Rabu, 10 April 2013

Kewajiban taat kepada penguasa




إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Kaum Muslimin Rahimakumullah marilah kita bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahkan nikmat kepada kita, nikmat yang amat banyak, berupa nikmat Iman, Islam, nikmat Sunnah dan nikmat sehat, sehingga kita masih bisa mendekatkan diri kepadaNya.
ketahuilah bahwa perkara keta'atan kepada penguasa adalah sebesar besarnya kewajiban dalam agama, bahkan agama tidak akan tegak kecuali dengannya, karena tidak mungkin tegak kemaslahan umat kecuali dengan berkumpulnya manusia dan tidak mungkin manusia akan berkumpul kecuali di atas satu kepemimpinan yang di sebut penguasa.
Allah ta'ala telah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran dan keduanya tidak mungkin terjadi kecuai dengan adanya kekuatan dan kekuasaan , begitu juga ibadah ibadah yang lainnya seperti jihad, pelaksanaan haji, menegakkan keadilan, menegakkan hukum bagi para penjahat, menolong yang yang terdholimi dan lain-lain itu semua tidak mungkin tegak kecuali dengan kekuatan dan kekuasaan sehingga sebagian salaf berkata: " enam puluh tahun di pimpin oleh penguasa dholim lebih baik dari satu malam tanpa adanya penguasa, maka kewajiban seorang muslim untuk meletakkan ta'at kepada penguasa sebagai agama dan keyakinannya dan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah ta'ala.
Berkata syaikh sa'di: "Tidak mungkin tegak urusan agama dan urusan dunia manusia kecuali dengan memberikan keta'atan kepada penguasa" lihat tafsir As sa'di 1/362.
Perintah ta'at kepada para penguasa berdasarkan Al Qur'an
Di dalam Al qur'an Allah ta'ala telah memerintahkan kepada hamba hambanya  untuk menta'ati penguasa.
وَإِذَا جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِيالأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian kecil saja (di antaramu). ( An Nisaa 83)
Allah Ta’ala berfirman,
ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur`an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (An-Nisa`: 59).
ulama berselisih pendapat siapa yang di maksud dengan ulil amri di dalam ayat ini:
1. pendapat Abu Hurairoh ibnu Abbas, Ibnu Zaid ulil amri di sini adalah para penguasa yang sah
2. pendapat Jabir bin Abdillah, Hasan Al bashri, Qotadah, Mujahid, Atho' yang di maksud dengan ulil amri di sini adalah ulama atau Ahlul Ilmi yang tegak di atas sunnah.
3. pendapat imam mujahid dalam satu riwayat mereka adalah para sahabat Nabi shalaullahu alaihi waallam ada juga yang mengatakan ulil amri di sini adalah Abu bakar dan umar .
berkata Ibnu Jarir At Thobari dalam tafsirnya 5/150: pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama berdasarkan petunjuk Nabi shalaullahu alaihi wasallam, dan pendapat ini di kuatkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya 1/530.
namun pendapat yang lain seperti Imam Ibnu Qoyyim berkata: yang shahih adalah mencakup dua kelompok para penguasa dan para ulama karena keduanya sama sama mengurusi urusan manusia, dan ini adalah pendapat gurunya syaikhul islam Ibnu Taimiyyah lihat majmu' fatawa 28/180.
perintah taat kepada penguasa berdasarkan hadist hadits Nabi shalaullahu Alaihi wasallam
·         Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ.
“Wajib atas seorang Muslim untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) pada perkara yang ia sukai dan tidak ia sukai, kecuali jika diperintahkan berbuat maksiat, jika diperintah berbuat maksiat, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.” (HR. Al-Bukhari no. 7144; dan Muslim no. 1839).
·         Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda,
أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ.
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mende-ngar dan taat walaupun (yang memerintah adalah) seorang budak Habasyi (yang hitam).” (Hr. At-Tirmidzi no. 2676 dan lainnya, serta dishahihkan al-Albani).
·         Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda,
مَنْ أَطَاعَنِيْ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ وَمَنْ يَعْصِنِيْ فَقَدْ عَصَى اللّهَ وَمَنْ يُطِعِ الْأَمِيْرَ فَقَدْ أَطَاعَنِيْ وَمَنْ يَعْصِ الْأَمِيْرَ فَقَدْ عَصَانِيْ.
“Barangsiapa taat kepadaku berarti ia telah menaati Allah, dan barangsiapa bermaksiat kepadaku berarti ia telah bermaksiat kepada Allah. Dan barangsiapa yang taat kepada amir (yang Muslim) maka ia taat kepadaku dan barangsiapa bermaksiat kepada amir, maka ia bermaksiat kepadaku.” (Muttafaq Alaih).
·         Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
وَمَنْ بَايَعَ إِمَامًا فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنْ اسْتَطَاعَ فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَ الْآخَر
“Dan barangsiapa yang berbaiat kepada seorang pemimpin (penguasa) lalu bersalaman dengannya (sebagai tanda baiat) dan menyerahkan ketundukannya, maka hendaklah dia mematuhi pemimpin itu semampunya. Jika ada yang lain datang untuk mengganggu pemimpinya (memberontak), penggallah leher yang datang tersebut.” (HR. Muslim no. 1844).
·         Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ شِبْرًا فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّة
“Siapapun yang melihat sesuatu dari pemimpinnya yang tak disukainya, hendaklah ia bersabar terhadapnya, sebab siapa yang memisahkan diri sejengkal dari jama’ah lalu dia mati, kecuali dia mati seperti mati jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari no. 6531 , Muslim no. 3438)
·         Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
مَنْ خَرَجَ مِنْ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّة
“Barangsiapa keluar dari ketaatan dan tak mau bergabung dgn jama’ah kemudian ia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah.” (HR. Muslim no. 3436)
Yang dimaksud dgn jamaah di sini adalah jamaah kaum muslimin yang dipimpin oleh seorang pemimpin negara yang syah.
Sementara makna ‘mati jahiliah’ adalah mati seperti keadaan orang jahiliah yang mereka ini tak mau tunduk kepada seorang penguasa. Jadi kalimat ini bukanlah pengkafiran kepada pelakunya.
·         Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
سَتَكُونُ أَثَرَةٌ وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ تُؤَدُّونَ الْحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ وَتَسْأَلُونَ اللَّهَ الَّذِي لَكُم
“Sungguh akan terjadi sifat-sifat egoisme dan perkara lain yang kalian ingkari (dari pemerintah)”. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang baginda perintahkan utk kami (bila zaman itu kami alami)?” Beliau menjawab: “Kalian tunaikan hak-hak (pemerintah) yang menjadi kewajiban kalian dan kalian minta kepada Allah apa yang menjadi hak kalian.” (HR. Al-Bukhari no. 3335 , Muslim no. 3430)
Hadits di atas menjelaskan bahwa kewajiban kita taat kepada penguasa bukan semata-mata karena penguasa berbuat baik dan melindungi kita, akan tetapi juga karena itu adalah perintah Allah dan rasulnya.
Perkataan para ulama sunnah terhadap perintah kewajiban taat kepada penguasa
Berikut ini adalah sejumlah kutipan dari ulama-ulama besar Ahlus Sunnah tentang wajib-nya taat kepada pemimpin dan akibat buruk dari membangkang:
·         Al-Imam al-Barbahari berkata, “Barangsiapa memegang kekuasaan dengan kesepakatan kaum Muslimin dan mereka ridha kepadanya, maka ia adalah Amirul Mukminin. Haram bagi seorang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk melewati malam-nya dengan tidak menganggapnya sebagai seorang pemimpin, baik dia orang yang shalih maupun fajir.”
·         Imam Muhammad bin Ismail Al-Bukhari rahimahullah beliau berkata, “Saya telah berjumpa dengan 1000 orang lebih ulama, di Hijaz, Makkah, Madinah, Kufah, Bashrah, Wasith, Baghdad, Syam, dan Mesir. Saya berjumpa dengan mereka berulang-ulang kali dari generasi ke generasi, dari generasi ke generasi.” Kemudian beliau menyebutkan sebagian kecil dari nama-nama para ulama tersebut, lalu kembali berkata. “Maka saya tidak pernah melihat seorangpun di antara mereka yang berbeda pendapat dalam masalah-masalah berikut: … Dan kami tidak akan mengganggu penguasa pada urusannya, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Ada 3 perkara yang hati seorang muslim tidak akan dengki terhadapnya: Mengikhlaskan amalan untuk Allah, menaati penguasa, dan komitmen dengan al-jamaah, karena doa kepada penguasa akan mengenai juga rakyatnya.”
·         Al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, “Para ulama telah sepakat atas wajibnya taat kepada pemimpin yang menang (dalam memperebutkan kekuasaan) dan wajib jihad bersamanya. Taat kepadanya lebih baik daripada membangkang kepadanya, karena hal tersebut akan mencegah pertumpahan darah dan menciptakan ketenangan rakyat.”
·         Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Orang-orang yang memberontak kepada pemimpin, pasti akan menimbulkan keru-sakan yang lebih besar daripada kebaikannya.” (Minhaj as-Sunnah).
·         Imam Ahmad rahimahullah berkata dalam risalah Ushul As-Sunnah, “Wajib untuk mendengar dan taat kepada para pemimpin dan amirul mukminin, baik dia orang yang baik maupun orang yang jahat.” (usulu sunnah)
·         Imam Ibnu Abi Hatim berkata dalam risalah Ashlu As-Sunnah atau dikenal juga dengan nama I’tiqad Ad-Din, “Saya bertanya kepada ayahku (Abu Hatim) dan juga Abu Zur’ah mengenai mazhab ahlussunnah dalam masalah pokok-pokok agama, dan mazhab yang keduanya mendapati para ulama di berbagai negeri berada di atasnya, dan mazhab yang mereka berdua sendiri yakini. Maka keduanya berkata, “Kami menjumpai para ulama di berbagai negeri, di Hijaz, di Irak, di Mesir, di Syam, dan di Yaman. Maka di antara mazhab mereka adalah …. Kami mendengar dan taat kepada pimpinan yang Allah serahkan urusan kami kepadanya, dan kami tidak melepaskan diri dari ketaatan kepadanya.”(risalah Ashlu As-Sunnah )
·         Imam Ath-Thahawi berkata dalam kitab Al-Aqidah Ath-Thahawiah, “Kami memandang bahwa menaati penguasa yang merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah Azz wa Jalla adalah suatu kewajiban, selama mereka tidak memerintahkan kepada kemaksiatan. Kami mendoakan mereka agar mendapatkan kesalehan dan kebaikan.”(Aqidah thohawiyyah) dan banyak lagi perkataan dari para ulama yang lain yang tidak mungkin kita nukilkan karena terbatasnya waktu dan pembahasan ini.
Maka ini jelas menunjukkan bahwa aqidah wajibnya taat kepada penguasa ini merupakan aqidah dari seluruh ulama ahlussunnah di berbagai negeri. Dan penyebutan negeri-negeri pada ucapan di atas tidak menunjukkan pembatasan, akan tetapi memang demikianlah akidah para ulama ahlussunnah di berbagai negeri pada setiap zaman.
kewajiban sabar atas kezholiman penguasa
Dan hal ini berdasarkan beberapa riwayat yang terangkum dalam hadits hadits yang di keluarkan oleh imam Muslim dalam shahihnya di antarnya:
·         Hadits Abdullah bin mas’ud ia berkata telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
   إنها ستكون بعدي أثرة وأمور تنكرونها قالوا يا رسول الله كيف تأمر من أدرك منا ذلك قال تؤدون الحق الذي عليكم وتسألون الله الذي لكم
 “Akan datang sesudahku kezhaliman, dan tindakan-tindakan yang kalian ingkari.” Lalu para sahabat bertanya, “ya Rasulullah apa nasehat engkau bagi orang yang mendapat keadaan yang demikian, lalu Beliau bersabda: “Tunaikan kewajiban yang dibebankan kepada kalian, dan minta kepada Allah sesuatu yang untuk kalian”(HR. Muslim 3/1472-1843)
·         Salamah bin Yazid Al Ju’fiy bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
  يا نبي الله أرأيت إن قامت علينا أمراء يسألونا حقهم ويمنعونا حقنا فما تأمرنا فأعرض عنه ثم سأله فأعرض عنه ثم سأله في الثانية أو في الثالثة فجذبه الأشعث بن قيس وقال اسمعوا وأطيعوا فإنما عليهم ما حملوا وعليكم ما حملتم
“Wahai Nabi Allah bagai mana pendapat engkau bila diangkat diatas kami pemimpin-pemimpin yang menuntut segala hak mereka, tetapi mereka menahan hak-hak kami, apa perintahmu untuk kami ya rasulullah?, maka Rasulullah berpaling darinya, sampai ia tanyakan tiga kali namun rasulullah tetap berpaling darinya. Kemudian Al Asy’ast bin Qais menariknya dan berkata: “Dengar dan taati, sesungguhnya mereka tanggung jawab terhadap apa yang dibebankan atas mereka dan kalian bertanggung jawab terhadap apa yang dibebankan atas kalian”. Wajibnya menjaga persatuan kaum muslimin dan haramnya memecah belah kaum muslimin. (HR. 3/1474-1846)
·         Hadits Huzaifah bin al Yaman beliau bertutur:
قال حذيفة بن اليمان قلت: يا رسول الله إنا كنا بشر فجاء الله بخير فنحن فيه فهل من وراء هذا الخير شر؟، قال: نعم، قلت: هل وراء ذلك الشر خير؟ قال: نعم، قلت: فهل وراء ذلك الخير شر؟ قال نعم، قلت كيف قال: يكون بعدي أئمة لا يهتدون بهداي ولا يستنون بسنتي وسيقوم فيهم رجال قلوبهم قلوب الشياطين في جثمان إنس قال قلت كيف أصنع يا رسول الله إن أدركت ذلك قال تسمع وتطيع للأمير وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك فاسمع وأطعْ 
Huzaifah bin al Yaman bertutur; aku berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ya Rasulullah!, dulu kami berada dalam kejelekan (masa jahiliyah) lalu Allah mendatangkan kebaikan (Islam) yang kami sekarang berda dalamnya, apakah dibelakang kebaikan ini akan ada lagi kejelekan?“, Beliau menjawab; “Ya”.lalu Huzaifah berkata lagi: “Apaka setelah itu akan ada lagi kebaikan?” Beliau menjawab, “Ya”, Huzaifah berkata lagi,  “Apakah setelah itu akan ada lagi kejelekan?” Beliau menjawab,“Ya”. Huzaifah berkata lagi, “Bagaimana hal demikian?”, Beliau menjawab, “Akan datang pada suatu masa setelah aku para pemimpin yang tidak berpedoman kepada petunjukku, dan tidak melaksanakan sunnahku, dan akan berdiri di tengah-tengah mereka para lelaki yang hati mereka adalah hati syaitan yang terdapat dalam tubuh manusia.” Lalu Huzaifah berkata, “Apa yang harus aku lakukan ya Rasulullah, jika aku mendapati keadaan yang demikian?” “Dengar dan taatlah pada pemimpin, sekalipun ia memukul punggungmu dan mengambil hartamu, maka tetaplah dengarkan dan patuhi perintahnya”. (HR.Muslim 3/1476-1847)
·         Hadits Ibnu abbas ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
 من رأى من أميره شيئا يكرهه فليصبر فإنه من فارق الجماعة شبرا فمات فميتة جاهلية
“Barang siapa yang melihat sesuatu yang dibencinya dari pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar, sesungguhnya siapa yang meninggalkan jamaah barang satu jengkal saja lalu ia mati maka kematiannya berada dalam kejahiliyaan”.(HR.Muslim 3/1477-1849)
·         Hadits Ibnu Abbas dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
من كره من أميره شيئا فليصبر عليه فإنه ليس أحد من الناس خرج من السلطان شبرا فمات عليه إلا مات ميتة جاهلية
“Siapa yang membenci sesuatu dari pemimipinnya maka hendaklah ian sabar terhadapnya, krena sesungguhnya tidak seorang pun yang keluar menetang penguasa barang sejengkal lalu ia mati dalam hal demikian, kecuali ia mati dalam keadaan kejahiliyaan” (HR.Muslim 3/1478-1849)
·         Hadits Ummi sulaim Istri Rsaulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa sesungguhnya beliau bersabda:
 إنه يستعمل عليكم أمراء فتعرفون وتنكرون فمن كره فقد برئ ومن أنكر فقد سلم ولكن من رضي وتابع قالوا يا رسول الله ألا نقاتلهم قال لا ما صلوا أي من كره بقلبه وأنكر بقلبه
“Sesungguhnya akan diangkat diatas kalian para pemimpin, kalian mengenal dan mengingkari (tindak-tanduk mereka), barang siapa yang membenci perbuatan tersebut sungguh ia telah terlepas dari dosa, dan barang siapa yang mengingkarinya sungguh ia telah selamat, tetapi siapa yang redha dan mengikutinya (maka ia ikut berdosa).” Lalu para sahabat berkata, “Ya Rasulullah bukankah kita memerangi mereka?“  Beliau jawab, “Tidak, selama mereka masih shalat”(HR.Muslim 3/1481-1854)
Maksudnya membenci dan mengingkari tindakkan tersebut dengan hati.
·         Hadits Auf bin Malik dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ia bersabda:
  خيار أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم ويصلون عليكم وتصلون عليهم وشرار أئمتكم الذين تبغضونهم ويبغضونكم وتلعنونهم ويلعنونكم قيل يا رسول الله أفلا ننابذهم بالسيف فقال لا ما الصلاة وإذا رأيتم من ولاتكم شيئا تكرهونه فاكرهوا عمله ولا تنزعوا يدا من طاعة
, “Sebaik-baik pemimpin kalian adalah yang kalian cintai mereka, dan mereka pun mencintai kalian, kalian mendo’akan mereka, mereka pun mendoakan kalian, sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian benci terhadap mereka, mereka pun benci terhadap kalian, dan kalian melaknat mereka, merekapun melaknat kalian.” Lalu ada yang berkata, “Ya Rasulullah apakah kita tidak melawan mereka dengan senjata?, Beliau menjawab, “Tidak selama masih shalat. Bila kalian melihat sesuatu yang kalian benci dari pemimpin kalian, maka cukup kalian membenci tindakannya saja, dan jangan kalian melepaskan tangan kalian dari ketaatan” (HR.Muslim 3/1481-1855)

Oleh : Ust. Abu humairoh
bersambung .............insya Allah ta'ala

2 komentar:

  1. Memahami Islam tidak cukup hanya lewat teks, tapi juga harus memahami konteks. Keduanya harus dipahami dan tidak bisa ditinggalkan. Kalau anda melulu melihat teks maka anda akan seperti orang yang hidup dalam goa. Kalau anda hanya berpegang pada konteks dan melupakan teks maka anda akan seperti anak panah yang lepas dari busurnya tanpa sasaran arah yang jelas. Sebaik-baik urusan itu memahami teks sesuai konteksnya.
    http://bogotabb.blogspot.co.id/

    BalasHapus
  2. Hidup sehat berbuat baik

    Sesama umat manusia..

    BalasHapus