MUQODDIMAH
إنّ
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيّئات
أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له، وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله
{يا أيّها الذين آمنوا
اتقوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ولا تَمُوتُنَّ إلاَّ وأَنتُم مُسْلِمُونَ}
{يا
أيّها الناسُ اتّقُوا ربَّكمُ الَّذي خَلَقَكُم مِن نَفْسٍ واحِدَةٍ وخَلَقَ
مِنْها زَوْجَها وبَثَّ مِنْهُما رِجالاً كَثِيراً وَنِساءً واتَّقُوا اللهََ
الَّذِي تَسَائَلُونَ بِهِ والأَرْحامَ إِنَّ اللهَ كان عَلَيْكُمْ
رَقِيباً }
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمالَكمْ ويَغْفِرْ لَكمْ ذُنوبَكُمْ ومَن يُطِعِ اللهَ ورَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزاً}
أما
بعد،فإن أصدق الحديث كلام الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكلّ
محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار .
Indahnya silaturrahmi
Tidak ada bekal yang paling baik kecuali takwa,
dengannya bekal manusia masuk sorga, namun demikian sedikit manusia yang
meraihnya, takwa adalah kalimat ringan di ucap, namun berat dalam pengamalan,
hanya orang orang yang yang mendapat hidayah dan memiliki kesungguhan lah yang
dapat meraihnya, maka salah satu bentuk ketakwaan adalah ibadah silaturahmi
yang sangat besar pahalanya, Allah ta'ala menyebut di antara sifat takwa di
dalam Al Qur'an:
وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ
وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ
ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ
وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ
وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُتَّقُونَ
Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
(Al-Baqarah:177)
Dalam ayat ini Allah
menyebut di antara sifat orang orang yang bertakwa adalah suka silaturahmi yaitu
menyambung hubungan dekat dengan orang lain baik dengan cara berziarah,
memberikan sedekah, menyampaikan nasihat dan lain lain, di dalam Al Qur'an
banyak sekali ayat ayat yang menganjurkan tentang ibadah silaturahmi bahkan
Allah mengancam kepada orang orang yang suka memutus hubungan silaturahmi di
antar ayat ayat itu adalah:
فَهَلْ
عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا
أَرْحَامَكُمْ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى
أَبْصَارَهُمْ
Artinya: “Maka apakah kiranya jika kamu
berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan
kekeluargaan ? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya
telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.” (QS Muhammad
47:22-23).
Dalam ayat ini ada beberapa faidah:
·
Allah ta'ala menjadikan orang orang yang tidak
menyambung silaturrahmi sebagai para perusak di permukaan bumi.
·
Allah ta'ala menjadikan mereka lebih jelek dari
pada binatang dengan mencabut manfa'at pendengaran dan penglihatan, sehingga
mereka tidak bisa melihat dan mendengar seruan Allah ta'ala dan rasulnya
shallallahu 'alaihi wa sallam.
·
Allah ta'ala melaknat yaitu menjauhkan mereka
dari rahmat Allah ta'ala.
وَاتَّقُوا
اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu.” (QS An Nisaa’ 4:1).
Dalam ayat ini ada beberapa faidah:
·
Anjuran islam akan pentingnya silaturahmi
·
Allah ta'ala memberikan peringatan kepada para
pemutus silaturrahmi dengan mengiringkan dengan namanya
·
Orang orang yang menyambung silaturrahmi akan senantiasa
mendapat penjagaan dan pengawasan Allah ta'ala.
Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketakutan setelah
menerima wahyu, Khadijah berkata:
كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ
الرَّحِمَ، وَتَحْمِلُ الكَلَّ، وَتَكْسِبُ المَعْدُومَ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ،
وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الحَقِّ
Tidak, demi Allah, engkau tidak akan diabaikan oleh Allah selamanya,
karena sesungguhnya engkau telah menyambung hubungan silaturahmi, menolong yang
lemah, memberi orang yang membutuhkan, melayani tamu, dan membela kebenaran.
(Sahih Bukhari)
6.
Merupakan Wasiat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
Dari Abu Dzar radhiyallahu
'anhu berkata:
أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بِخِصَالٍ مِنَ
الْخَيْرِ: أَوْصَانِي: «بِأَنْ لَا
أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي،
وَأَوْصَانِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ، وَأَوْصَانِي أَنْ
أَصِلَ رَحِمِي وَإِنْ أَدْبَرَتْ، وَأَوْصَانِي أَنْ لَا أَخَافَ فِي اللَّهِ
لَوْمَةَ لَائِمٍ، وَأَوْصَانِي أَنْ أَقُولَ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا،
وَأَوْصَانِي أَنْ أُكْثِرَ مِنْ قَوْلِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا
بِاللَّهِ، فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ
Kekasihku shallallahu 'alaihi wasallam berwasiat kepadaku dengan
beberapa sifat yang baik: Ia berwasiat kepadaku untuk tidak melihat orang yang
di atasku (dari kenikmatan dunia) dan mewasiatkanku untuk melihat orang yang di
bawahku, mewasiatkanku untuk mencintai orang miskin dan selalu dekat dengan
mereka, mewasiatkanku untuk bersilaturahmi sekalipun mereka berpaling,
mewasiatkanku untuk tidak takut demi Allah kepada celaan orang yang suka
mencela, mewasiatkanku untuk mengatakan yang benar sekalipun pahit, dan
mewasiatkanku untuk banyak mengucapkan لَا حَوْلَ
وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
karena sesungguhnya kalimat itu adalah harta terpendam dari harta-harta
terpendam surga (berupa pahala yang sangat besar).(HR. Ibnu Hibban)
7.
Paling cepat diterima pahalanya
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
لَيْسَ
شَيْءٌ أُطِيعُ اللهَ فِيهِ أَعْجَلَ ثَوَابًا مِنْ صِلَةِ الرَّحِمِ، وَلَيْسَ
شَيْءٌ أَعْجَلَ عِقَابًا مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ، وَالْيَمِينِ
الْفَاجِرَةِ تَدَعُ الدِّيَارَ بَلَاقِعَ
"Tidak ada sesuatu yang dilakukan sebagai ketaatan kepada Allah
yang lebih cepat diterima pahalanya daripada silaturahmi, dan tidak ada sesuatu
yang lebih cepat diterima siksaannya daripada "al-bagyu", memutuskan
silaturahmi, dan sumpah palsu, ia akan meninggalkan rumah dengan
kemiskinan". (HR. Baihaqi dan dishahihkan oleh Al Albany)
8.
Tidak terputus dari nikmat, rahmat, dan kasih sayang Allah ta'ala
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ
الرَّحِمُ، فَقَالَتْ: هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ مِنَ الْقَطِيعَةِ، قَالَ:
نَعَمْ، أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ، وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ؟
قَالَتْ: بَلَى، قَالَ: فَذَاكِ لَكِ
"Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, sampai ketika selesai,
Ar-Rahim (hubungan kerabat) berdiri dan berkata: Ini adalah tempat meminta
perlindungan dari pemutusan (silaturahmi)!. Allah berkata: Betul, tidakkah kamu
rela jika Aku menyambung (dengan nikmat, rahmat, dan kasih sayang) orang yang
menyambungmu (bersilaturahmi), dan Aku memutuskan orang yang memutuskanmu?
Rahim berkata: Iya! Allah menjawab: Maka itu untuk kamu!".
Kemudian Rasulullah berkata: "Bacalah jika kalian mau":
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ
وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ، أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ
وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ، أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ
أَقْفَالُهَا
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di
muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka Itulah orang-orang yang
dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan
mereka. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka
terkunci? (Muhammad: 22-24) (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ،
وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللهُ
"Ar-Rahim bergantung di 'arsy dan berkata: Barangsiapa yang
menyambungku maka Allah akan menyambungnya, dan barangsiapa yang memutuskanku
maka Allah akan memutuskannya!". (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ
الرَّحِمَ شَجْنَةٌ مِنَ الرَّحْمَنِ، فَقَالَ اللَّهُ: مَنْ وَصَلَكِ وَصَلْتُهُ،
وَمَنْ قَطَعَكِ قَطَعْتُهُ
"Sesungguhnya Ar-Rahim adalah cabang dari Ar-Rahman, maka Allah
berkata: Barangsiapa yang menyambungmu (silaturahmi) maka Aku akan
menyambungnya, dan barang siapa yang memutuskanmu maka Aku akan
memutuskannya!". (HR. Bukhari)
9.
Sebab diterimanya amal kebaikan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ
أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيسٍ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، فَلَا
يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ
"Sesungguhnya amalan anak cucu Adam diperlihatkan setiapa hari
Kamis di malam Jum'at, maka tidak diterima amalan orang yang memutuskan
silaturahmi". ( HR. Ahmad)
10. Sebab di kabulkan Do'a
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
ما على
الأرض مسلم يدعو الله بدعوة إلا آتاه الله إياها أو صرف عنه من السوء مثلها مالم
يدع بإثم أو قطيعة رحم فقال رجل من القوم إذا نكثر قال الله أكثر
“Tidaklah seorang muslim diatas muka bumi ini berdoa kepada
Allooh dengan suatu doa yang didalamnya tidak mengandung dosa dan pemutusan
silaturahmi, melainkan Allooh akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga
kemungkinan; (yaitu) dikabulkan segera doanya itu, atau Dia akan menyimpan baginya di akhirat kelak, atau Dia akan
menghindarkan darinya keburukan yang semisalnya.” Maka
para Shohabat pun berkata, “Kalau begitu kita
memperbanyaknya.” Beliau pun bersabda, “Alloh lebih banyak
(memberikan pahala).
11. Salah satu tanda dan kewajiban iman. Sebagaimana riwayat Abu
Hurairah radhiyallahu
'anha bahwa Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda:
وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahim.” (Mutafaqun
‘alaihi).
12. Balasan silaturahim lebih besar dari pada
memerdekakan budak dan Allah ta'ala menjanjikan surga untuknya diakhirat.
Diriwayatkan Ummul mukminin Maimunah binti
al-Harits radhiyallahu 'anha, bahwasanya dia memerdekakan budak yang
dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam sebelumnya, maka tatkala pada hari yang
menjadi gilirannya, ia berkata: Apakah engkau merasa wahai Rasulullah bahwa
sesungguhnya aku telah memerdekakan budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya:
"Apakah sudah engkau lakukan?" Dia menjawab: Ya. Beliau bersabda:
"Adapun jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu niscaya lebih
besar pahalanya untukmu." (HR Bukhari dan Muslim) dan Allah
berfirman:
وَالَّذِينَ
يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ
وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa
yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan
takut kepada hisab yang buruk.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 21)
Adab adab bersilaturrahmi
1. Niat yang baik dan ikhlas di mana
silaturahmi yang ia lakukan semata mata kerena Allah
karena Ikatan hati yang terjalin antara dua
mukmin adalah karena anugerah Allah ta'ala. Ikatan inilah yang menyatukan hati
yang berbeda menjadi satu cita dan rasa. Sebuah ikatan yang sangat mahal. Maha
Benar Allah dalam firman-Nya,
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنْفَقْتَ
مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ
أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang
yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di
bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah
telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha
Bijaksana. (QS. Al-Anfal: 63)
2. Mengharap pahala
Tujuan Seorang Muslim bersilaturahim hendaknya
dalam rangka untuk mengejar pahala, bukan karena ada unsur kepentingan dunia
semata.
3. Memulai silaturahim dari yang terdekat, maka
semakin dekat hubungan rahim, maka semakin wajib
menyambungnya.
4. Mendahulukan silaturahim dengan orang yang
paling bertakwa kepada Allah ta'ala
Semakin bertakwa seorang karib kerabat kepada
Allah ta'ala atau semakin bagus agamanya maka semakin besar pula haknya dan
semakin bertambah pahala bersilaturahim dengannya. Meski begitu, silaturahim
juga dianjurkan kepada karib kerabat yang kafir dan tidak saleh, dengan tujuan
untuk mengajak pada jalan kebenaran.
5. Mempelajari nasab dan mencari-cari kerabat
yang bersambung kepada seseorang dari kerabat jauh
Ada sebagian orang, yang merasa cukup bersilaturahim dengan saudara-saudaranya saja, kemudian meninggalkan selain mereka. Ada pula sebagian orang yang bersilaturahim dengan orang yang ia kenal saja, tak begitu peduli terhadap karib kerabat jauhnya. Padahal, mereka sebenarnya juga berhak untuk disambung tali silaturahimnya.
Ada sebagian orang, yang merasa cukup bersilaturahim dengan saudara-saudaranya saja, kemudian meninggalkan selain mereka. Ada pula sebagian orang yang bersilaturahim dengan orang yang ia kenal saja, tak begitu peduli terhadap karib kerabat jauhnya. Padahal, mereka sebenarnya juga berhak untuk disambung tali silaturahimnya.
Nabi shalaullahu 'alahi wasallam bersabda bersabda, ‘’Pelajarilah nasab-nasab kalian
yang denga itu kalian dapat menyambung tali silaturahim. Sebab, menyambung
silaturahim dapat mendatangkan kasih saying dalam keluarga, mendatangkan harta,
dan memanjangkan umur.’’ (HR at-Tirmidzi).
6. Tidak berhenti menyambung silaturahim dengan
orang yang memutusnya
Dari Abdullah bin ’Amr radhiyallahu 'anhu berkata
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ
الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ
وَصَلَهَا
”Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah
seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi
seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali
menyambung silaturahmi setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR.
Bukhari, Ahmad, Abu Daud, At Tirmidziy dan An Nasa’i)
7. Memulai dengan bersedekah dan memberi hadiah
dan berbuat baik kepada kerabat yang membutuhkan.
8. Memperhatikan hari dan waktu yang tepat
untuk bersilaturahmi, dan jangan berkunjung di waktu yang tidak tepat seperti
waktu istirahat dan semacamnya
9. Berpenampilan yang sopan, rapih dan bersih
seperti memperbanyak senyum dan bermuka senang.
10. Berbicara yang tidak ada unsur maksiat
seperti berdusta, menggibah, mencaci, merendahkan orang lain dan sejenisnya.
11.
Menahan gangguan terhadap terhadap orang yang di kunjungi
Seorang Muslim seharusnya tak menyakiti orang
yang di ziarahinya, baik dengan perkataan maupun perbuatan, dan menjaga perasaan
mereka sebisa mungkin.
10. Menumbuhkan rasa gembira
Sebisa mungkin hendaknya seseorang saling
mengunjungi satu sama lain, terutama pada hari Ied yang di syari'atkan atau
pada saat-saat tertentu, terutama ketika orang lain terkena musibah
11. Saling
mendo'akan dan menasihati dengan cara yang baik.
12. Mencintai
saudara seiman sebagaimana mencintai diri sendiri. Inilah salah satu cara
mengikis ego diri yang efektif. Ketika tekad ini terwujud, yang terpikir adalah
bagaimana agar bisa memberi. Bukan meminta. Apalagi menuntut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
عَنْ
أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ
حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari
Anas radhiyallahu
'anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tidak sempurna keimanan seseorang dari
kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri" Imam Bukhari memberikan judul bab untuk hadits ini مِنَ الإِيمَانِ أَنْ يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (Termasuk kesempurnaan iman adalah
mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri).
13. Membayangkan kebaikan-kebaikan saudara
yang akan dikunjungi agar bisa berbuat adil dalam bergaul dan bersilaturahmi.
Bersalaman merupakan salah satu ibadah mulia yang
menjanjikan ganjaran menggiurkan. Nabi kita shallallahu’alaihiwasallam
menerangkan,
“مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ
فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا”.
“Tidaklah ada
dua orang muslim yang bertemu lalu saling bersalaman, melainkan dosa keduanya
akan diampuni sebelum mereka berdua berpisah”. HR. Abu Dawud dari
al-Bara’ bin ‘Azib dan dinyatakan sahih oleh al-Albany.
Namun manakala yang diajak bersalaman adalah
orang-orang yang sebenarnya tidak boleh kita salami, maka saat itu justru
dosalah yang menanti kita.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam
bersabda,
“لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ
بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ”.
“Lebih baik
kepala kalian ditusuk dengan jarum dari besi daripada ia memegang wanita yang
tidak halal baginya”. (HR. Thabarani no. 487 dari Ma’qil bin Yasar
dan dinilai kuat oleh al-Mundziry dan al-Albany.) .
Dan Nabi shallallahu’alaihiwasallam
merupakan sosok yang paling menjalin hubungan silaturrahmi, namun
demikian beliau tetap menghindari berjabat tangan dengan wanita yang bukan
mahram berkata ummul muminin Aisyah radhiyallahu’anha,
“وَلَا وَاللَّهِ، مَا مَسَّتْ يَدُهُ يَدَ
امْرَأَةٍ قَطُّ فِي الْمُبَايَعَةِ, مَا يُبَايِعُهُنَّ إِلَّا بِقَوْلِهِ: قَدْ
بَايَعْتُكِ عَلَى ذَلِكِ”.
“Tidak demi
Allah, tangan beliau sekalipun tidak pernah menyentuh tangan wanita saat baiat.
Beliau hanya membaiat mereka dengan berkata, “Aku telah membaiatmu untuk hal
itu”. HR. Bukhari.
Tujuan mulia
dalam bersilaturahmi
1.
Saling berdakwah dan memberi nasihat
Allah
ta’ala memerintahkan Nabi-Nya shallallahu’alaihiwasallam di awal masa dakwah
beliau,
“وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ”.
Artinya:
“Berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat”. QS.
Asy-Syu’ara’: 214.
karena
Persaudaraan yang dibumbui dengan saling berdakwah dan saling menasehati inilah
yang akan ‘abadi’ hingga di alam akhirat kelak firman Allah ta’ala,
الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ
لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ.
Artinya:
“Teman-teman karib pada hari itu (hari kiamat) saling bermusuhan satu sama
lain, kecuali mereka yang bertakwa”. QS. Az-Zukhruf: 67.
2. Saling tolong menolong di antar sesama baik urusan dunia atau akhirat
Orang
yang membantu kerabat akan mendapat pahala dobel; pahala sedekah dan pahala
silaturrahim. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
“الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَهِيَ عَلَى ذِي
الرَّحِمِ ثِنْتَانِ؛ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ”.
“Bantuan
sedekah terhadap kaum miskin memiliki
(berpahala) sedekah. Sedangkan sedekah terhadap kaum kerabat (berpahala)
berpahala ganda; pahala sedekah dan pahala silaturrahim”. (HR. Tirmidzi dari
Salman bin ‘Amir. At-Tirmidzi menilai hadits ini hasan).
3.
Saling memaafkan kesalahan
Betapa
banyak keluarga besar yang terbelah menjadi dua, hanya akibat merasa gengsi
untuk memaafkan kesalahan-kesalahan sepele. Padahal karakter pemaaf merupakan
salah satu sifat mulia yang amat dianjurkan dalam Islam. Allah ta’ala
berfirman,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ
وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Artinya:
“Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan, serta jangan
pedulikan orang-orang jahil”. QS. Al-A’raf: 199.
4.
Saling mendo'akan kebaikan
Betapapun
banyaknya kebaikan seseorang bila tidak diiringi dengan kerendahan hati untuk
memohon dan merasa butuh kepada Allah melalui doa, maka orang itu tidak akan
memperoleh ganjaran atas segenap kebaikannya tersebut. Demikian diriwayatkan
oleh istri Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam,
Aisyah radhiyallahu ’anha. Berkata Aisyah: “Ya Rasulullah, di
masa jahiliyyah Ibnu Jud’an menyambung tali silaturrahim dan memberi makan
kepada orang miskin. Apakah hal itu dapat memberikan manfaat bagi dirinya?”
Nabi menjawab: “Semua itu tidak akan memberikan manfaat baginya karena
sesungguhnya dia tidak pernah seharipun berdoa: ”Ya Rabbku, ampunilah
kesalahanku pada hari Kamat.” (HR Muslim no. 315)
Dan
Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:”Tidak ada sesuatu yang lebih mulia
di sisi Allah daripada do’a.” (HR Ibnu Majah no.3819)
Faktor faktor yang menyebebkan retaknya tali
silaturrahmi
1. Ketidaktahuan akan keutamaan dan bahaya
Memutuskan Tali Silaturrahmi.
Ketidaktahuan seseorang terhadap akibat buruk
nan akan dideritanya dlm kehidupan dunia maupun akhirat akibat memutuskan
silaturrahmi, telah menyebabkannya melakukan pemutusan silaturrahmi ini.
Sebagaimana juga ketidaktahuan seseorang tentang keutamaan silaturrahmi,
membuat dia malas dan kurang semangat melakukannya.
2. Keimanan yang Melemah.
Orang yang lemah imannya, maka dia tidak akan
perduli degan perbuatannya bahkan dia tidak tergiur dengan pahala silaturrahmi yang
dijanjikan Allah serta tak merasa takut dengan akibat dari pemutuskan
silaturrahmi ini.
3. Kesombongan.
Sebagian orang, jika sudah mendapatkan
kedudukan yang tinggi atau menjadi saudagar besar, dia berubah sombong kepada
keluarga dekatnya. Dia menganggap ziarah kepada keluarga merupakan kehinaan,
begitu juga usaha merebut hati mereka, dianggapnya sebagai kehinaan. Karena ia
memandang, hanya dirinya saja yang lebih berhak untuk diziarahi dan didatangi.
4. Perpisahan yang Lama.
Ada juga orang yang terputus komunikasi dgn keluarga
dekatnya dlm waktu yang lama, sehingga dia merasa terasingkan dari mereka.
Mula-mula dia menunda-menunda ziarah, dan itu terulang terus sampai akhirnya
terputuslah hubungan dengan mereka. Diapun terbiasa dengan terputus dan
menikmati keadaannya yang jauh dari keluarga.
5 Memberatkan diri ketika di kunjungi
Ada orang, jika dikunjungi oleh sanak
familinya, dia terlihat membebani dirinya utk menjamunya secara berlebihan.
Dikeluarkannya banyak harta dan memaksa diri untuk menghormati tamunya, padahal
dia kurang mampu. Akibatnya, saudara-saudaranya merasa berat untuk berkunjung
kepadanya karena khawatir menyusahkan tuan rumah.
6. Kurang Memperhatikan Peziarah.
Ada orang, jika dikunjungi oleh saudaranya, dia
tak memperlihatkan kepeduliannya. Dia tak memperhatikan omongannya. Bahkan
kadang dia memalingkan wajahnya saat diajak bicara. Dia tak senang dengan
kedatangan mereka dan tak berterima kasih. Dia menyambut para peziarah dgn
berat hati dan sambutan dingin. Ini akan mengurangi semangat utk
mengunjunginya.
7. Pelit Dan Bakhil.
Ada sebagian orang, jika diberi rizki oleh
Allah berupa harta atau wibawa, dia akan lari menjauh dari keluarga dekatnya,
bukan karena ia sombong. Dia lebih memilih menjauhi mereka dan memutuskan
silaturrahmi daripada membukakan pintu buat kaum kerabatnya, menerima mereka
jika bertamu, membantu mereka sesuai dengan kemampuan dan meminta maaf jika tak
bisa membantu. Padahal, apalah artinya harta jika tak bisa dirasakan oleh
kerabat
8. Menunda Pembagian Harta Warisan.
Terkadang ada harta warisan yang belum dibagi
di antara ahli waris, entah karena malas atau karena ada yang membangkang.
Semakin lama penundaan pembagian harta warisan, maka semakin besar kemungkinan
akan menyebarnya permusuhan dan saling membenci diantara mereka akibatnya perpecahan
serta membawa kepada pemutusan silaturrahmi.
9. Sibuk Dengan Dunia.
Orang yang rakus dunia seakan tak memiliki
waktu lagi untuk menyambung silaturrahmi dan untuk berusaha meraih kecintaan
kerabatnya.
10. Sebab Thalak Di Antara Kerabat.
Kadang thalak tidak terelakkan antara suami
istri yang memiliki hubungan kerabat. Ini menimbulkan berbagai macam kesulitan
bagi keduanya, entah disebabkan oleh anak-anak atau urusan-urusan lain yang
berkaitan erat degan thalak atau sebab yang lain.
11. Jarak yang Berjauhan Serta Malas Ziarah.
Kadang ada keluarga yang berjauhan tempat
tinggalnya dan jarang saling berkunjung, sehingga merasa jauh degan keluarga
dan kerabatnya, akhirnya malas untuk bersilaturahmi.
12. Kurang Sabar.
Ada sebagian orang yang tidak sabar dalam
menghadapi masalah kecil dari kerabatnya. Terkadang hanya disebabkan oleh
kesalahan kecil, dia segera mengambil sikap untuk memutuskan silaturrahmi.
13. Hasad Atau Dengki.
Kadang ada orang nan Allah anugerahkan padanya
ilmu, wibawa, harta atau kecintaan dari orang lain. Dengan anugerah nan
disandangnya, ia membantu kerabatnya serta melapangkan dadanya buat mereka.
Karena perbuatan yang baik ini, kemudian ada di antara kerabatnya yang hasad
kepadanya. Dia menanamkan bibit permusuhan, membuat kerabatnya yang lain
meragukan keikhlasan orang yang berbuat kebaikan tadi, dan kemudian menebarkan
benih permusuhan kepada kerabat yang berbuat baik ini.
19. Fitnah.
Terkadang ada orang nan memiliki hobi merusak
hubungan antar kerabat. Orang seperti ini sering menyusup ke tengah orang-orang
yang saling mencintai. Dia ingin memisahkan dan mencerai-beraikan persatuan,
serta mengacaukan perasaan hati nan telah menyatu. Betapa banyak tali
silaturrahmi terputus, persatuan menjadi berantakan disebabkan oleh fitnah.
14. Perangai Buruk Sebagian Istri.
Terkadang seseorang diuji dgn istri nan
berperangai buruk. Sang istri tak ingin perhatian suaminya terbagi kepada yang
lain. Dia terus berusaha menghalangi suami agar tak berziarah ke kerabat. Di
hadapan suami, istri ini memuji kedatangan kerabat mereka ke tempat tinggal
suami dan menghalangi suami untuk bertamu ke kerabatnya. Sementara itu, ketika
menerima kunjungan dari kerabat, dia tidak memperlihatkan wajah gembira. Ini
termasuk hal yang bisa menyebabkan terputusnya silaturrahmi.
15 Banyak Gurau.
Sering bergurau memiliki beberapa efek negatif.
Kadangkala ada kata yang terucap dari seseorang tanpa mempedulikan perasaan
orang lain yang mendengarnya. Perkataan menyakitkan ini kemudian menimbulkan
kebencian kepada orang yang mengucapkannya. Fakta seperti ini sering terjadi di
antara kerabat karena mereka sering berkumpul.
Ibnu Abdil Baar mengatakan: “Ada sekelompok
ulama nan membenci senda gurau secara berlebihan. Karena akibatnya nan tercela,
menyinggung harga diri, bisa mendatangkan permusuhan serta merusak tali
persaudaraan”
16. Lupa Kerabat Pada Saat Mempunyai Acara.
Saat salah seorang kerabat memiliki acara
walimah atau lainnya, dia mengundang kerabatnya, baik dengan lisan, lewat surat
undangan atau lewat telepon. Saat memberikan undangan ini, kadang ada salah
seorang kerabat yang terlupakan. Sementara yang terlupakan ini orang yang
berjiwa lemah atau sering berburuk sangka. Kemudian orang yang berjiwa lemah
ini menafsirkan kealpaan kerabatnya ini sebagai sebuah kesengajaan dan
penghinaan kepadanya. Buruk sangka ini menggiringnya untuk memutuskan
silaturrahmi.
17 . Rumah yang Berdekatan.
Rumah yang berdekatan juga bisa mengakibatkan
keretakan dan terputusnya silaturrahmi. Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab
Radhiyallahu 'anhu, beliau mengatakan: “Perintahkanlah kepada para kerabat agar
saling mengunjungi bukan untuk saling bertetangga”.
Al Ghazali mengomentari perkataan Umar ini:
“Beliau mengucapkan perkataan ini, karena bertetangga bisa mengakibatkan
persaingan hak. Bahkan mungkin bisa mengakibatkan rasa tak suka dan pemutusan
silaturrahmi”.
Aktsam bin Shaifi mengatakan: “Tinggallah di tempat
yang berjauhan, niscaya kalian akan semakin saling mencintai”. Dan banyak lagi
faktor faktor yang menyebebkan retaknya tali silaturrahmi. ( lihat majalah
As-Sunnah Edisi 01/Tahun IX/1426/2005M)
Ancaman Bagi orang yang memutuskan silaturahim
1. Laknat Allah ta'ala
2. Tempat kembali yang buruk (neraka)
وَالَّذِينَ
يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ
اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ
اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah
diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya
dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang
memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).”(QS.
Ar-Ra’d [13]: 25).
Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam hadis dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im Radhiyallahu
'anhu , bahwa beliau
saw bersabda:
لاَ يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ قَاطِعٌ. قَالَ سُفْيَانُ فِي رِوَايَتِهِ: يَعْنِي قَاطِعَ رَحِمٍ
“Tidak akan masuk surga, orang yang
memutuskan.” Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu mengatakan dalam riwayatnya:
“Maksudnya, orang yang memutuskan tali silaturahim.” (HR. Al-Bukhari 10/347 dan
Muslim no. 2556)
3. Dijadikan buta
dan tuli sehingga tidak bisa melihat kebenaran dan perintah
فَهَلْ
عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا
أَرْحَامَكُمْ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى
أَبْصَارَهُمْ
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu
akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan silaturahim kalian? Mereka
itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan
dibutakan-Nya penglihatan mereka.” (QS.
Muhammad: 22-23).
4. Orang yang
memutuskan silaturahim akan di segerakan mendapatkan azab di dunia dan akhirat
Dari Abu Bakrah Radhiyallahu
'anhu, dia
mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ ذَنْبٍ
أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا
مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِثْلُ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada dosa yang pantas untuk disegerakan
hukumannya oleh Allah bagi pelakunya di dunia bersamaan dengan (hukuman) yang
disimpan untuknya di akhirat, daripada kezaliman dan pemutusan silaturahim.”
(HR. Ahmad, 5/36, Abu Dawud, Kitabul Adab (43) no. 4901, dan ini lafadz beliau,
At-Tirmidzi dalam Shifatul Qiyamah no. 1513, dan beliau mengatakan hadits ini
shahih, Ibnu Majah dalam Kitab Az-Zuhd bab Al-Baghi, no. 4211)
Waullahu A'lam
oleh : Ust. Abu Humairoh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar