Rabu, 10 April 2013

Wasiat nabi yang terlupakan...........



Muqoddimah
إنّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيّئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله
{يا أيّها الذين آمنوا اتقوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ولا تَمُوتُنَّ إلاَّ وأَنتُم مُسْلِمُونَ}
{يا أيّها الناسُ اتّقُوا ربَّكمُ الَّذي خَلَقَكُم مِن نَفْسٍ واحِدَةٍ وخَلَقَ مِنْها زَوْجَها وبَثَّ مِنْهُما رِجالاً كَثِيراً وَنِساءً واتَّقُوا اللهََ الَّذِي تَسَائَلُونَ بِهِ والأَرْحامَ إِنَّ اللهَ كان عَلَيْكُمْ رَقِيباً }
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمالَكمْ ويَغْفِرْ لَكمْ ذُنوبَكُمْ ومَن يُطِعِ اللهَ ورَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً}
أما بعد،فإن أصدق الحديث كلام الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكلّ محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار .

Mutiara hikmah di balik Wasiat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbas Radiallahu 'anhu
عَنْ عبدِ الله بنِ عبَّاسٍ رضي الله عنهما قالَ : كُنتُ خَلفَ النَّبيِّ  فقال : يا غُلامُ إنِّي أعلِّمُكُ كَلماتٍ: احفَظِ الله يَحْفَظْكَ، احفَظِ الله تَجِدْهُ تجاهَك، إذا سَأَلْت فاسألِ الله، وإذا استَعنْتَ فاستَعِنْ باللهِ، واعلم أنَّ الأُمَّةَ لو اجتمعت على أنْ ينفعوك بشيءٍ، لم ينفعوك إلاَّ بشيءٍ قد كَتَبَهُ الله لكَ، وإنِ اجتمعوا على أنْ يَضرُّوكَ بشيءٍ، لم يضرُّوك إلاَّ بشيءٍ قد كتبهُ الله عليكَ، رُفِعَتِ الأقلامُ وجَفَّتِ الصُّحُفُ . رواه الترمذيُّ ، وقال : حديثٌ حسنَ صَحيحٌ .وفي رواية غير التِّرمذي : احفظ الله تجده أمامَك، تَعرَّفْ إلى اللهِ في الرَّخاء يَعْرِفْك في الشِّدَّةِ، واعلَمْ أنَّ ما أخطَأَكَ لم يَكُن لِيُصِيبَكَ، وما أصابَكَ لم يَكُن ليُخطِئَكَ،واعلَمْ أنَّ النَّصْرَ مَعَ الصَّبر، وأنَّ الفَرَجَ مَعَ الكَرْبِ ، وأنَّ معَ العُسْرِ يُسراً.
Dari Abdullah bin Abbas -radhiallahu anhu-. Ia berkata: Dahulu aku berada dibelakang Nabi Shallallahu alaihi wa sallam di atas kendaraannya kemudian ia berkata: “Wahai anak muda, sesungguhnya aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat; Jagalah Allah niscaya Ia akan menjagamu. Jagalah Allah niscaya kau akan mendapatinya di hadapanmu. Jika engkau berdo’a, berdo’alah kepada Allah. Dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah! Sesungguhnya, seandainya seluruh manusia bersatu ingin memberikan kebaikan kepadamu, mereka tak akan sanggup kecuali sebatas apa yang telah Allah tetapkan bagimu. Juga, seandainya seluruhnya mereka bersatu ingin mendatangkan keburukan kepadamu, mereka tak akan sanggup kecuali sebatas apa yang telah Allah tetapkan atasmu. Kalam telah diangkat dan lembaran-lembaran catatan taqdir telah terlanjur kering.” (H.R. Tirmidzi dan ia berkata: Hadits hasan shohih.)
 Biografi Perawi Hadits:
“Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu adalah seorang sahabat yang mulia dan termasuk orang pilihan. Nama lengkapnya adalah “Abdullah bin ‘Abbas bin ‘Abdil Muth-thalib al-Hasyimi al-Qurasyi, anak dari paman Rasulullah. Beliau dilahirkan di Makkah, di Syi’b (lembah) bani Hasyim, tepatnya tiga tahun sebelum hijrah, yaitu saat Rasulullah dan kaum muslimin diboikot oleh musyrikin quraisy.
Beliau adalah penafsir Al-Qur’an dan pemuka kaum muslimin dalam bidang tafsir. Karena keluasan ilmunya dalam bidang tafsir, bahasa dan sya’ir Arab, beliau diberi gelar sebagai ulama dan lautan ilmu. Beliaulah yang dikatakan oleh Ibnu Mas’ud sebagai sebaik-baik penerjemah Al-Qur’an. Dan ketika Rasulullah wafat, beliau berusia 13 tahun.
Beliau dipanggil oleh para Khulafa-ur Rasyidin untuk dimintai nasehat dan pertimbangannya dalam berbagai perkara. Beliau menjadi gubernur pada zaman ‘Utsman tahun 35 H, Beliau juga menjadi ‘Amir (gubernur) di Bashrah.
Abdullah bin Abbas meriwayatkan sekitar 1.660 hadits. Dia sahabat kelima yang paling banyak meriwayatkan hadist sesudah `Aisyah. Beliau juga aktif menyambut jihad di Perang Hunain, Tha`if, Fathu Makkah dan Haji Wada`. Selepas masa Rasul, Ia juga menyaksikan penaklukkan afrika bersama Ibnu Abu As-Sarah, Perang Jamal dan Perang Shiffin bersama `Ali bin Abi Thalib.
Pada akhir masa hidupnya, Ibnu `Abbas mengalami kebutaan. Beliau menetap di Tha`if hingga wafat pada tahun 68H di usia 71 tahun. Demikianlah, Ibnu `Abbas memiliki kekayaan besar berupa ilmu pengetahuan serta akhlaq `ulama.
Keilmuan “Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu
Dalam usia muda, Ibnu Abbas telah mendapat tempat yang istimewa dikalangan para sahabat senior mengingat ilmu dan ketajaman pemahamannya. Bukhari, dari jalur sanad Sa’id bin Jubair meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia menceritakan, “Umar mengikutsertakan aku ke dalam kelompok para tokoh senior Badar. Nampaknya sebagian mereka merasa kurang suka , lalu berkata, ‘Mengapa anak ini diikutsertakan ke dalam kelompok kami, padahal kami pun memiliki anak-anak yang sepadan dengannya?’ Umar menjawab, ‘Ia memang seperti yang kalian ketahui.’ Pada suatu hari Umar memanggil mereka dan mengajak aku bergabung dengan mereka. Saya yakin, Umar memanggilku semata-mata hanya untuk memamerkan saya dihadapan mereka. Ia berkata, ‘Bagaimana pendapat tuan-tuan mengenai firman Allah Ta’ala, ‘Apabila pertolongan dan kemenangan Allah telah tiba (An-Nasr: 1).’ Sebagian mereka menjawab, ‘Kita diperintah untuk memuji Allah dan memohon ampunan-Nya Ia memberi kita pertolongan dan kemenangan.’ Sedang yang lain diam, tidak berkata apapun. Lalu Umar berkata kepadaku, ‘Begitukan pendapatmu hai Ibnu Abbas?’ ‘Tidak,’ jawabku. ‘Lalu bagaimana menurutmu?’ tanyanya lebih lanjut. Aku pun menjawab, ‘Ayat itu adalah sebagai penanda tentang ajal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang Allah informasikan kepadanya, ‘Apabila pertolongan dan kemenangan dari Allah telah datang.’ Dan itu sebagai pertanda ajalmu, wahai Muhammad. ‘Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya Ia Maha penerima taubat.’ Umar pun berkata, ‘Aku tidak mengetahui maksud ayat itu kecuali apa yang kamu katakan.’



Wasiat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berlaku untuk Umatnya
Dalam wasiat ini kita bisa simpulkan bahwa siapapun yang menjaga Allah ta'ala dengan senantiasa menjaga syariat agama-Nya dan batasan-batasan-Nya, yakni seseorang selalu menjaga ketaatan kepada Allah ta'ala dan menegakkan batasan-batasan Allah. Jika batasan tersebut berupa kewajiban maka ia tidak melampauinya. Jika berupa keharaman, maka ia meninggalkan dan menjauh darinya. Siapa yang menjaga Allah niscaya Allah akan menjaga diri nya, agamanya, keluarganya dan hartanya, dan tidak ada yang bisa memadhorotkan dia siapun dan apapun kecuali karena ketentuan Allah ta'ala yang telah di catat di lauhil mahfudz, dan setiap manusia pasti memerlukan penjagaan Allah ta'ala, sampai sampai Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan doa ini setiap pagi dan sore.
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
“Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada Engkau kebajikan dan keselamatan dunia dan akhirat, dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku dan perliharalah aku dari rasa takut. Peliharalah aku dari depan, kanan, kiri, belakang, dan aku berlindung dengan kebesaran-Mu agar tidak disambar dari bawahku.” (HR. Bukhari Adabul Mufrad)
Al-Hafizh lbnu Rajab al-Hanbali rahimahullah menerangkan kata “jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu.
فإن الله عز و جل يحفظ المؤمن الحافظ لحدود دينه ويحول بينه وبين ما يفسد عليه دينه بأنواع من الحفظ وقد لا يشعر العبد ببعضها وقد يكون كارها له
“Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla akan menjaga seorang mukmin yang berusaha untuk senantiasa menjaga batasan/aturan agama Allah dan Allah akan menghalangi dirinya dari perkara-perkara yang akan merusak agamanya dengan berbagai macam bentuk penjagaan, yang terkadang hamba tersebut tidak menyadari sebagiannya. Bahkan bisa jadi dia merasa tidak suka atas perkara itu (bentuk penjagaan Allah,). (Jami’ al-’Ulum wa al-Hikam, hal 243)
Macam macam penjagaan Allah ta'ala
Sebagaimana telah tersebut di atas dalam wasiat  Nabi Shallallahu alaihi wa sallam kepada Ibnu Abbas Radiallahu 'anhu, bahwa sesiapa yang terus menjaga Allah maka ia akan mendapat penjagaan Allah ta'ala dan kebersamaan secara khusus bersamanya. diantara penjagaan Allah ta'ala yang akan diberikan kepada hamba hambanya adalah:
1. Penjagaan Allah ta'ala dari makarnya orang yang berbuat makar, dan dari kejahatan orang yang berbuat jahat
v  Penjagaan Allah ta'ala terhadap Nabi Ibrihim 'Alaihi salam dari makar musuh musuh Allah ta'ala.
Imam Ibnu Katsir dalam Kitab Qishash al-Anbiyâ menceritakan tentang Nabi Ibrahim 'Alaihi salam dan penjagaan Allah ta'ala terhadapnya, sebagaimana telah di ketahui bahwa Nabi Ibrahim 'Alaihi salam dilahirkan dan dibesarkan  di Babilonia. Di hari itu hanya ada tiga orang saja yang menyembah Allah ta'ala yaitu: Ibrahim 'Alaihi salam, istrinya Sarah dan keponakannya Luth. di masa Nabi Ibrahim manusia terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama menyembah patung-patung yang terbuat dari kayu dan batu. Kelompok kedua menyembah bintang dan bulan dan kelompok ketiga menyembah raja-raja atau penguasa
Singkat cerita di saat orang-orang Babilonia pada waktu itu sedang menyembah patung, bintang, bulan dan matahari. Nabi Ibrahim 'Alaihi salam mengajak kaumnya untuk meninggalkan sesembahan mereka dan hanya menyembah Allah ta'ala saja. namun kaumnya menolak.
Suatu hari ketika kaumya mengadakan perayaan hari besar agama mereka Ibrahim 'Alaihi salam menghancurkan berhala-berhala kecil yang ada di dalam kuil mereka dan menyisakan berhala yang terbesar. Ketika mereka kembali ke kuil, mereka mendapati tuhan-tuhan mereka sudah hancur berantakan. Maka tuduhan pun jatuh kepada Ibrahim'Alaihi salam karena ia pernah mengancam akan melakukan makar terhadap tuhan-tuhan orang Babilonia itu. Al-Quran menceritakan dialog tersebut:
Mereka bertanya: “Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, Hai Ibrahim?”Ibrahim menjawab: “Justru patung yang besar itulah yang melakukannya. Karena itu tanyakan kepada berhala-berhala (yang sudah hancur) itu, jika mereka dapat berbicara”.(QS. Al-Anbiya:62-63)
Terhenyaklah para penyembah berhala itu karena berhala-berhala yang selama ini mereka agungkan bukan saja tidak bisa membela diri bahkan tidak bisa berkata-kata sama sekali.Maka mereka pun marah dan bergegas hendak membakar Nabi Ibrahim 'Alaihi salam. Di sinilah datang ujian bagi beliau.
Diriwayatkan oleh Bukhari dari ibnu  abbas, ketika Nabi Ibrahim 'Alaihi salam hendak di lempar hidup hidup ketengah tengah kobaran api besar datanglah malaikat jibril menawarkan pertolongan, namu Nabi Ibrahim 'Alaihi salam memilih tawakkal kepada Allah ta'ala dan menyerahkan urusannya kepadanya  seraya mengucapkan kalimat tauhid
”Hasbunallahu wani’mal wakil (Cukuplah Allah bagi kami, dan ia adalah sebaik-baik tempat menyerahkan diri), di ucapkan oleh Ibrahim ketika ia di lemparkan ke dalam api, dan juga di ucapkan oleh Rasulullah shalallahu 'alahi wasallam. Sewaktu ia mendengar berita : Sungguh orang-orang kafir itu telah menghimpuh tentara untuk  memerangimu maka mereka pun berkata ”Hasbunal lahu wani’mal wakil (Cukuplah Allah bagi kami, dan ia adalah sebaik-baik tempat menyerahkan diri),” (HR . Bukhari).
Dalam Al-Qur'an diterangkan sebelum membakar Ibrahim, Raja Namrudz memerintahkan kaumnya untuk mendirikan sebuah bangunan yang tinggi yang bertujuan agar semua rakyatnya mengetahui tentang kejadian pembakaran ini.
Setelah semuanya lengkap, mereka pun kemudian memasukan Ibrahim kedalam api yang panas. Semua orang mengira Ibrahim akan terbakar dan hangus didalamnya. Namun, atas kehendak dan pertolongan Allah ta'ala, api yang sangat besar dan sedang membakar tubuh Ibrahim itu tidak mampu membinasakannya. Sebaliknya, api tersebut menjadi dingin dan menyelamatkan Ibrahim.
lihatlah bagaimana Allah ta'ala melindungi orang yang telah menjaganya.
فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara para penyanyang. (QS: Yusuf Ayat: 64)
Dan menghinakan orang orang yang menentangnya bahkan raja namrudz di hukum dengan cara di hinakan kematiannya dengan cara di msukkan beberapa ekaor nyamuk dan menggerogoti otaknya hingga mati.

2. Penjagaan Allah ta'ala dari para penguasa dzalim, dan orang orang yang melampaui batas.

v  Penjagaan Allah terhadap Nabi musa 'Alahi salam dari fir'aun penguasa dzalim dan tukang sihirnya
Ketika Fir’aun telah memberi mandat kepada para tentaranya untuk segera menyebar mencari tukang-tukang sihir yang handal di seluruh pelosok negeri Mesir. Tak lama berselang, terkumpullah puluhan ribu ahli sihir yang terpandai di negeri itu, untuk bertanding dan berduel dengan Nabi Musa "Alahi salam
Ibnu Katsir menukilkan adanya riwayat yang menyebutkan jumlah mereka sampai belasan ribu orang. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,
فَلَمَّا جَاءَ السَّحَرَةُ قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ لَنَا لَأَجْرًا إِن كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذًا لَّمِنَ الْمُقَرَّبِي
Tatkala ahli-ahli sihir itu datang, mereka pun bertanya kepada Fir’aun, “Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami Adalah orang-orang yang menang?” Fir’aun menjawab, “Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan (kepadaku).” (asy-Syu’araa: 41- 42)
Setelah mendapat jawaban Fir’aun, tukang-tukang sihir itu segera berbalik menghadap kepada Nabi Musa dan Harun e, kemudian mereka berkata, “Hai Musa, engkau yang menunjukkan keahlian lebih dahulu ataukah kami?” “Kalian yang lebih dahulu. Lemparkanlah apa yang mau kalian lemparkan,” jawab beliau.
Dengan penuh kesombongan dan yakin menang, tukang-tukang sihir itu melemparkan tali dan semua peralatan sihir mereka sambil berkata, “Demi kekuasaan Fir’aun, kami pasti menang.” Tiba-tiba dengan takdir Allah ta'ala, tali dan tongkat yang mereka lemparkan itu ditampakkan dalam pandangan Nabi Musa dan orang orang yang menyaksikannya seakan akan ular yang merayap dengan cepat menuju ke arah beliau.
Para penonton ada yang ketakutan, bahkan Nabi Musa pun sempat dihinggapi rasa takut. Allah Ta’ala berfirman,
سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ
“Mereka menyulap  mata orang dan menjadikan orang banyak itu takut, serta mereka mendatangkan sihir yang besar (menakjubkan).” (al-A’raf: 116)
Dalam ayat lain, Allah Ta’ala berfirman,
فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِن سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَىٰ فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُّوسَىٰ
“Tiba-tiba, tali-tali dan tongkat tongkat mereka terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka. Maka Musa merasa takut dalam hatinya.” (Thaha: 66-67).
Namun Allah Ta’ala berfirman, memberi ketenangan dalam hati nabinya, bahwa siapapun yang menjaga agama Allah pasti akan mendapat penjagaan:
قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنتَ الْأَعْلَ وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ  وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَىٰ
Kami berkata,“Janganlah kamu takut ,sesungguhnya kamulah yang paling (menang). Lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir( belaka),dan tukang sihir itu tidak akan menang, dari mana saja ia datang.” (Thaha:68-69)
Para tukang sihir sudah merasa senang melihat perubahan meski Sekilas pada wajah Nabi Musa Alaihissalam. Mereka mengira bahwa setelah itu Nabi Musa q semakin ketakutan dan lari. Dugaan mereka salah. Ternyata, dengan tenang, Nabiyullah Musa Alaihissalam melemparkan tongkatnya. Dengan izin Allah Subhanahuwata’ala, tongkat itu menjadi ular besar yang dengan cepat menelan ular-ular palsu buatan para tukang sihir tersebut dan membuat mata para tukang sihir itu terbelalak dan bingung, karena sihir yang mereka andalkan selama ini tidak ada artinya dibandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Nabi Musa Alaihissalam. Melihat kenyataan yang ada di hadapan mereka ini, mereka pun menyadari bahwa apa yang dilakukanoleh Nabi Musa Alaihissalam bukanlah sihir seperti yang mereka perbuat.
Akhirnya, mereka tunduk dan beriman dan sujud kepada Allah ta'ala dengan sepenuh hati mereka. Fir’aun dan para pengikutnya yang sudah merasa senang dan yakin akan kemenangan para tukang sihir terkejut melihat ular-ular itu ditelan oleh ular besar yang berasal dari tongkat Nabi Musa Alaihissalam. dan Allah ta'ala telah menjaga nabinya dan dialah sebaik baik penjaga.
فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara para penyanyang. (QS: Yusuf Ayat: 64)
Melihat kekalahan para tukang sihirnya, bahkan dengan berani sujud kepada Nabi Musa dan Harun di hadapannya, serta pengakuan mereka bahwa mereka beriman kepada Allah Subhanahuwata’ala yang menciptakan alam semesta, dengan penuh kemurkaan Fir’aun berteriak, “Kalian berani beriman kepadanya sebelum aku memberi izin kepada kalian? Jangan-jangan, dialah yang mengajari kalian ilmu sihir. Aku akan memotong tangan dan kaki kalian secara bersilang lalu menyalib kalian di pokok-pokok kurma, supaya kalian tahu siapa yang paling keras dan paling kekal siksanya.” Keimanan yang dengan cepat meresap ke dalam hati para tukang sihir itu setelah melihat bukti nyata kebenaran yang dibawa Nabi Musa Alaihissalam, membuat tukang-tukang sihir itu berani menantang bahaya. Mereka tahu, Fir’aun tidak pernah main-main dengan ancamannya.Mereka juga tahu betapa bengis dan jahatnya Fir’aun. Dengan tenang mereka menjawab, “Kami tidak peduli, sesungguhnya kami yakin bahwa kami pasti kembali kepada Rabb kami.” Ancaman Fir’aun itu justru menambah keimanan mereka. Allah Ta’ala berfirman mengisahkan dialog tukang sihir fir'aun dengan fir'aun:
قَالُوا لَن نُّؤْثِرَكَ عَلَىٰ مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا  فَاقْضِ مَا أَنتَ قَاضٍ  إِنَّمَا تَقْضِي هَٰذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا إِنَّا آمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَايَانَا وَمَا أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ  وَاللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Mereka berkata,“Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan dari (Allah) yang telah menciptakankami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya Akan dapat memutuskan padakehidupan di dunia ini. Sesungguhnya kami Telah beriman kepada Rabb kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yangtelahkamup aksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih  baik(pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya).” (Thaha: 72—73)
v   Penjagaan Allah ta'ala terhadap Imam Auza’i deri keganasan  panglima syi'ah yang dzalim
Tersebut dalam biografi Imam Auza’i (88–157 H/707–774 M) bahwa suatu hari dia dipanggil oleh seorang penguasa dzalim Abdullah bin Ali, seorang panglima perang yang menghabisi Bani Umayyah dan para pendukungnya. Adz-Dzahabi mengatakan, ”Abdullah bin Ali adalah seorang raja yang dzalim, sewenang-wenang dan suka menumpahkan darah. Kekuasaannya sangat kuat. Meskipun begitu, Al-Auza’i tidak merasa gentar untuk mengatakan sebuah kebenaran.”
Sekitar 36.000 orang telah dibunuhnya dengan alasan mereka (Bani Umayyah)  telah merampas hak khilafah yang mestinya dipegang oleh Ali bin Abi Thalib. Peristiwa pembunuhan besar-besaran ini terjadi pada 132 H.
Sang panglima, Abdullah bin Ali yang berhaluan syi’ah, memanggil Imam Auza’i dan terjadilah dialog. Berikut penggalannya.
ketika sang panglima perang itu memanggil Imam Auza'i maka tidaklah yang di pikirkan selain kematian, akan tetapi Imam Auza'i menyerahkan sepenunya kepada Allah ta'ala. maka sebelum ia menghadap panglima dzalim tersebut ia sudah memakai kain kafan di balik jubahnya, dan berangkat dengan penuh tawakkal kepada Allah ta'ala, dan terus mengucap: "Hasbunallahu wani’mal wakil (Cukuplah Allah bagi kami, dan ia adalah sebaik-baik tempat menyerahkan diri) setelah berhadapan dengan panglima dzalim tersebut seolah olah sang Imam melihat seekor lalat kecil di hadapannya, dan apa yang di takutkan sebelumnya berubah menjadi keberanian yang tinggi seolah olah dia tidak takut kecuali kepada Allah ta'ala. maka mulailah sang panglima dengan congkaknya bertanya kepada sang Imam: "Apa pendapatmu, wahai Auza’i, tentang pembunuhan terhadap Bani Umayyah? jawab Imam Auza’i: Adakah di antara kalian dengan Bani Umayyah  perjanjian? Abdullah sang panglima menjawab: "Anggap saja tidak ada perjanjian apa pun", maka Imam Auza’i menjawab dengan tegas: Haram dan berdosa, yang semua tanggung jawabnya ada pada kamu, sebab Rasulullah saw bersabda, Tidak halal darah seorang Muslim kecuali satu dari tiga hal, telah menceritakan kepada kami  Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam    bersabda: “Tidak halal (penumpahan) darah seorang Muslim yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwasanya aku (Nabi Muhammad saw) adalah utusan Allah kecuali dikarenakan satu dari tiga hal; seseorang yang bersuami (beristri) yang berzina, seseorang yang membunuh orang lain maka ia di-qisas, dan seseorang yang meninggalkan agama yang berpisah dari jamaah (kaum Muslimin),” (Hadits Muttafaqun ‘alaih; Bukhari [6878], Muslim 1676).
Maka sang panglima Abdullah bin Ali mengomentari: Tidakkah mereka bani umayyah telah merampas hak khalifah yang oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam  telah diwasiatkan kepada Ali bin Abi Thalib?
Imam Auza’i menjawab: Kalau betul ada wasiat dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam  tentang hal itu, tentulah Ali bin Abi Thalib  tidak akan mau menerima ajakan berdamai dengan mengangkat dua orang juru penengah. Maka terdiamlah Abdullah. Lalu melanjutkan pertanyaannya: Wahai Auza'i  Bagaimana pendapatmu dengan harta Bani Umayyah yang aku rampas?  Imam Auza’i menjawab: Jika harta mereka yang bagi mereka halal, maka harta itu haram bagimu, dan jika harta itu bagi mereka haram, maka bagimu lebih haram lagi (lihat Siyar A’lam Nubala’ juz VII hal. 123 – 125).
Di dalam satu riwayat sang panglima memberikan sekantong uang emas kepada Imam Auza'i akan tetapi kemudian Imam membagi bagi uang tersebut kepada perajurit yang berada dalam ruang sang panglima tersebut kemudian keluar seraya mengucap "Hasbunallahu wani’mal wakil (Cukuplah Allah bagi kami, dan ia adalah sebaik-baik tempat menyerahkan diri), lafadz ini ia baca sa'at dia masuk dan sa'at di keluar. dan sang panglima dzalim membiarkan Imam Auza'i pergi begitu saja tanpa di sakiti dan Allah ta'ala menjaga Auza'i.
فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara para penyanyang. (QS: Yusuf Ayat: 64)
3. Penjagaan dan pertolongan Allah ta'ala sa'at berperang

v  penjagaan Allah ta'ala terhadap pasukan Qutaibah bin Muslim dalam setiap pertempuran.

Kita sering mendengar kisah tentang Muhammad bin Wasi' seorang ahli zuhud di masanya, tatkala dia berada dalam barisan askar yang dipimpin oleh Qutaibah bin Muslim untuk meninggikan kalimah "La ilaha illallah" pada bahagian timur negara Islam saat itu.

Maka pada suatu kesempatan, Qutaibah hendak menguji Muhammad bin Wasi' ini di hadapan panglima dan para menteri, maka Qutaibah berkata kepada para panglima dan para menteri ini, sementara di tangannya terdapat segenggam emas yang diperolehi daripada hasil ghanimah perang daripada musuh-musuh Islam, sebagai langkah awal, dia berkata kepada mereka: "Adakah tuan-tuan percaya bahawa kalau saya menyerahkan segenggam emas ini kepada seseorang, lalu dia akan menolaknya?"
Mereka menjawab: "Kami sama sekali tidak percaya kalau ada orang yang menolak (zuhud) terhadap segenggam emas ini." Maka dia berkata: "Baik, saya akan memperlihatkan seseorang daripada umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. yang menyamakan emas dengan tanah kepada tuan-tuan. Maka dia pun berkata kepada para perajuritnya: "Panggillah Muhammad bin Wasi' untuk segera menghadapku."  Maka dengan serta merta para perajurit itu menghampiri Muhammad untuk mereka hadapkan kepada pemimpin mereka, maka seketika mereka melihatnya bertasbih dan beristighfar (memohon ampun) serta memuji Allah ta'ala seraya memohon kepadaNya untuk kemenangan kaum Muslimin.
Maka tatkala dia menghadap Qutaibah, beliau pun memberikan segenggam emas itu kepadanya. Maka dia pun mengambil emas tersebut daripada Qutaibah, Dengan serta-merta Qutaibah tercengang! kerana sebelumnya dia beranggapan bahawa, Muhammad bin Wasi' akan menolak pemberiannya. Seketika itu juga, wajah Qutaibah berubah di hadapan para panglima dan para menteri itu, Lalu Muhammad bin Wasi' keluar daripada majlis tersebut dengan membawa emas, maka Qutaibah memerintahkan perajuritnya untuk mengawasinya ke mana dia akan membawa emas tersebut? Lalu Qutaibah berkata: "Ya Allah, janganlah kamu sia-siakan hasratku kepadanya." Muhammad bin Wasi' terus membawanya, sampai ia bertemu dengan seorang miskin yang meminta-minta kepada perajurit tersebut, maka dia pun memberikan semua pemberian Qutaibah itu kepadanya, dan meminta do'a kepadanya akan kemenangan dalam berperang, Tatkala mereka memberitahukan peristiwa tersebut kepada Qutaibah, maka diapun berkata kepada orang yang berada di sekelilingnya: "Bukankah aku sudah mengatakan kepada kalian bahawa masih ada hamba Allah daripada umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam . yang menyamakan emas dengan tanah?!
Dalam kesempatan yang lain ketika Qutaibah bin Muslim mengingankan Muhammad bin Wasi' di dapatinya dia sedang shalat duha' dan memanjatkan do'a kemenangan, maka Qutaibah berkata: sesungguhnya kedua tangan Muhammad bin Wasi' lebih baik dari pada seratus ribu ahli pedang, dan seratus ribu pemuda tangguh.
Ketika terjadi perang Yarmuk, perang yang terjadi antara kaum muslimin melawan pasukan Romawi (Bizantium), negara super power saat itu, tahun 13 H/ 634 M.
Pasukan Romawi dengan peralatan perang yang lengkap dan memiliki tentara yang sangat banyak jumlahnya dibandingkan pasukan kaum muslimin. Pasukan Romawi berjumlah sekitar 240.000 ada yang mengatakan 280.000 orang dan pasukan kaum muslimin berjumlah 45.000 orang menurut sumber islam ada yang mengatakan  32.000  pasukan.
Dalam perang Yarmuk, pasukan Romawi memiliki tentara yang banyak, pengalaman perang yang mumpuni, peralatan perang yang lengkap, logistik lebih dari cukup, dapat dikalahkan oleh pasukan kaum muslimin, dengan izin Allah.
Ini adalah bukti yang nyata bahwa sesungguhnya kemenangan itu bersumber dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pertempuran ini, oleh beberapa sejarawan, dipertimbangkan sebagai salah satu pertempuran penting dalam sejarah dunia, karena dia menandakan gelombang besar pertama penaklukan Muslim di luar Arab, dan cepat masuknya Islam ke Palestina, Suriah, dan Mesopotamia yang rakyatnya menganut agama Kristen.
Suatu waktu datanglah salah satu tentara kholid menemuinya dan berkata: wahai kholid alangkah banyaknya tentara romawi dan alangkah sedikitnya tertara islam, maka ketika kholid mendengar ucapan ini ia lantas menangis dan berkata: kembalikan semuanya kepada Allah ta'ala, katakan oleh kamu alangkah banyaknya tentara islam dan alangkah sedikitnya tentara romawi. ketika dua pasukan besar itu bertemu maka Allah menjaga kaum muslimin dan memenangkan peperangan.
فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara para penyanyang. (QS: Yusuf Ayat: 64)
4. Penjagaan Allah ta'ala dengan menundukan binatang buas dan kejelekannya
v  Kisah Shilah bin asy Syam al ‘adawi, ia Seorang yang ahli ibadah yang pemberani.
Ja’far ibn Zaid menghikayatkan, “Kami keluar bersama salah satu dari pasukan muslimin dalam sebuah perang ke kota “Kabul“ (ibukota Afghanistan, terletak dekat sungai Kabul) dengan harapan Allah akan memberikan kemenangan kepada kami. Dan adalah Shilah ibn Asyam berada di tengah pasukan. Ketika malam telah menutupkan tirainya –dan kami berada di tengah perjalanan-, para pasukan menurunkan bekalnya dan menyantap makanannya lalu menunaikan shalat ‘Isya…
Mereka kemudian pergi menuju ke kendaraannya mencari kesempatan untuk istirahat di sisinya… Maka, aku melihat Shilah ibn Asyam pergi menuju ke kendaraannya sebagaimana mereka pergi. Ia lalu meletakkan pinggangnya untuk tidur sebagaimana yang mereka lakukan.
Aku lantas berkata dalam hati, “Dimanakah yang orang-orang riwayatkan tentang shalatnya orang ini dan ibadahnya serta apa yang mereka sebarkan tentang shalat malamnya hingga kakinya bengkak?! Demi Allah, aku akan menunggunya malam ini hingga aku melihat apa yang dikerjakannya.”
Tidak lama setelah para prajurit terlelap dalam tidurnya…hingga aku melihatnya bangun dari tidurnya dan berjalan menjauh dari perkemahan, bersembunyi dengan gelapnya malam dan masuk ke dalam hutan yang lebat dengan pepohonannya yang tinggi dan rumput liar. Seakan-akan belum pernah dijamah sejak waktu yang lama. Aku berjalan mengikutinya…
Sesampinya ia di tempat yang kosong, ia mencari arah kiblat dan menghadap kepadanya. Ia bertakbir untuk shalat dan ia tenggelam di dalamnya…aku melihatnya dari kejauhan. Aku melihatnya berwajah berseri…tenang anggota badannya dan tenang jiwanya. Seakan-akan ia menemukan seorang teman dalam kesepian, (menemukan) kedekatan dalam jauh dan cahaya yang menerangi dalam gelap.
Di saat dia demikian…tiba-tiba muncul kepada kami seekor singa dari sebelah timur hutan. Setelah aku merasa aku merasa yakin darinya, bahwa yang datang itu macan hatiku serasa copot saking takutnya. Aku lalu memanjat sebatang pohon yang tinggi untuk melindungiku dari ancamannya.
Singa tersebut terus saja mendekat kepada Shilah ibn Asyam, sedangkan ia tenggelam dalam shalatnya hingga jaraknya tinggal beberapa langkah saja darinya…Dan demi Allah ia tidak menoleh kepadanya…tidak mempedulikannya…
Tatkala ia sujud, aku berkata, “Sekarang (saatnya) ia akan menerkamnya.” Ketika ia bangkit dari sujudnya dan duduk, singa itu berdiri di hadapannya seakan-akan memperhatikannya.
Ketika ia salam dari shalatnya, ia mengajak dialog kepada singa itu dengan tenang: " wahai singa jika kedatanganmu di perintah Allah ta'ala untuk membunuh dan memakanku maka maka bunuhlah aku dan makanlah diriku karena sesungguhnya Aku tidak membawa senjata kecuali perlindungan Allah ta'ala, akan tetapi jika kedatanganmu tidak untuk membunuh dan memakan ku maka tinggalkanlah aku biarkan aku melanjutkan shalatku, tiba-tiba saja singa tersebut berpaling darinya dengan tenang, dan kembali ke tempat semula.
lihatlah perlindungan Allah kepada sang ahli ibadah ini, Allah ta'ala selamatkan ia dari terkaman hewan buas, ini semua karena Shilah bin asy Syam al ‘adawi telah menjaga Allah ta'ala oleh karena Allah ta'ala menjaganya.
Di saat fajar telah terbit, ia bangkit untuk menunaikan shalat fardlu. Kemudian ia mulai memuji Allah dengan pujian-pujian yang aku belum pernah mendengar yang sepertinya sekalipun.
Ia kemudian berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu agar menyelamatkan aku dari neraka…Apakah seorang hamba yang berbuat salah seperti aku berani untuk memohon surga kepadaMu?!” Ia terus saja mengulang-ulangnya hingga ia menangis dan membuatku ikut menangis.
Kemudian ia kembali ke pasukannya tanpa ada seorang pun yang tahu.
Nampak di mata orang-orang, seakan-akan ia baru bangun dari tidur di kasur. Sedangkan aku kembali dari mengikutinya, dan aku merasa (lelah dari) begadang malam…badan penat…dan ketakutan terhadap singa…dan apa-apa yang Allah Maha Tahu dengannya, sementara
Shilah bin asy Syam tetap tegar dan bugar di pagi harinya seolah olah istirahat cukup di malam harinya.
v  penjagaan Allah terhadap Uqbah ibn Nafi ketika di utus Muawiyah bin Abi Sufyan ke Afrika
Perkembangan Islam di Afrika, tidak lepas dari peran Muawiyah ibn Abi Sofyan. Dia mengutus Uqbah ibn Nafi menjadi gubernur di Afrika pada 666 M dengan ibukota di Fustat. Ia memimpin pasukan menghadapi tentara musuh yang mengacau di Fezzaan (sekarang daerah Libya Selatan) dan Wardan. Uqbahlah yang pertama kali menembus padang pasir Sahara, hutan hutan belantara dan tempat tempat yang belum di jamah manuisa, sampai menembus wilayah-wilayah Sudan termasuk Ghana dan membuka jalan sampai ke kota. Pada periode kedua masa Yazid bin muawiyah, Uqbah memperluas wilayah kekuasaannya sampai Maroko. Berarti seluruh Ifriqiyah dan daerah al-Maghrib al-Aqsa jatuh di tangannya dengan amat cepat dalam waktu yang sangat singkat, maka Uqbah dijuluki sebagai Alexander Muslim.
ketika beliau membangun sebuah kota yang bernama Al Qoirawan salah satu kota di afrika, dahulu sebelum kota tersebut terbangun adalah sebuah hutan belantara yang penuh dengan binatang binatang buas, dan hewan hewan yang berbahaya, seolah olah tempat tersebut tidak pantas di huni manusia di dalamnya, akan tetapi dengan aqidah yang kuat yang di miliki Uqbah bin nafi', dia mulai berdo'a, dan menyerahkan urusannya kepada Allah ta'ala, akhirnya dengan izin Allah ta'ala semua binatang binatang buas keluar dari hutan tersebut dan berpindah ketempat lain, sehingga salah seorang shaleh mengatakan: " Sungguh  Uqbah bin Nafi' telah menjaga Allah ta'ala maka Allah ta'ala menjaganya"
فَاللَّهُ خَيْرٌ حَافِظًا ۖ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Maka Allah adalah sebaik-baik Penjaga dan Dia adalah Maha Penyanyang diantara para penyanyang. (QS: Yusuf Ayat: 64)

5. Penjagaan Allah ta'ala dengan cara memelihara dan melindungi  anak keturunannya setelah kewafatannya.

v  penjagaan Allah terhadap harta anak yatim di zaman Nabi khidir 'Alahi sallam

Allah ta'ala telah menceritakan di dalam Al Qur'an perjalanan nabi Musa 'Alahi sallam yang berguru kepada Nabi  khidir 'Alahi sallam di antara pelajaran yang di petik adalah jawaban Nabi khidir 'Alahi sallam terhadap Nabi musa 'Alahi sallam ketika bertanya kenapa ia membenahi  bangunan yang hampir roboh

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ذَلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا

Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak muda yang yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya`.(Al kahfi 82)

Para ahli tafsir menjelaskan perkataan nabi khidir ini maksudnya: "Adapun yang menjadi pendorong bagiku untuk menegakkan dinding itu karena di bawahnya ada harta benda simpanan kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu dan ayahnya dahulu seorang yang saleh. Maka Allah ta'ala memerintahkan kepadaku supaya menegakkan dinding itu karena jika dinding itu jatuh (roboh) niscaya harta benda simpanan tersebut akan nampak terlihat dan dikhawatirkan akan dicuri orang. Allah ta'ala menghendaki agar kedua anak yatim itu mencapai umur dewasa dan mengeluarkan simpanannya itu sendiri dari bawah dinding, sebagai rahmat dari pada-Nya. Dan saya tidak mengerjakan semua pekerjaan itu atas dorongan dan kemauan saya sendiri melainkan semata-mata atas perintah Allah ta'ala, karena sesuatu tindakan yang berakibat merugikan harta benda manusia dan penumpahan darah tidak boleh dikerjakan kecuali dengan izin dan wahyu dari Allah ta'ala. Demikianlah penjelasan-penjelasan tentang ketetapan Ku yang kamu tidak sadar terhadapnya".
Ayat ini dalil yang jelas bahwa para orang tua yang selalu menjaga Allah ta'ala maka selain Allah akan menjaganya maka ia pun akan menjaga anak keturunannya (Ibnu Katsir)
6. Penjagaan Allah ta'ala terhadap para hambanya dalam urusan dunia.
Sesungguhnya pada manusia ada 2 malaikat yang selalu menjaganya.
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللّهِ إِنَّ اللّهَ لاَ يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللّهُ بِقَوْمٍ سُوءاً فَلاَ مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah . Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Raad: 11).
7. Penjagaan Allah ta'ala dalam urusan agama, dan keimanan bagi hamba hamba yang selalu menjaganya dan inilah penjagaan Allah ta'ala  yang paling penting.
Terjaganya diri dari syirik, bid'ah, syubhat dan syahwat. sehingga bisa melaksanakan yang wajib dan sunnah, dan selalu menjauhi larangan Allah dan rasulunya. Inilah penjagaan yang paling penting. Sebagaimana Allah telah mengkisahkan penjagaan nya terhadap nabi Yusuf  'Alahi salam,
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ وَهَمَّ بِهَا لَوْلا أَن رَّأَى بُرْهَانَ رَبِّهِ كَذَلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاء إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
“Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya . Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24)
Perkara perkara yang harus di jaga oleh seorang hamba
Ø  Tauhid
Kenapa tauhid harus di dahulukan untuk di jaga? karena ada beberapa hal yang penting dalam tauhid:
1. Karena tauhid adalah dakwah pertama yang di serukan setiap para nabi dan rasul.
Allah subhanahu wata’ala berfirman: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ،Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Taghut.،¨ (QS.an-Nahl:36)
2. Karena tauhid merupakan hak Allah subhanahu wata’ala yang diwajibkan atas para hamba-Nya
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Hak Allah atas para hamba adalah bahwa hendaknya mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan Nya dengan sesuatu pun.” (HR.al-Bukhari)
3. Karena tauhid merupakan jalan keselamatan dari neraka
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan, La ilaha illallah, yang ia hanya berharap keridhaan Allah.” (HR.Muslim)
4. Karena tauhid merupakan hal pertama dan terakhir yang wajib didakwahkan
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Hendaklah hal pertama yang kamu dakwahkan kepada mereka, persaksian bahwa tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” Dalam sebuah riwayat disebutkan, “Hingga mereka mentauhidkan Allah.” (HR. al-Bukhari).
5. Karena Allah subhanahu wata’ala mengharamkan siapa saja yang menentang tauhid
Hal ini sebagaimana dalam firman-Nya, artinya, “Katakanlah, Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu, janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia.” (QS. al-An،¦am:151)
6. Tidak akan di raih suatu kebaikan bagi umat ini kecuali dengan tauhid  
Generasi pertama dulu baik karena kejernihan aqidah dan keikhlasan hati mereka terhadap Allah subhanahu wata’ala Yang Maha
Ø  Shalat lima waktu
Ibadah ini adalah ibadah yang sangat penting setelah syahadat, dan ini perkara kedua yang harus di jaga oleh seorang hamba, di karenakan beberapa hal:

1. Ibadah yang pertama kali di hisab Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ (رواه الترميذي وأحمد وابن ماجه(
“Sesungguhnya amal ibadah seseorang yang paling pertama kali dihisab adalah shalatnya. Jika shlalatnya di nilai baik, maka bahagia dan tenanglah dia. Namun jika shalatnya rusak, maka rugi dan sengsaralah dia.” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Nasa’i)

2. Ibadah yang merupakan bukti identitas keislaman seorang muslim, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda:
قَالَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بَيْنَ الْكُفْرِ وَالْإِيمَانِ تَرْكُ الصَّلَاةِ
"Batas antara seseorang dengan kekufuran adalah meninggalkan shalat.” (HR. Nasa’i, Tirmidzi dan Ahmad)
3. Ibadah yang bisa mengendalikan Diri dari Kemaksiatan, Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
"Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan  mungkar” (Al-Ankabut: 45)
4. Ibadah yang bisa  menjadi pembersih dari segala dosa
Dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu berkata, aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallambersabda, “Menurut kalian seandainya ada sungai di depan pintu rumah salah seorang dari kalian di mana dia mandi di dalamnya setiap hari lima kali, apakah masih ada kotorannya yang tersisa sedikit pun?” Mereka menjawab,”Tidak ada kotoran yang tersisa sedikit pun.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Begitulah perumpamaan shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Ibadah yang bisa menguatkan jiwa dalam menghadapi cobaan kehidupan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ
 Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (Al-Baqarah: 45)
Ø  Wudhu'
Wudhu' adalah salah satu Jalan dari jalan jalan surga, Perhatikan Bilal bin Robah -radhiyallahu anhu-, beliau mendapatkan kabar gembira bahwa ia termasuk penduduk surga, sebab ia telah berusaha menjaga wudhu'nya , dari Abu Hurairah -radhiyallahu anhu-, ia berkata,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِبِلَالٍ عِنْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ يَا بِلَالُ حَدِّثْنِي بِأَرْجَى عَمَلٍ عَمِلْتَهُ فِي الْإِسْلَامِ فَإِنِّي سَمِعْتُ دَفَّ نَعْلَيْكَ بَيْنَ يَدَيَّ فِي الْجَنَّةِ قَالَ مَا عَمِلْتُ عَمَلًا أَرْجَى عِنْدِي أَنِّي لَمْ أَتَطَهَّرْ طَهُورًا فِي سَاعَةِ لَيْلٍ أَوْ نَهَارٍ إِلَّا صَلَّيْتُ بِذَلِكَ الطُّهُورِ مَا كُتِبَ لِي أَنْ أُصَلِّيَ

“Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah bersabda kepada Bilal ketika sholat Fajar, “Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang amalan yang paling engkau harapkan yang pernah engkau amalkan dalam Islam, karena sungguh aku telah mendengarkan detak kedua sandalmu di depanku dalam surga”. Bila berkata, “Aku tidaklah mengamalkan amalan yang paling aku harapkan di sisiku. Cuma saya tidaklah bersuci di waktu malam atau siang, kecuali aku sholat bersama wudhu’ itu sebagaimana yang telah ditetapkan bagiku”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Al-Jum'ah, Bab: Fadhl Ath-Thoharoh fil Lail wan Nahar (1149), dan Muslim (6274)]
Ø  Dzikir dan wirid
Berdzikir adalah salah satu perintah Allah ta'ala yang mempunyai keutamaan melebihi keutamaan ibadah yang lain, baik ketika dibaca dengan suara lirih ataupun dengan suara keras, di masjid maupun dimana saja dan kapan saja, hal ini dipertegas oleh firman Allah ta'ala:
وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al Ankabut : 45)
Ø  Menjaga anggota badan seperti :
-  hati dan pikiran,  pendengaran,  penglihatan,  lisan,  Tangan, Kemaluan, Kaki, dan semua anggaota badan yang lainnya

Oleh: Ust. Ajat sudrajat (Abu Humairoh)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar