Rabu, 10 April 2013

Duhai Indahnya silaturrahmi



MUQODDIMAH
إنّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيّئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله
{يا أيّها الذين آمنوا اتقوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ولا تَمُوتُنَّ إلاَّ وأَنتُم مُسْلِمُونَ}
{يا أيّها الناسُ اتّقُوا ربَّكمُ الَّذي خَلَقَكُم مِن نَفْسٍ واحِدَةٍ وخَلَقَ مِنْها زَوْجَها وبَثَّ مِنْهُما رِجالاً كَثِيراً وَنِساءً واتَّقُوا اللهََ الَّذِي تَسَائَلُونَ بِهِ والأَرْحامَ إِنَّ اللهَ كان عَلَيْكُمْ رَقِيباً }
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمالَكمْ ويَغْفِرْ لَكمْ ذُنوبَكُمْ ومَن يُطِعِ اللهَ ورَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً}
أما بعد،فإن أصدق الحديث كلام الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكلّ محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار .

 

Indahnya silaturrahmi
Tidak ada bekal yang paling baik kecuali takwa, dengannya bekal manusia masuk sorga, namun demikian sedikit manusia yang meraihnya, takwa adalah kalimat ringan di ucap, namun berat dalam pengamalan, hanya orang orang yang yang mendapat hidayah dan memiliki kesungguhan lah yang dapat meraihnya, maka salah satu bentuk ketakwaan adalah ibadah silaturahmi yang sangat besar pahalanya, Allah ta'ala menyebut di antara sifat takwa di dalam Al Qur'an:
وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Al-Baqarah:177)
Dalam ayat ini Allah menyebut di antara sifat orang orang  yang bertakwa adalah suka silaturahmi yaitu menyambung hubungan dekat dengan orang lain baik dengan cara berziarah, memberikan sedekah, menyampaikan nasihat dan lain lain, di dalam Al Qur'an banyak sekali ayat ayat yang menganjurkan tentang ibadah silaturahmi bahkan Allah mengancam kepada orang orang yang suka memutus hubungan silaturahmi di antar ayat ayat itu adalah:
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِن تَوَلَّيْتُمْ أَن تُفْسِدُوا فِي اْلأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
Artinya: “Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan ? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikanNya telinga mereka, dan dibutakanNya penglihatan mereka.” (QS Muhammad 47:22-23).
Dalam ayat ini ada beberapa faidah:
·         Allah ta'ala menjadikan orang orang yang tidak menyambung silaturrahmi sebagai para perusak di permukaan bumi.
·         Allah ta'ala menjadikan mereka lebih jelek dari pada binatang dengan mencabut manfa'at pendengaran dan penglihatan, sehingga mereka tidak bisa melihat dan mendengar seruan Allah ta'ala dan rasulnya shallallahu 'alaihi wa sallam.
·         Allah ta'ala melaknat yaitu menjauhkan mereka dari rahmat Allah ta'ala.
وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) namaNya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS An Nisaa’ 4:1).
Dalam ayat ini ada beberapa faidah:
·         Anjuran islam akan pentingnya silaturahmi
·         Allah ta'ala memberikan peringatan kepada para pemutus silaturrahmi dengan mengiringkan dengan namanya
·         Orang orang yang menyambung silaturrahmi akan senantiasa mendapat penjagaan dan pengawasan Allah ta'ala.
إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ  الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّهِ وَلَا يَنْقُضُونَ الْمِيثَاقَ وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الحِسَابِ وَالَّذِينَ صَبَرُواْ ابْتِغَاء وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُواْ الصَّلاَةَ وَأَنفَقُواْ مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرّاً وَعَلاَنِيَةً وَيَدْرَؤُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُوْلَئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ وَالمَلاَئِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِم مِّن كُلِّ بَابٍ
Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik), (yaitu) surga 'Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu; (Ar ra'ad 21-24)
Dalam ayat ini ada beberapa faidah:
·         Sifat orang yang berakal adalah  suka silaturahmi
·         Silaturrahmi adalah perintah Allah ta'ala kepada hamba hambanya.
·         Allah ta'ala iringkan perintah silaturahmi dengan takut kepada Allah ta'ala dan takut kepada hisab yang buruk, sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki cukuplah hal ini menjadikan keutamaan silaturrahmi
·         Keutamaan silaturrahmi akan mendapat tempat yang indah dengan di janjikan padanya sorga 'Adn
·         Allah ta'ala akan mengumpulkan mereka dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya.

وَالَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الأَرْضِ أُوْلَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ

Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam). (Ar ra'ad 25) dan ayat yang semakna juga:
وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ الَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik, (yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. mereka Itulah orang-orang yang rugi. (Al-Baqarah: 26-27)
Dalam ayat ini ada beberapa faidah:
·         Allah Ta'ala menggolongkan para pemutus silaturahmi sebagi sifat orang orang fasik dan merugi
·         Allah ta'ala menjadikan orang orang yang tidak menyambung silaturrahmi sebagai para perusak di permukaan bumi.
·         Allah ta'ala melaknat orang orang yang tidak menyambung silaturrahmi.
·         Allah ta'ala menggolongkan orang orang yang tidak menyambung silaturrahmi sebagai para sebagai orang orang yang akan mendapat kerugian.
·         Allah ta'ala mengancam dengan tempat kembali mereka dengan tempat neraka seburuk buruk tempat.
Anjuran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tentang pentingnya silaturrahmi
Dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

اتَّقُوا اللهَ وَصِلُوا أَرْحَامَكُمْ

"Bertakwalah kalian kepada Allah dan sambunglah hubungan silaturahim kalian". (HR. Al baihaqi dan di shahihkan Al al bany dalam Syu'ab Al-Iman)
Dari Abdurrahman ibnu 'Auf radhiyallahu 'anhu berkata bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ
"Allah ’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya." (HR. Ahmad 1/194, shahih lighoirihi).
Dari Hakim bin Hizam radhiyallahu 'anhu , ia bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أرأيت أموراً كنت أتحنث بها في الجاهلية : من صلةٍ ، وعتاقةٍ وصدقةٍ هل لي فيها من أجر ؟ قال حكيم : قال رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ ” أسلمت على ما سلف من خير
“Ya Rasulallah, Bagaimana menurut Engkau tentang beberapa hal yang pernah aku lakukan di masa jahiliyah; seperti: silaturrahim, memerdekakan budak, dan bersedekah, apakah aku mendapatkan pahalanya? Hakim berkata: Rasulullah saw bersabda: Kamu masuk Islam atas berkat kebaikan yang telah dahulu kamu kerjakan.” (HR Al-Bukhari)
Keutamaan silaturrahmi
1. Sebab meraih sorga Allah ta'ala
Dari Abu Ayyub Al Anshori radhiyallahu 'anhu, Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab,
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ
"Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)." (HR. Bukhari no. 5983)
2. Sebab di tangguhkannya azab Allah ta'ala di dunia
Dari Abu Bakroh radhiyallahu 'anhu, Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا - مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ - مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
"Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)" (HR. Abu Daud no. 4902, Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah no. 4211, shahih).
3. Sebab di luaskannya rizki Allah ta'ala
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
"Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi." (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata,
مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
"Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya." (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)
Beberapa makna di panjangkan umur :
·         Di panjangkan secara hakiki yaitu seandainya umurnya 100 tahun tetapi karena ia tidak melakukan silaturrahmi menjadi 60 tahun, firman Allah ta’ala,
يَمْحُو اللّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِندَهُ أُمُّ الْكِتَابِ
Artinya: “Allah menghapus dan menetapkan apa yang Dia kehendaki. Dan di sisi-Nya terdapat ummul kitab (Lauh al-Mahfuzh)”. QS. Ar-Ra’du: 39.
Takdir yang masih berpeluang untuk dihapus dan ditetapkan adalah apa yang ada dalam ‘catatan’ malaikat. Adapun takdir yang termaktub dalam lauh al-mahfuzh di sisi Allah maka ini sama sekali tidak akan ada perubahan.
·         Di lapangkan dan di limpahkan rizkinya
·         Barokah dalam umurnya
·         Dikenang kenang manusia setelah wafatnya seolah olah ia tidak pernah meninggal
·         Di beri keturunan yang shalih yang terus mendo'akannya
4. Menambah rasa cinta di antara kerabat

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

تَعَلَّمُوا مِنْ أَنْسَابِكُمْ مَا تَصِلُونَ بِهِ أَرْحَامَكُمْ، فَإِنَّ صِلَةَ الرَّحِمِ مَحَبَّةٌ فِي الأَهْلِ، مَثْرَاةٌ فِي المَالِ، مَنْسَأَةٌ فِي الأَثَرِ

"Pelajarilah garis keturunan kalian agar kalian dapat menyambung hubungan silaturahmi, karena sesungguhnya menyambung hubungan silaturahmi memberi kecintaan kepada kerabat, manambah harta, dan memanjangkan umur". (HR. Tirmidzi )
5. Mendapatkan penjagaan Allah ta'ala

Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ketakutan setelah menerima wahyu, Khadijah berkata:

كَلَّا وَاللَّهِ مَا يُخْزِيكَ اللَّهُ أَبَدًا، إِنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وَتَحْمِلُ الكَلَّ، وَتَكْسِبُ المَعْدُومَ، وَتَقْرِي الضَّيْفَ، وَتُعِينُ عَلَى نَوَائِبِ الحَقِّ

Tidak, demi Allah, engkau tidak akan diabaikan oleh Allah selamanya, karena sesungguhnya engkau telah menyambung hubungan silaturahmi, menolong yang lemah, memberi orang yang membutuhkan, melayani tamu, dan membela kebenaran. (Sahih Bukhari)

6. Merupakan Wasiat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam

Dari Abu Dzar radhiyallahu 'anhu berkata:

أَوْصَانِي خَلِيلِي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، بِخِصَالٍ مِنَ الْخَيْرِ: أَوْصَانِي:  «بِأَنْ لَا أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقِي، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ دُونِي، وَأَوْصَانِي بِحُبِّ الْمَسَاكِينِ وَالدُّنُوِّ مِنْهُمْ، وَأَوْصَانِي أَنْ أَصِلَ رَحِمِي وَإِنْ أَدْبَرَتْ، وَأَوْصَانِي أَنْ لَا أَخَافَ فِي اللَّهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ، وَأَوْصَانِي أَنْ أَقُولَ الْحَقَّ وَإِنْ كَانَ مُرًّا، وَأَوْصَانِي أَنْ أُكْثِرَ مِنْ قَوْلِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ، فَإِنَّهَا كَنْزٌ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ

Kekasihku shallallahu 'alaihi wasallam berwasiat kepadaku dengan beberapa sifat yang baik: Ia berwasiat kepadaku untuk tidak melihat orang yang di atasku (dari kenikmatan dunia) dan mewasiatkanku untuk melihat orang yang di bawahku, mewasiatkanku untuk mencintai orang miskin dan selalu dekat dengan mereka, mewasiatkanku untuk bersilaturahmi sekalipun mereka berpaling, mewasiatkanku untuk tidak takut demi Allah kepada celaan orang yang suka mencela, mewasiatkanku untuk mengatakan yang benar sekalipun pahit, dan mewasiatkanku untuk banyak mengucapkan لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ karena sesungguhnya kalimat itu adalah harta terpendam dari harta-harta terpendam surga (berupa pahala yang sangat besar).(HR. Ibnu Hibban)

7. Paling cepat diterima pahalanya

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

 لَيْسَ شَيْءٌ أُطِيعُ اللهَ فِيهِ أَعْجَلَ ثَوَابًا مِنْ صِلَةِ الرَّحِمِ، وَلَيْسَ شَيْءٌ أَعْجَلَ عِقَابًا مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ، وَالْيَمِينِ الْفَاجِرَةِ تَدَعُ الدِّيَارَ بَلَاقِعَ

"Tidak ada sesuatu yang dilakukan sebagai ketaatan kepada Allah yang lebih cepat diterima pahalanya daripada silaturahmi, dan tidak ada sesuatu yang lebih cepat diterima siksaannya daripada "al-bagyu", memutuskan silaturahmi, dan sumpah palsu, ia akan meninggalkan rumah dengan kemiskinan". (HR. Baihaqi dan dishahihkan oleh Al Albany)

8. Tidak terputus dari nikmat, rahmat, dan kasih sayang Allah ta'ala

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللهَ خَلَقَ الْخَلْقَ حَتَّى إِذَا فَرَغَ مِنْهُمْ قَامَتِ الرَّحِمُ، فَقَالَتْ: هَذَا مَقَامُ الْعَائِذِ مِنَ الْقَطِيعَةِ، قَالَ: نَعَمْ، أَمَا تَرْضَيْنَ أَنْ أَصِلَ مَنْ وَصَلَكِ، وَأَقْطَعَ مَنْ قَطَعَكِ؟ قَالَتْ: بَلَى، قَالَ: فَذَاكِ لَكِ

"Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk, sampai ketika selesai, Ar-Rahim (hubungan kerabat) berdiri dan berkata: Ini adalah tempat meminta perlindungan dari pemutusan (silaturahmi)!. Allah berkata: Betul, tidakkah kamu rela jika Aku menyambung (dengan nikmat, rahmat, dan kasih sayang) orang yang menyambungmu (bersilaturahmi), dan Aku memutuskan orang yang memutuskanmu? Rahim berkata: Iya! Allah menjawab: Maka itu untuk kamu!".
Kemudian Rasulullah berkata: "Bacalah jika kalian mau":

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ، أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ، أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka Itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (Muhammad: 22-24) (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللهُ، وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللهُ

"Ar-Rahim bergantung di 'arsy dan berkata: Barangsiapa yang menyambungku maka Allah akan menyambungnya, dan barangsiapa yang memutuskanku maka Allah akan memutuskannya!". (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

 إِنَّ الرَّحِمَ شَجْنَةٌ مِنَ الرَّحْمَنِ، فَقَالَ اللَّهُ: مَنْ وَصَلَكِ وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَكِ قَطَعْتُهُ

"Sesungguhnya Ar-Rahim adalah cabang dari Ar-Rahman, maka Allah berkata: Barangsiapa yang menyambungmu (silaturahmi) maka Aku akan menyambungnya, dan barang siapa yang memutuskanmu maka Aku akan memutuskannya!". (HR. Bukhari)

9. Sebab diterimanya amal kebaikan

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

 إِنَّ أَعْمَالَ بَنِي آدَمَ تُعْرَضُ كُلَّ خَمِيسٍ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ، فَلَا يُقْبَلُ عَمَلُ قَاطِعِ رَحِمٍ

"Sesungguhnya amalan anak cucu Adam diperlihatkan setiapa hari Kamis di malam Jum'at, maka tidak diterima amalan orang yang memutuskan silaturahmi". ( HR. Ahmad)

10. Sebab di kabulkan Do'a
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
ما على الأرض مسلم يدعو الله بدعوة إلا آتاه الله إياها أو صرف عنه من السوء مثلها مالم يدع بإثم أو قطيعة رحم فقال رجل من القوم إذا نكثر قال الله أكثر
 Tidaklah seorang muslim diatas muka bumi ini berdoa kepada Allooh dengan suatu doa yang didalamnya tidak mengandung dosa dan pemutusan silaturahmi, melainkan Allooh akan memberikan kepadanya salah satu dari tiga kemungkinan; (yaitu) dikabulkan segera doanya itu, atau Dia akan menyimpan baginya di akhirat kelak, atau Dia akan menghindarkan darinya keburukan yang semisalnya.” Maka para Shohabat pun berkata, “Kalau begitu kita memperbanyaknya.” Beliau pun bersabda, “Alloh lebih banyak (memberikan pahala).
11. Salah satu tanda dan kewajiban iman. Sebagaimana riwayat Abu Hurairah radhiyallahu 'anha  bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah bersilaturahim.” (Mutafaqun ‘alaihi).
12. Balasan silaturahim lebih besar dari pada memerdekakan budak dan Allah ta'ala menjanjikan surga untuknya diakhirat.
Diriwayatkan Ummul mukminin Maimunah binti al-Harits radhiyallahu 'anha, bahwasanya dia memerdekakan budak yang dimilikinya dan tidak memberi kabar kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam  sebelumnya, maka tatkala pada hari yang menjadi gilirannya, ia berkata: Apakah engkau merasa wahai Rasulullah bahwa sesungguhnya aku telah memerdekakan budak (perempuan) milikku? Beliau bertanya: "Apakah sudah engkau lakukan?" Dia menjawab: Ya. Beliau bersabda: "Adapun jika engkau memberikannya kepada paman-pamanmu  niscaya lebih besar pahalanya untukmu." (HR Bukhari dan Muslim) dan Allah berfirman:
وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ
“Dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Rabbnya dan takut kepada hisab yang buruk.” (QS. Ar-Ra’d[13]: 21)
Adab adab bersilaturrahmi
1. Niat yang baik dan ikhlas di mana silaturahmi yang ia lakukan semata mata kerena Allah
karena Ikatan hati yang terjalin antara dua mukmin adalah karena anugerah Allah ta'ala. Ikatan inilah yang menyatukan hati yang berbeda menjadi satu cita dan rasa. Sebuah ikatan yang sangat mahal. Maha Benar Allah dalam firman-Nya,
وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ ۚ لَوْ أَنْفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Anfal: 63)
2. Mengharap pahala
Tujuan Seorang Muslim bersilaturahim hendaknya dalam rangka untuk mengejar pahala, bukan karena ada unsur kepentingan dunia semata.
3. Memulai silaturahim dari yang terdekat, maka semakin dekat hubungan rahim, maka semakin wajib menyambungnya.
4. Mendahulukan silaturahim dengan orang yang paling bertakwa kepada Allah ta'ala
Semakin bertakwa seorang karib kerabat kepada Allah ta'ala atau semakin bagus agamanya maka semakin besar pula haknya dan semakin bertambah pahala bersilaturahim dengannya. Meski begitu, silaturahim juga dianjurkan kepada karib kerabat yang kafir dan tidak saleh, dengan tujuan untuk mengajak pada jalan kebenaran.
5. Mempelajari nasab dan mencari-cari kerabat yang bersambung kepada seseorang dari kerabat jauh
Ada sebagian orang, yang merasa cukup bersilaturahim dengan saudara-saudaranya saja, kemudian meninggalkan selain mereka. Ada pula sebagian orang yang bersilaturahim dengan orang yang ia kenal saja, tak begitu peduli terhadap karib kerabat jauhnya. Padahal, mereka sebenarnya juga berhak untuk disambung tali silaturahimnya.
Nabi shalaullahu 'alahi wasallam bersabda  bersabda, ‘’Pelajarilah nasab-nasab kalian yang denga itu kalian dapat menyambung tali silaturahim. Sebab, menyambung silaturahim dapat mendatangkan kasih saying dalam keluarga, mendatangkan harta, dan memanjangkan umur.’’ (HR at-Tirmidzi).
6. Tidak berhenti menyambung silaturahim dengan orang yang memutusnya
Dari Abdullah bin ’Amr radhiyallahu 'anhu berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا
”Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari, Ahmad, Abu Daud, At Tirmidziy dan An Nasa’i)
7. Memulai dengan bersedekah dan memberi hadiah dan berbuat baik kepada kerabat yang membutuhkan.
8. Memperhatikan hari dan waktu yang tepat untuk bersilaturahmi, dan jangan berkunjung di waktu yang tidak tepat seperti waktu istirahat dan semacamnya
9. Berpenampilan yang sopan, rapih dan bersih seperti memperbanyak senyum dan bermuka senang.
10. Berbicara yang tidak ada unsur maksiat seperti berdusta, menggibah, mencaci, merendahkan orang lain dan sejenisnya.
11.  Menahan gangguan terhadap terhadap orang yang di kunjungi
Seorang Muslim seharusnya tak menyakiti orang yang di ziarahinya, baik dengan perkataan maupun perbuatan, dan menjaga perasaan mereka sebisa mungkin.
10. Menumbuhkan rasa gembira
Sebisa mungkin hendaknya seseorang saling mengunjungi satu sama lain, terutama pada hari Ied yang di syari'atkan atau pada saat-saat tertentu, terutama ketika orang lain terkena musibah
11. Saling mendo'akan dan menasihati dengan cara yang baik.
12. Mencintai saudara seiman sebagaimana mencintai diri sendiri. Inilah salah satu cara mengikis ego diri yang efektif. Ketika tekad ini terwujud, yang terpikir adalah bagaimana agar bisa memberi. Bukan meminta. Apalagi menuntut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Dari Anas radhiyallahu 'anhu  bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri" Imam Bukhari memberikan judul bab untuk hadits ini مِنَ الإِيمَانِ أَنْ يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ (Termasuk kesempurnaan iman adalah mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri).
 13. Membayangkan kebaikan-kebaikan saudara yang akan dikunjungi agar bisa berbuat adil dalam bergaul dan bersilaturahmi.
14. Berjabat tangan kecuali dengan yang bukan mahram
Bersalaman merupakan salah satu ibadah mulia yang menjanjikan ganjaran menggiurkan. Nabi kita shallallahu’alaihiwasallam menerangkan,
مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلَّا غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا”.
“Tidaklah ada dua orang muslim yang bertemu lalu saling bersalaman, melainkan dosa keduanya akan diampuni sebelum mereka berdua berpisah”. HR. Abu Dawud dari al-Bara’ bin ‘Azib dan dinyatakan sahih oleh al-Albany.
Namun manakala yang diajak bersalaman adalah orang-orang yang sebenarnya tidak boleh kita salami, maka saat itu justru dosalah yang menanti kita.
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
لأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لا تَحِلُّ لَهُ”.
“Lebih baik kepala kalian ditusuk dengan jarum dari besi daripada ia memegang wanita yang tidak halal baginya”. (HR. Thabarani no. 487 dari Ma’qil bin Yasar dan dinilai kuat oleh al-Mundziry dan al-Albany.) .
Dan Nabi shallallahu’alaihiwasallam merupakan sosok yang paling menjalin hubungan silaturrahmi, namun demikian beliau tetap menghindari berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram berkata ummul muminin Aisyah radhiyallahu’anha,
وَلَا وَاللَّهِ، مَا مَسَّتْ يَدُهُ يَدَ امْرَأَةٍ قَطُّ فِي الْمُبَايَعَةِ, مَا يُبَايِعُهُنَّ إِلَّا بِقَوْلِهِ: قَدْ بَايَعْتُكِ عَلَى ذَلِكِ”.
“Tidak demi Allah, tangan beliau sekalipun tidak pernah menyentuh tangan wanita saat baiat. Beliau hanya membaiat mereka dengan berkata, “Aku telah membaiatmu untuk hal itu”. HR. Bukhari.




Tujuan mulia dalam bersilaturahmi
1. Saling berdakwah dan memberi nasihat
Allah ta’ala memerintahkan Nabi-Nya shallallahu’alaihiwasallam di awal masa dakwah beliau,
وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ”.
Artinya: “Berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang terdekat”. QS. Asy-Syu’ara’: 214.
karena Persaudaraan yang dibumbui dengan saling berdakwah dan saling menasehati inilah yang akan ‘abadi’ hingga di alam akhirat kelak firman Allah ta’ala,
الْأَخِلَّاء يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ.
Artinya: “Teman-teman karib pada hari itu (hari kiamat) saling bermusuhan satu sama lain, kecuali mereka yang bertakwa”. QS. Az-Zukhruf: 67.

2. Saling tolong menolong di antar sesama baik urusan dunia atau akhirat
Orang yang membantu kerabat akan mendapat pahala dobel; pahala sedekah dan pahala silaturrahim. Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِينِ صَدَقَةٌ، وَهِيَ عَلَى ذِي الرَّحِمِ ثِنْتَانِ؛ صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ”.
“Bantuan sedekah terhadap kaum miskin memiliki  (berpahala) sedekah. Sedangkan sedekah terhadap kaum kerabat (berpahala) berpahala ganda; pahala sedekah dan pahala silaturrahim”. (HR. Tirmidzi dari Salman bin ‘Amir. At-Tirmidzi menilai hadits ini hasan).
3. Saling memaafkan kesalahan
Betapa banyak keluarga besar yang terbelah menjadi dua, hanya akibat merasa gengsi untuk memaafkan kesalahan-kesalahan sepele. Padahal karakter pemaaf merupakan salah satu sifat mulia yang amat dianjurkan dalam Islam. Allah ta’ala berfirman,
خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ
Artinya: “Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan kebajikan, serta jangan pedulikan orang-orang jahil”. QS. Al-A’raf: 199.
4. Saling mendo'akan kebaikan
Betapapun banyaknya kebaikan seseorang bila tidak diiringi dengan kerendahan hati untuk memohon dan merasa butuh kepada Allah melalui doa, maka orang itu tidak akan memperoleh ganjaran atas segenap kebaikannya tersebut. Demikian diriwayatkan oleh istri Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam,  Aisyah radhiyallahu ’anha. Berkata Aisyah: “Ya Rasulullah, di masa jahiliyyah Ibnu Jud’an menyambung tali silaturrahim dan memberi makan kepada orang miskin. Apakah hal itu dapat memberikan manfaat bagi dirinya?” Nabi menjawab: “Semua itu tidak akan memberikan manfaat baginya karena sesungguhnya dia tidak pernah seharipun berdoa: ”Ya Rabbku, ampunilah kesalahanku pada hari Kamat.” (HR Muslim no. 315)
Dan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda:”Tidak ada sesuatu yang lebih mulia di sisi Allah daripada do’a.” (HR Ibnu Majah no.3819)
Faktor faktor yang menyebebkan retaknya tali silaturrahmi
1. Ketidaktahuan akan keutamaan dan bahaya Memutuskan Tali Silaturrahmi.
Ketidaktahuan seseorang terhadap akibat buruk nan akan dideritanya dlm kehidupan dunia maupun akhirat akibat memutuskan silaturrahmi, telah menyebabkannya melakukan pemutusan silaturrahmi ini. Sebagaimana juga ketidaktahuan seseorang tentang keutamaan silaturrahmi, membuat dia malas dan kurang semangat melakukannya.
2. Keimanan yang Melemah.
Orang yang lemah imannya, maka dia tidak akan perduli degan perbuatannya bahkan dia tidak  tergiur dengan pahala silaturrahmi yang dijanjikan Allah serta tak merasa takut dengan akibat dari pemutuskan silaturrahmi ini.
3. Kesombongan.
Sebagian orang, jika sudah mendapatkan kedudukan yang tinggi atau menjadi saudagar besar, dia berubah sombong kepada keluarga dekatnya. Dia menganggap ziarah kepada keluarga merupakan kehinaan, begitu juga usaha merebut hati mereka, dianggapnya sebagai kehinaan. Karena ia memandang, hanya dirinya saja yang lebih berhak untuk diziarahi dan didatangi.
4. Perpisahan yang  Lama.
Ada juga orang yang terputus komunikasi dgn keluarga dekatnya dlm waktu yang lama, sehingga dia merasa terasingkan dari mereka. Mula-mula dia menunda-menunda ziarah, dan itu terulang terus sampai akhirnya terputuslah hubungan dengan mereka. Diapun terbiasa dengan terputus dan menikmati keadaannya yang jauh dari keluarga.
5 Memberatkan diri ketika di kunjungi
Ada orang, jika dikunjungi oleh sanak familinya, dia terlihat membebani dirinya utk menjamunya secara berlebihan. Dikeluarkannya banyak harta dan memaksa diri untuk menghormati tamunya, padahal dia kurang mampu. Akibatnya, saudara-saudaranya merasa berat untuk berkunjung kepadanya karena khawatir menyusahkan tuan rumah.
6. Kurang Memperhatikan Peziarah.
Ada orang, jika dikunjungi oleh saudaranya, dia tak memperlihatkan kepeduliannya. Dia tak memperhatikan omongannya. Bahkan kadang dia memalingkan wajahnya saat diajak bicara. Dia tak senang dengan kedatangan mereka dan tak berterima kasih. Dia menyambut para peziarah dgn berat hati dan sambutan dingin. Ini akan mengurangi semangat utk mengunjunginya.
7. Pelit Dan Bakhil.
Ada sebagian orang, jika diberi rizki oleh Allah berupa harta atau wibawa, dia akan lari menjauh dari keluarga dekatnya, bukan karena ia sombong. Dia lebih memilih menjauhi mereka dan memutuskan silaturrahmi daripada membukakan pintu buat kaum kerabatnya, menerima mereka jika bertamu, membantu mereka sesuai dengan kemampuan dan meminta maaf jika tak bisa membantu. Padahal, apalah artinya harta jika tak bisa dirasakan oleh kerabat
8. Menunda Pembagian Harta Warisan.
Terkadang ada harta warisan yang belum dibagi di antara ahli waris, entah karena malas atau karena ada yang membangkang. Semakin lama penundaan pembagian harta warisan, maka semakin besar kemungkinan akan menyebarnya permusuhan dan saling membenci diantara mereka akibatnya perpecahan serta membawa kepada pemutusan silaturrahmi.
9. Sibuk Dengan Dunia.
Orang yang rakus dunia seakan tak memiliki waktu lagi untuk menyambung silaturrahmi dan untuk berusaha meraih kecintaan kerabatnya.
10. Sebab Thalak Di Antara Kerabat.
Kadang thalak tidak terelakkan antara suami istri yang memiliki hubungan kerabat. Ini menimbulkan berbagai macam kesulitan bagi keduanya, entah disebabkan oleh anak-anak atau urusan-urusan lain yang berkaitan erat degan thalak atau sebab yang lain.
11. Jarak yang Berjauhan Serta Malas Ziarah.
Kadang ada keluarga yang berjauhan tempat tinggalnya dan jarang saling berkunjung, sehingga merasa jauh degan keluarga dan kerabatnya, akhirnya malas untuk bersilaturahmi.
12. Kurang Sabar.
Ada sebagian orang yang tidak sabar dalam menghadapi masalah kecil dari kerabatnya. Terkadang hanya disebabkan oleh kesalahan kecil, dia segera mengambil sikap untuk memutuskan silaturrahmi.
13. Hasad Atau Dengki.
Kadang ada orang nan Allah anugerahkan padanya ilmu, wibawa, harta atau kecintaan dari orang lain. Dengan anugerah nan disandangnya, ia membantu kerabatnya serta melapangkan dadanya buat mereka. Karena perbuatan yang baik ini, kemudian ada di antara kerabatnya yang hasad kepadanya. Dia menanamkan bibit permusuhan, membuat kerabatnya yang lain meragukan keikhlasan orang yang berbuat kebaikan tadi, dan kemudian menebarkan benih permusuhan kepada kerabat yang berbuat baik ini.
19. Fitnah.
Terkadang ada orang nan memiliki hobi merusak hubungan antar kerabat. Orang seperti ini sering menyusup ke tengah orang-orang yang saling mencintai. Dia ingin memisahkan dan mencerai-beraikan persatuan, serta mengacaukan perasaan hati nan telah menyatu. Betapa banyak tali silaturrahmi terputus, persatuan menjadi berantakan disebabkan oleh fitnah.
14. Perangai Buruk Sebagian Istri.
Terkadang seseorang diuji dgn istri nan berperangai buruk. Sang istri tak ingin perhatian suaminya terbagi kepada yang lain. Dia terus berusaha menghalangi suami agar tak berziarah ke kerabat. Di hadapan suami, istri ini memuji kedatangan kerabat mereka ke tempat tinggal suami dan menghalangi suami untuk bertamu ke kerabatnya. Sementara itu, ketika menerima kunjungan dari kerabat, dia tidak memperlihatkan wajah gembira. Ini termasuk hal yang bisa menyebabkan terputusnya silaturrahmi.
15 Banyak Gurau.
Sering bergurau memiliki beberapa efek negatif. Kadangkala ada kata yang terucap dari seseorang tanpa mempedulikan perasaan orang lain yang mendengarnya. Perkataan menyakitkan ini kemudian menimbulkan kebencian kepada orang yang mengucapkannya. Fakta seperti ini sering terjadi di antara kerabat karena mereka sering berkumpul.
Ibnu Abdil Baar mengatakan: “Ada sekelompok ulama nan membenci senda gurau secara berlebihan. Karena akibatnya nan tercela, menyinggung harga diri, bisa mendatangkan permusuhan serta merusak tali persaudaraan”
16. Lupa Kerabat Pada Saat Mempunyai Acara.
Saat salah seorang kerabat memiliki acara walimah atau lainnya, dia mengundang kerabatnya, baik dengan lisan, lewat surat undangan atau lewat telepon. Saat memberikan undangan ini, kadang ada salah seorang kerabat yang terlupakan. Sementara yang terlupakan ini orang yang berjiwa lemah atau sering berburuk sangka. Kemudian orang yang berjiwa lemah ini menafsirkan kealpaan kerabatnya ini sebagai sebuah kesengajaan dan penghinaan kepadanya. Buruk sangka ini menggiringnya untuk memutuskan silaturrahmi.

17 . Rumah yang Berdekatan.
Rumah yang berdekatan juga bisa mengakibatkan keretakan dan terputusnya silaturrahmi. Diriwayatkan dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, beliau mengatakan: “Perintahkanlah kepada para kerabat agar saling mengunjungi bukan untuk saling bertetangga”.
Al Ghazali mengomentari perkataan Umar ini: “Beliau mengucapkan perkataan ini, karena bertetangga bisa mengakibatkan persaingan hak. Bahkan mungkin bisa mengakibatkan rasa tak suka dan pemutusan silaturrahmi”.
Aktsam bin Shaifi mengatakan: “Tinggallah di tempat yang berjauhan, niscaya kalian akan semakin saling mencintai”. Dan banyak lagi faktor faktor yang menyebebkan retaknya tali silaturrahmi. ( lihat majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun IX/1426/2005M)
Ancaman Bagi orang yang memutuskan silaturahim
1. Laknat Allah ta'ala
2. Tempat kembali yang buruk (neraka)
وَالَّذِينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوءُ الدَّارِ
“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahannam).”(QS. Ar-Ra’d [13]: 25).
Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dalam hadis dari Abu Muhammad Jubair bin Muth’im Radhiyallahu 'anhu , bahwa beliau saw bersabda:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ. قَالَ سُفْيَانُ فِي رِوَايَتِهِ: يَعْنِي قَاطِعَ رَحِمٍ
“Tidak akan masuk surga, orang yang memutuskan.” Sufyan Ats-Tsauri rahimahullahu mengatakan dalam riwayatnya: “Maksudnya, orang yang memutuskan tali silaturahim.” (HR. Al-Bukhari 10/347 dan Muslim no. 2556)
3. Dijadikan buta dan tuli sehingga tidak bisa melihat kebenaran dan perintah
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ. أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ
“Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan silaturahim kalian? Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka.”        (QS. Muhammad: 22-23).
4. Orang yang memutuskan silaturahim akan di segerakan mendapatkan azab di dunia dan akhirat
Dari Abu Bakrah Radhiyallahu 'anhu, dia mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda:
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِثْلُ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak ada dosa yang pantas untuk disegerakan hukumannya oleh Allah bagi pelakunya di dunia bersamaan dengan (hukuman) yang disimpan untuknya di akhirat, daripada kezaliman dan pemutusan silaturahim.” (HR. Ahmad, 5/36, Abu Dawud, Kitabul Adab (43) no. 4901, dan ini lafadz beliau, At-Tirmidzi dalam Shifatul Qiyamah no. 1513, dan beliau mengatakan hadits ini shahih, Ibnu Majah dalam Kitab Az-Zuhd bab Al-Baghi, no. 4211)
Waullahu A'lam 
oleh : Ust. Abu Humairoh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar