ala dari makarnya orang yang berbuat makar, dan dari
kejahatan orang yang berbuat jahat
v Penjagaan Allah ta'ala terhadap Nabi Ibrihim 'Alaihi salam dari
makar musuh musuh Allah ta'ala.
Imam Ibnu Katsir dalam Kitab Qishash al-Anbiyâ
menceritakan tentang Nabi Ibrahim 'Alaihi salam dan penjagaan Allah ta'ala
terhadapnya, sebagaimana telah di ketahui bahwa Nabi Ibrahim 'Alaihi salam dilahirkan
dan dibesarkan di Babilonia. Di hari itu hanya ada tiga orang saja yang
menyembah Allah ta'ala yaitu: Ibrahim 'Alaihi salam, istrinya Sarah dan
keponakannya Luth. di masa Nabi Ibrahim manusia terbagi menjadi tiga kelompok.
Kelompok pertama menyembah patung-patung yang terbuat dari kayu dan batu.
Kelompok kedua menyembah bintang dan bulan dan kelompok ketiga menyembah
raja-raja atau penguasa
Singkat cerita di saat orang-orang Babilonia
pada waktu itu sedang menyembah patung, bintang, bulan dan matahari. Nabi
Ibrahim 'Alaihi salam mengajak kaumnya untuk meninggalkan sesembahan mereka dan
hanya menyembah Allah ta'ala saja. namun kaumnya menolak.
Suatu hari ketika kaumya mengadakan perayaan hari
besar agama mereka Ibrahim 'Alaihi salam menghancurkan berhala-berhala kecil
yang ada di dalam kuil mereka dan menyisakan berhala yang terbesar. Ketika
mereka kembali ke kuil, mereka mendapati tuhan-tuhan mereka sudah hancur
berantakan. Maka tuduhan pun jatuh kepada Ibrahim'Alaihi salam karena ia pernah
mengancam akan melakukan makar terhadap tuhan-tuhan orang Babilonia itu.
Al-Quran menceritakan dialog tersebut:
Mereka bertanya: “Apakah kamu, yang melakukan
perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, Hai Ibrahim?”Ibrahim menjawab: “Justru
patung yang besar itulah yang melakukannya. Karena itu tanyakan kepada
berhala-berhala (yang sudah hancur) itu, jika mereka dapat berbicara”.(QS.
Al-Anbiya:62-63)
Terhenyaklah para penyembah berhala itu karena
berhala-berhala yang selama ini mereka agungkan bukan saja tidak bisa membela
diri bahkan tidak bisa berkata-kata sama sekali.Maka mereka pun marah dan bergegas
hendak membakar Nabi Ibrahim 'Alaihi salam. Di sinilah datang ujian bagi beliau.
Diriwayatkan
oleh Bukhari dari ibnu abbas, ketika
Nabi Ibrahim 'Alaihi salam hendak di lempar hidup hidup ketengah tengah kobaran
api besar datanglah malaikat jibril menawarkan pertolongan, namu Nabi Ibrahim
'Alaihi salam memilih tawakkal kepada Allah ta'ala dan menyerahkan urusannya
kepadanya seraya mengucapkan kalimat
tauhid
”Hasbunallahu wani’mal wakil (Cukuplah Allah bagi kami, dan ia adalah sebaik-baik tempat
menyerahkan diri), di ucapkan oleh Ibrahim ketika ia di lemparkan ke dalam api,
dan juga di ucapkan oleh Rasulullah shalallahu 'alahi wasallam. Sewaktu ia
mendengar berita : Sungguh orang-orang kafir itu telah menghimpuh tentara untuk
memerangimu maka mereka pun berkata
”Hasbunal lahu wani’mal wakil (Cukuplah Allah bagi kami, dan ia adalah
sebaik-baik tempat menyerahkan diri),” (HR . Bukhari).
Dalam Al-Qur'an
diterangkan sebelum membakar Ibrahim, Raja Namrudz memerintahkan kaumnya untuk
mendirikan sebuah bangunan yang tinggi yang bertujuan agar semua rakyatnya
mengetahui tentang kejadian pembakaran ini.
“Mereka berkata, “Dirikanlah sebuah bangunan untuk (membakar
Ibrahim), lalu lemparkanlah dia kedalam api yang menyala-nyala itu.” (QS.
As-Shaffat 97).
Setelah
semuanya lengkap, mereka pun kemudian memasukan Ibrahim kedalam api yang panas.
Semua orang mengira Ibrahim akan terbakar dan hangus didalamnya. Namun, atas
kehendak dan pertolongan Allah ta'ala, api yang sangat besar dan sedang
membakar tubuh Ibrahim itu tidak mampu membinasakannya. Sebaliknya, api
tersebut menjadi dingin dan menyelamatkan Ibrahim.
lihatlah bagaimana Allah ta'ala melindungi orang yang telah
menjaganya.
فَاللَّهُ
خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Maka
Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara para
penyanyang. (QS: Yusuf Ayat: 64)
Dan menghinakan orang orang yang menentangnya bahkan raja namrudz
di hukum dengan cara di hinakan kematiannya dengan cara di msukkan beberapa
ekaor nyamuk dan menggerogoti otaknya hingga mati.
2. Penjagaan Allah ta'ala dari para penguasa dzalim, dan orang
orang yang melampaui batas.
v Penjagaan Allah terhadap Nabi
musa 'Alahi salam dari fir'aun penguasa dzalim dan tukang sihirnya
Ketika Fir’aun telah memberi mandat kepada para
tentaranya untuk segera menyebar mencari tukang-tukang sihir yang handal di
seluruh pelosok negeri Mesir. Tak lama berselang, terkumpullah puluhan ribu
ahli sihir yang terpandai di negeri itu, untuk bertanding dan berduel dengan
Nabi Musa "Alahi salam
Ibnu Katsir menukilkan adanya riwayat yang
menyebutkan jumlah mereka sampai belasan ribu orang. Allah Subhanahuwata’ala
berfirman,
فَلَمَّا
جَاءَ السَّحَرَةُ قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِن كُنَّا
نَحْنُ الْغَالِبِينَ قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذًا لَّمِنَ
الْمُقَرَّبِي
Tatkala ahli-ahli sihir itu datang, mereka pun
bertanya kepada Fir’aun, “Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar
jika kami Adalah orang-orang yang menang?” Fir’aun menjawab, “Ya, kalau
demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang
didekatkan (kepadaku).” (asy-Syu’araa: 41- 42)
Setelah mendapat jawaban Fir’aun, tukang-tukang
sihir itu segera berbalik menghadap kepada Nabi Musa dan Harun e, kemudian
mereka berkata, “Hai Musa, engkau yang menunjukkan keahlian lebih dahulu
ataukah kami?” “Kalian yang lebih dahulu. Lemparkanlah apa yang mau kalian
lemparkan,” jawab beliau.
Dengan penuh kesombongan dan yakin menang,
tukang-tukang sihir itu melemparkan tali dan semua peralatan sihir mereka
sambil berkata, “Demi kekuasaan Fir’aun, kami pasti menang.” Tiba-tiba dengan
takdir Allah ta'ala, tali dan tongkat yang mereka lemparkan itu ditampakkan
dalam pandangan Nabi Musa dan orang orang yang menyaksikannya seakan akan ular
yang merayap dengan cepat menuju ke arah beliau.
Para penonton ada yang ketakutan, bahkan Nabi
Musa pun sempat dihinggapi rasa takut. Allah Ta’ala berfirman,
سَحَرُوا
أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ
“Mereka menyulap
mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan
sihir yang besar (menakjubkan).” (al-A’raf: 116)
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِذَا
حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِن سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَىٰ فَأَوْجَسَ
فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُّوسَىٰ
“Tiba-tiba, tali-tali dan
tongkat tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat,
lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya.” (Thaha: 66-67).
Namun Allah Ta’ala berfirman, memberi
ketenangan dalam hati nabinya, bahwa siapapun yang menjaga agama Allah pasti
akan mendapat penjagaan:
قُلْنَا
لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنتَ الْأَعْلَ وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا
صَنَعُوا إِنَّمَا
صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلَا يُفْلِحُ
السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ
Kami berkata,“Janganlah kamu takut
,sesungguhnya kamulah yang paling (menang). Lemparkanlah apa yang ada ditangan
kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang
mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir( belaka),dan tukang sihir itu
tidak akan menang, dari mana saja ia datang.” (Thaha:68-69)
Para tukang sihir sudah merasa senang melihat
perubahan meski Sekilas pada wajah Nabi Musa Alaihissalam. Mereka mengira bahwa
setelah itu Nabi Musa q semakin ketakutan dan lari. Dugaan mereka salah.
Ternyata, dengan tenang, Nabiyullah Musa Alaihissalam melemparkan tongkatnya.
Dengan izin Allah Subhanahuwata’ala, tongkat itu menjadi ular besar yang dengan
cepat menelan ular-ular palsu buatan para tukang sihir tersebut dan membuat
mata para tukang sihir itu terbelalak dan bingung, karena sihir yang mereka
andalkan selama ini tidak ada artinya dibandingkan dengan apa yang dilakukan
oleh Nabi Musa Alaihissalam. Melihat kenyataan yang ada di hadapan mereka ini,
mereka pun menyadari bahwa apa yang dilakukanoleh Nabi Musa Alaihissalam
bukanlah sihir seperti yang mereka perbuat.
Akhirnya, mereka tunduk dan beriman dan sujud
kepada Allah ta'ala dengan sepenuh hati mereka. Fir’aun dan para pengikutnya
yang sudah merasa senang dan yakin akan kemenangan para tukang sihir terkejut
melihat ular-ular itu ditelan oleh ular besar yang berasal dari tongkat Nabi
Musa Alaihissalam. dan Allah ta'ala telah menjaga nabinya dan dialah sebaik
baik penjaga.
فَاللَّهُ
خَيْرٌ حَافِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Maka
Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara para
penyanyang. (QS: Yusuf Ayat: 64)
Melihat kekalahan para tukang sihirnya, bahkan
dengan berani sujud kepada Nabi Musa dan Harun di hadapannya, serta pengakuan
mereka bahwa mereka beriman kepada Allah Subhanahuwata’ala yang menciptakan
alam semesta, dengan penuh kemurkaan Fir’aun berteriak, “Kalian berani beriman
kepadanya sebelum aku memberi izin kepada kalian? Jangan-jangan, dialah yang
mengajari kalian ilmu sihir. Aku akan memotong tangan dan kaki kalian secara
bersilang lalu menyalib kalian di pokok-pokok kurma, supaya kalian tahu siapa
yang paling keras dan paling kekal siksanya.” Keimanan yang dengan cepat
meresap ke dalam hati para tukang sihir itu setelah melihat bukti nyata kebenaran
yang dibawa Nabi Musa Alaihissalam, membuat tukang-tukang sihir itu berani menantang
bahaya. Mereka tahu, Fir’aun tidak pernah main-main dengan ancamannya.Mereka
juga tahu betapa bengis dan jahatnya Fir’aun. Dengan tenang mereka menjawab,
“Kami tidak peduli, sesungguhnya kami yakin bahwa kami pasti kembali kepada
Rabb kami.” Ancaman Fir’aun itu justru menambah keimanan mereka. Allah Ta’ala
berfirman mengisahkan dialog tukang sihir fir'aun dengan fir'aun:
قَالُوا
لَن نُّؤْثِرَكَ عَلَىٰ مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا فَاقْضِ مَا أَنتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَٰذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا إِنَّا
آمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَايَانَا وَمَا أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ
مِنَ السِّحْرِ وَاللَّهُ خَيْرٌ
وَأَبْقَىٰ
Mereka berkata,“Kami sekali-kali tidak akan
mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang
kepada kami dan dari (Allah) yang telah menciptakankami; maka putuskanlah apa
yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya Akan dapat memutuskan
padakehidupan di dunia ini. Sesungguhnya kami Telah beriman kepada Rabb kami,
agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yangtelahkamup aksakan
kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik(pahala-Nya) dan lebih
kekal (azab-Nya).” (Thaha: 72—73)
v Penjagaan Allah ta'ala terhadap Imam Auza’i
deri keganasan panglima syi'ah yang dzalim
Tersebut dalam biografi Imam Auza’i (88–157
H/707–774 M) bahwa suatu hari dia dipanggil oleh seorang penguasa dzalim Abdullah
bin Ali, seorang
panglima perang yang menghabisi Bani Umayyah dan para pendukungnya. Adz-Dzahabi
mengatakan, ”Abdullah bin Ali adalah seorang raja yang dzalim, sewenang-wenang
dan suka menumpahkan darah. Kekuasaannya sangat kuat. Meskipun begitu,
Al-Auza’i tidak merasa gentar untuk mengatakan sebuah kebenaran.”
Sekitar 36.000 orang telah dibunuhnya dengan
alasan mereka (Bani Umayyah) telah merampas hak khilafah yang mestinya
dipegang oleh Ali bin Abi Thalib. Peristiwa pembunuhan besar-besaran ini
terjadi pada 132 H.
Sang panglima, Abdullah bin Ali yang berhaluan
syi’ah, memanggil Imam Auza’i dan terjadilah dialog. Berikut penggalannya.
ketika sang panglima perang itu memanggil Imam
Auza'i maka tidaklah yang di pikirkan selain kematian, akan tetapi Imam Auza'i
menyerahkan sepenunya kepada Allah ta'ala. maka sebelum ia menghadap panglima
dzalim tersebut ia sudah memakai kain kafan di balik jubahnya, dan berangkat
dengan penuh tawakkal kepada Allah ta'ala, dan terus mengucap: "Hasbunallahu wani’mal wakil (Cukuplah Allah bagi kami, dan ia adalah sebaik-baik tempat
menyerahkan diri) setelah berhadapan dengan panglima dzalim tersebut seolah
olah sang Imam melihat seekor lalat kecil di hadapannya, dan apa yang di
takutkan sebelumnya berubah menjadi keberanian yang tinggi seolah olah dia
tidak takut kecuali kepada Allah ta'ala. maka mulailah sang panglima dengan
congkaknya bertanya kepada sang Imam: "Apa pendapatmu, wahai Auza’i, tentang
pembunuhan terhadap Bani Umayyah? jawab Imam Auza’i: Adakah di antara kalian
dengan Bani Umayyah perjanjian? Abdullah
sang panglima menjawab: "Anggap saja tidak ada perjanjian apa pun",
maka Imam Auza’i menjawab dengan tegas: Haram dan berdosa, yang semua tanggung
jawabnya ada pada kamu, sebab Rasulullah saw bersabda, Tidak halal darah
seorang Muslim kecuali satu dari tiga hal, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Mas’ud,
ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Tidak
halal (penumpahan) darah seorang Muslim yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Allah dan bahwasanya aku (Nabi Muhammad saw) adalah
utusan Allah kecuali dikarenakan satu dari tiga hal; seseorang yang bersuami
(beristri) yang berzina, seseorang yang membunuh orang lain maka ia di-qisas, dan seseorang yang meninggalkan
agama yang berpisah dari jamaah (kaum Muslimin),” (Hadits Muttafaqun ‘alaih; Bukhari [6878], Muslim 1676).
Maka sang panglima Abdullah bin Ali
mengomentari: Tidakkah mereka bani umayyah telah merampas hak khalifah yang
oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah
diwasiatkan kepada Ali bin Abi Thalib?
Imam Auza’i menjawab: Kalau betul ada wasiat
dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang
hal itu, tentulah Ali bin Abi Thalib
tidak akan mau menerima ajakan berdamai dengan mengangkat dua orang juru
penengah. Maka terdiamlah Abdullah. Lalu melanjutkan pertanyaannya: Wahai
Auza'i Bagaimana pendapatmu dengan harta
Bani Umayyah yang aku rampas? Imam
Auza’i menjawab: Jika harta mereka yang bagi mereka halal, maka harta itu haram
bagimu, dan jika harta itu bagi mereka haram, maka bagimu lebih haram lagi
(lihat Siyar A’lam Nubala’ juz VII hal. 123 – 125).
Di
dalam satu riwayat sang panglima memberikan sekantong uang emas kepada Imam
Auza'i akan tetapi kemudian Imam membagi bagi uang tersebut kepada perajurit
yang berada dalam ruang sang panglima tersebut kemudian keluar seraya mengucap "Hasbunallahu wani’mal wakil (Cukuplah Allah bagi kami, dan ia adalah sebaik-baik tempat
menyerahkan diri), lafadz ini ia baca sa'at dia masuk dan sa'at di keluar. dan
sang panglima dzalim membiarkan Imam Auza'i pergi begitu saja tanpa di sakiti
dan Allah ta'ala menjaga Auza'i.
فَاللَّهُ
خَيْرٌ حَافِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Maka
Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara para
penyanyang. (QS: Yusuf Ayat: 64)
3. Penjagaan
dan pertolongan Allah ta'ala sa'at berperang
v
penjagaan Allah ta'ala terhadap pasukan
Qutaibah bin Muslim dalam setiap pertempuran.
Kita sering mendengar
kisah tentang Muhammad bin Wasi' seorang ahli zuhud di masanya, tatkala dia
berada dalam barisan askar yang dipimpin oleh Qutaibah bin Muslim untuk
meninggikan kalimah "La ilaha illallah" pada bahagian timur negara
Islam saat itu.
Maka pada suatu kesempatan, Qutaibah hendak menguji Muhammad bin Wasi' ini di hadapan panglima dan para menteri, maka Qutaibah berkata kepada para panglima dan para menteri ini, sementara di tangannya terdapat segenggam emas yang diperolehi daripada hasil ghanimah perang daripada musuh-musuh Islam, sebagai langkah awal, dia berkata kepada mereka: "Adakah tuan-tuan percaya bahawa kalau saya menyerahkan segenggam emas ini kepada seseorang, lalu dia akan menolaknya?" Mereka menjawab: "Kami sama sekali tidak percaya kalau ada orang yang menolak (zuhud) terhadap segenggam emas ini." Maka dia berkata: "Baik, saya akan memperlihatkan seseorang daripada umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. yang menyamakan emas dengan tanah kepada tuan-tuan. Maka dia pun berkata kepada para perajuritnya: "Panggillah Muhammad bin Wasi' untuk segera menghadapku." Maka dengan serta merta para perajurit itu menghampiri Muhammad untuk mereka hadapkan kepada pemimpin mereka, maka seketika mereka melihatnya bertasbih dan beristighfar (memohon ampun) serta memuji Allah ta'ala seraya memohon kepadaNya untuk kemenangan kaum Muslimin.
Maka pada suatu kesempatan, Qutaibah hendak menguji Muhammad bin Wasi' ini di hadapan panglima dan para menteri, maka Qutaibah berkata kepada para panglima dan para menteri ini, sementara di tangannya terdapat segenggam emas yang diperolehi daripada hasil ghanimah perang daripada musuh-musuh Islam, sebagai langkah awal, dia berkata kepada mereka: "Adakah tuan-tuan percaya bahawa kalau saya menyerahkan segenggam emas ini kepada seseorang, lalu dia akan menolaknya?" Mereka menjawab: "Kami sama sekali tidak percaya kalau ada orang yang menolak (zuhud) terhadap segenggam emas ini." Maka dia berkata: "Baik, saya akan memperlihatkan seseorang daripada umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. yang menyamakan emas dengan tanah kepada tuan-tuan. Maka dia pun berkata kepada para perajuritnya: "Panggillah Muhammad bin Wasi' untuk segera menghadapku." Maka dengan serta merta para perajurit itu menghampiri Muhammad untuk mereka hadapkan kepada pemimpin mereka, maka seketika mereka melihatnya bertasbih dan beristighfar (memohon ampun) serta memuji Allah ta'ala seraya memohon kepadaNya untuk kemenangan kaum Muslimin.
Maka tatkala dia menghadap Qutaibah, beliau pun
memberikan segenggam emas itu kepadanya. Maka dia pun mengambil emas tersebut
daripada Qutaibah, Dengan serta-merta Qutaibah tercengang! kerana sebelumnya
dia beranggapan bahawa, Muhammad bin Wasi' akan menolak pemberiannya. Seketika
itu juga, wajah Qutaibah berubah di hadapan para panglima dan para menteri itu,
Lalu Muhammad bin Wasi' keluar daripada majlis tersebut dengan membawa emas,
maka Qutaibah memerintahkan perajuritnya untuk mengawasinya ke mana dia akan
membawa emas tersebut? Lalu Qutaibah berkata: "Ya Allah, janganlah kamu
sia-siakan hasratku kepadanya." Muhammad bin Wasi' terus membawanya,
sampai ia bertemu dengan seorang miskin yang meminta-minta kepada perajurit
tersebut, maka dia pun memberikan semua pemberian Qutaibah itu kepadanya, dan
meminta do'a kepadanya akan kemenangan dalam berperang, Tatkala mereka
memberitahukan peristiwa tersebut kepada Qutaibah, maka diapun berkata kepada
orang yang berada di sekelilingnya: "Bukankah aku sudah mengatakan kepada
kalian bahawa masih ada hamba Allah daripada umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam . yang menyamakan
emas dengan tanah?!
Dalam kesempatan yang lain ketika Qutaibah bin
Muslim mengingankan Muhammad bin Wasi' di dapatinya dia sedang shalat duha' dan
memanjatkan do'a kemenangan, maka Qutaibah berkata: sesungguhnya kedua tangan
Muhammad bin Wasi' lebih baik dari pada seratus ribu ahli pedang, dan seratus
ribu pemuda tangguh.
Ketika terjadi perang Yarmuk, perang yang
terjadi antara kaum muslimin melawan pasukan Romawi (Bizantium), negara super
power saat itu, tahun 13 H/ 634 M.
Pasukan Romawi dengan peralatan perang yang
lengkap dan memiliki tentara yang sangat banyak jumlahnya dibandingkan pasukan
kaum muslimin. Pasukan Romawi berjumlah sekitar 240.000 ada yang mengatakan
280.000 orang dan pasukan kaum muslimin berjumlah 45.000 orang menurut sumber
islam ada yang mengatakan 32.000 pasukan.
Dalam perang Yarmuk, pasukan Romawi memiliki
tentara yang banyak, pengalaman perang yang mumpuni, peralatan perang yang
lengkap, logistik lebih dari cukup, dapat dikalahkan oleh pasukan kaum
muslimin, dengan izin Allah.
Ini adalah bukti yang nyata bahwa sesungguhnya
kemenangan itu bersumber dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pertempuran ini, oleh beberapa sejarawan,
dipertimbangkan sebagai salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia,
karena dia menandakan gelombang besar pertama penaklukan Muslim di luar Arab, dan
cepat masuknya Islam ke Palestina, Suriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya
menganut agama Kristen.
Suatu waktu datanglah salah satu tentara kholid
menemuinya dan berkata: wahai kholid alangkah banyaknya tentara romawi dan
alangkah sedikitnya tertara islam, maka ketika kholid mendengar ucapan ini ia
lantas menangis dan berkata: kembalikan semuanya kepada Allah ta'ala, katakan
oleh kamu alangkah banyaknya tentara islam dan alangkah sedikitnya tentara
romawi. ketika dua pasukan besar itu bertemu maka Allah menjaga kaum muslimin
dan memenangkan peperangan.
فَاللَّهُ
خَيْرٌ حَافِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Maka
Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara para
penyanyang. (QS: Yusuf Ayat: 64)
4. Penjagaan Allah ta'ala dengan menundukan
binatang buas dan kejelekannya
v Kisah Shilah
bin asy Syam al ‘adawi, ia Seorang yang ahli ibadah yang pemberani.
Ja’far ibn Zaid menghikayatkan, “Kami keluar
bersama salah satu dari pasukan muslimin dalam sebuah perang ke kota “Kabul“
(ibukota Afghanistan, terletak dekat sungai Kabul) dengan harapan Allah akan
memberikan kemenangan kepada kami. Dan adalah Shilah ibn Asyam berada di tengah
pasukan. Ketika malam telah menutupkan tirainya –dan kami berada di tengah
perjalanan-, para pasukan menurunkan bekalnya dan menyantap makanannya lalu
menunaikan shalat ‘Isya…
Mereka kemudian pergi menuju ke kendaraannya
mencari kesempatan untuk istirahat di sisinya… Maka, aku melihat Shilah ibn
Asyam pergi menuju ke kendaraannya sebagaimana mereka pergi. Ia lalu meletakkan
pinggangnya untuk tidur sebagaimana yang mereka lakukan.
Aku lantas berkata dalam hati, “Dimanakah yang
orang-orang riwayatkan tentang shalatnya orang ini dan ibadahnya serta apa yang
mereka sebarkan tentang shalat malamnya hingga kakinya bengkak?! Demi Allah,
aku akan menunggunya malam ini hingga aku melihat apa yang dikerjakannya.”
Tidak lama setelah para prajurit terlelap dalam
tidurnya…hingga aku melihatnya bangun dari tidurnya dan berjalan menjauh dari
perkemahan, bersembunyi dengan gelapnya malam dan masuk ke dalam hutan yang
lebat dengan pepohonannya yang tinggi dan rumput liar. Seakan-akan belum pernah
dijamah sejak waktu yang lama. Aku berjalan mengikutinya…
Sesampinya ia di tempat yang kosong, ia mencari
arah kiblat dan menghadap kepadanya. Ia bertakbir untuk shalat dan ia tenggelam
di dalamnya…aku melihatnya dari kejauhan. Aku melihatnya berwajah
berseri…tenang anggota badannya dan tenang jiwanya. Seakan-akan ia menemukan
seorang teman dalam kesepian, (menemukan) kedekatan dalam jauh dan cahaya yang
menerangi dalam gelap.
Di saat dia demikian…tiba-tiba muncul kepada
kami seekor singa dari sebelah timur hutan. Setelah aku merasa aku merasa yakin
darinya, bahwa yang datang itu macan hatiku serasa copot saking takutnya. Aku
lalu memanjat sebatang pohon yang tinggi untuk melindungiku dari ancamannya.
Singa tersebut terus saja mendekat kepada
Shilah ibn Asyam, sedangkan ia tenggelam dalam shalatnya hingga jaraknya
tinggal beberapa langkah saja darinya…Dan demi Allah ia tidak menoleh
kepadanya…tidak mempedulikannya…
Tatkala ia sujud, aku berkata, “Sekarang
(saatnya) ia akan menerkamnya.” Ketika ia bangkit dari sujudnya dan duduk,
singa itu berdiri di hadapannya seakan-akan memperhatikannya.
Ketika ia salam dari shalatnya, ia mengajak
dialog kepada singa itu dengan tenang: " wahai singa jika kedatanganmu di
perintah Allah ta'ala untuk membunuh dan memakanku maka maka bunuhlah aku dan
makanlah diriku karena sesungguhnya Aku tidak membawa senjata kecuali
perlindungan Allah ta'ala, akan tetapi jika kedatanganmu tidak untuk membunuh
dan memakan ku maka tinggalkanlah aku biarkan aku melanjutkan shalatku,
tiba-tiba saja singa tersebut berpaling darinya dengan tenang, dan kembali ke
tempat semula.
lihatlah perlindungan Allah kepada sang ahli
ibadah ini, Allah ta'ala selamatkan ia dari terkaman hewan buas, ini semua
karena Shilah bin asy Syam al ‘adawi telah menjaga Allah ta'ala oleh
karena Allah ta'ala menjaganya.
Di saat fajar telah terbit, ia bangkit untuk
menunaikan shalat fardlu. Kemudian ia mulai memuji Allah dengan pujian-pujian
yang aku belum pernah mendengar yang sepertinya sekalipun.
Ia kemudian berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku
memohon kepadaMu agar menyelamatkan aku dari neraka…Apakah seorang hamba yang
berbuat salah seperti aku berani untuk memohon surga kepadaMu?!” Ia terus saja
mengulang-ulangnya hingga ia menangis dan membuatku ikut menangis.
Kemudian ia kembali ke pasukannya tanpa ada
seorang pun yang tahu.
Nampak di mata orang-orang, seakan-akan ia baru bangun dari tidur di kasur. Sedangkan aku kembali dari mengikutinya, dan aku merasa (lelah dari) begadang malam…badan penat…dan ketakutan terhadap singa…dan apa-apa yang Allah Maha Tahu dengannya, sementara Shilah bin asy Syam tetap tegar dan bugar di pagi harinya seolah olah istirahat cukup di malam harinya.
Nampak di mata orang-orang, seakan-akan ia baru bangun dari tidur di kasur. Sedangkan aku kembali dari mengikutinya, dan aku merasa (lelah dari) begadang malam…badan penat…dan ketakutan terhadap singa…dan apa-apa yang Allah Maha Tahu dengannya, sementara Shilah bin asy Syam tetap tegar dan bugar di pagi harinya seolah olah istirahat cukup di malam harinya.
v
penjagaan Allah terhadap Uqbah ibn Nafi ketika
di utus Muawiyah bin Abi Sufyan ke Afrika
Perkembangan Islam di Afrika, tidak lepas dari
peran Muawiyah ibn Abi Sofyan. Dia mengutus Uqbah ibn Nafi menjadi
gubernur di Afrika pada 666 M dengan ibukota di Fustat. Ia memimpin pasukan
menghadapi tentara musuh yang mengacau di Fezzaan (sekarang daerah Libya
Selatan) dan Wardan. Uqbahlah yang pertama kali menembus padang pasir Sahara,
hutan hutan belantara dan tempat tempat yang belum di jamah manuisa, sampai
menembus wilayah-wilayah Sudan termasuk Ghana dan membuka jalan sampai ke kota.
Pada periode kedua masa Yazid bin muawiyah, Uqbah memperluas wilayah
kekuasaannya sampai Maroko. Berarti seluruh Ifriqiyah dan daerah al-Maghrib
al-Aqsa jatuh di tangannya dengan amat cepat dalam waktu yang sangat singkat,
maka Uqbah dijuluki sebagai Alexander Muslim.
ketika beliau membangun sebuah kota yang
bernama Al Qoirawan salah satu kota di afrika, dahulu sebelum kota tersebut
terbangun adalah sebuah hutan belantara yang penuh dengan binatang binatang
buas, dan hewan hewan yang berbahaya, seolah olah tempat tersebut tidak pantas
di huni manusia di dalamnya, akan tetapi dengan aqidah yang kuat yang di miliki
Uqbah bin nafi', dia mulai berdo'a, dan menyerahkan urusannya kepada Allah
ta'ala, akhirnya dengan izin Allah ta'ala semua binatang binatang buas keluar
dari hutan tersebut dan berpindah ketempat lain, sehingga salah seorang shaleh
mengatakan: " Sungguh Uqbah bin
Nafi' telah menjaga Allah ta'ala maka Allah ta'ala menjaganya"
فَاللَّهُ
خَيْرٌ حَافِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Maka
Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara para
penyanyang. (QS: Yusuf Ayat: 64)
5. Penjagaan Allah ta'ala dengan cara memelihara dan melindungi anak keturunannya setelah kewafatannya.
v penjagaan Allah terhadap harta anak yatim di zaman Nabi khidir
'Alahi sallam
Allah
ta'ala telah menceritakan di dalam Al Qur'an perjalanan nabi Musa 'Alahi sallam
yang berguru kepada Nabi khidir 'Alahi
sallam di antara pelajaran yang di petik adalah jawaban Nabi khidir 'Alahi
sallam terhadap Nabi musa 'Alahi sallam ketika bertanya kenapa ia membenahi bangunan yang hampir roboh
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي
الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا
فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا
رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ
تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak muda yang
yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua,
sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya
mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai
rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku
sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya`.(Al kahfi 82)
Para ahli
tafsir menjelaskan perkataan nabi khidir ini maksudnya: "Adapun yang
menjadi pendorong bagiku untuk menegakkan dinding itu karena di bawahnya ada
harta benda simpanan kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu dan ayahnya dahulu
seorang yang saleh. Maka Allah ta'ala memerintahkan kepadaku supaya menegakkan
dinding itu karena jika dinding itu jatuh (roboh) niscaya harta benda simpanan
tersebut akan nampak terlihat dan dikhawatirkan akan dicuri orang. Allah ta'ala
menghendaki agar kedua anak yatim itu mencapai umur dewasa dan mengeluarkan
simpanannya itu sendiri dari bawah dinding, sebagai rahmat dari pada-Nya. Dan
saya tidak mengerjakan semua pekerjaan itu atas dorongan dan kemauan saya sendiri
melainkan semata-mata atas perintah Allah ta'ala, karena sesuatu tindakan yang
berakibat merugikan harta benda manusia dan penumpahan darah tidak boleh
dikerjakan kecuali dengan izin dan wahyu dari Allah ta'ala. Demikianlah
penjelasan-penjelasan tentang ketetapan Ku yang kamu tidak sadar terhadapnya".
Ayat ini dalil yang jelas bahwa para orang tua
yang selalu menjaga Allah ta'ala maka selain Allah akan menjaganya maka ia pun
akan menjaga anak keturunannya (Ibnu Katsir)
6. Penjagaan Allah ta'ala terhadap para
hambanya dalam urusan dunia.
Sesungguhnya pada manusia ada 2 malaikat yang
selalu menjaganya.
لَهُ
مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ
اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا
بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءاً فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا
لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu
mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas
perintah Allah . Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS.
Ar-Raad: 11).
7. Penjagaan Allah ta'ala dalam urusan agama, dan
keimanan bagi hamba hamba yang selalu menjaganya dan inilah
penjagaan Allah ta'ala yang paling
penting.
Terjaganya diri dari syirik, bid'ah, syubhat
dan syahwat. sehingga bisa melaksanakan yang wajib dan sunnah, dan selalu
menjauhi larangan Allah dan rasulunya. Inilah penjagaan yang paling penting.
Sebagaimana Allah telah mengkisahkan penjagaan nya terhadap nabi Yusuf 'Alahi salam,
وَلَقَدْ
هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَن رَّأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ
لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاء إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Sesungguhnya wanita itu
telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud
(melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari)
Tuhannya . Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan
kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS.
Yusuf: 24)
Perkara perkara yang harus di jaga oleh seorang
hamba
Ø
Tauhid
Kenapa tauhid harus di dahulukan untuk di jaga?
karena ada beberapa hal yang penting dalam tauhid:
1. Karena tauhid adalah
dakwah pertama yang di serukan setiap para nabi dan rasul.
Allah subhanahu wata’ala
berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan), ،Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Taghut.،¨ (QS.an-Nahl:36)
2. Karena tauhid merupakan hak
Allah subhanahu wata’ala yang diwajibkan atas para hamba-Nya
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Hak Allah atas para hamba adalah bahwa hendaknya mereka
menyembah-Nya dan tidak menyekutukan Nya dengan sesuatu pun.” (HR.al-Bukhari)
3. Karena tauhid merupakan
jalan keselamatan dari neraka
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya
Allah mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan, La ilaha illallah, yang
ia hanya berharap keridhaan Allah.” (HR.Muslim)
4. Karena tauhid merupakan
hal pertama dan terakhir yang wajib didakwahkan
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Hendaklah hal pertama yang kamu dakwahkan kepada mereka,
persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” Dalam sebuah
riwayat disebutkan, “Hingga mereka mentauhidkan Allah.” (HR.
al-Bukhari).
5. Karena Allah subhanahu wata’ala mengharamkan siapa saja yang menentang tauhid
Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya, artinya, “Katakanlah, Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu
oleh Tuhanmu, yaitu, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia.” (QS.
al-An،¦am:151)
6. Tidak akan di raih suatu
kebaikan bagi umat ini kecuali dengan tauhid
Generasi pertama dulu baik karena kejernihan
aqidah dan keikhlasan hati mereka terhadap Allah subhanahu wata’ala
Yang Maha
Ø
Shalat lima waktu
Ibadah ini adalah ibadah yang sangat penting setelah
syahadat, dan ini perkara kedua yang harus di jaga oleh seorang hamba, di
karenakan beberapa hal:
1. Ibadah yang pertama kali di hisab Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ
مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ
صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ (رواه
الترميذي وأحمد وابن ماجه(
“Sesungguhnya
amal ibadah seseorang yang paling pertama kali dihisab adalah shalatnya. Jika
shlalatnya di nilai baik, maka bahagia dan tenanglah dia. Namun jika shalatnya
rusak, maka rugi dan sengsaralah dia.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Nasa’i)
2. Ibadah yang merupakan bukti identitas keislaman seorang
muslim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda:
قَالَ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بَيْنَ الْكُفْرِ وَالْإِيمَانِ
تَرْكُ الصَّلَاةِ
"Batas antara seseorang dengan kekufuran adalah
meninggalkan shalat.” (HR. Nasa’i, Tirmidzi dan Ahmad)
3. Ibadah
yang bisa mengendalikan Diri dari Kemaksiatan, Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ
"Dan
dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan
keji dan mungkar” (Al-Ankabut: 45)
4. Ibadah yang bisa
menjadi pembersih dari segala dosa
Dari Abu
Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallambersabda, “Menurut kalian seandainya ada sungai di depan pintu
rumah salah seorang dari kalian di mana dia mandi di dalamnya setiap hari lima
kali, apakah masih ada kotorannya yang tersisa sedikit pun?” Mereka
menjawab,”Tidak ada kotoran yang tersisa sedikit pun.” Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya
Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Ibadah yang bisa menguatkan jiwa dalam
menghadapi cobaan kehidupan
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman,
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا
عَلَى الْخَاشِعِينَ
“Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (Al-Baqarah: 45)
Ø
Wudhu'
Wudhu' adalah
salah satu Jalan dari jalan jalan surga, Perhatikan Bilal bin Robah
-radhiyallahu anhu-, beliau mendapatkan kabar gembira bahwa ia termasuk
penduduk surga, sebab ia telah berusaha menjaga wudhu'nya , dari Abu Hurairah -radhiyallahu
anhu-, ia berkata,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ
عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَا بِلَالُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي
الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ
قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُورًا فِي
سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي
أَنْ أُصَلِّيَ
“Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda kepada Bilal ketika sholat
Fajar, “Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang amalan yang paling engkau
harapkan yang pernah engkau amalkan dalam Islam, karena sungguh aku telah mendengarkan
detak kedua sandalmu di depanku dalam surga”. Bila berkata, “Aku tidaklah
mengamalkan amalan yang paling aku harapkan di sisiku. Cuma saya tidaklah
bersuci di waktu malam atau siang, kecuali aku sholat bersama wudhu’ itu
sebagaimana yang telah ditetapkan bagiku”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Al-Jum'ah,
Bab: Fadhl Ath-Thoharoh fil Lail wan Nahar (1149), dan Muslim (6274)]
Ø
Dzikir dan wirid
Berdzikir
adalah salah satu perintah Allah ta'ala yang mempunyai keutamaan melebihi
keutamaan ibadah yang lain, baik ketika dibaca dengan suara lirih ataupun
dengan suara keras, di masjid maupun dimana saja dan kapan saja, hal ini
dipertegas oleh firman Allah ta'ala:
وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Dan
Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari
ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al
Ankabut : 45)
Ø
Menjaga anggota badan seperti :
- hati
dan pikiran, pendengaran, penglihatan, lisan, Tangan, Kemaluan, Kaki, dan semua anggaota
badan yang lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar