إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ
نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ
وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ
عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى
يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ
مُسْلِمُوْنَ
يَاأَيّهَا النَاسُ
اتّقُوْا رَبّكُمُ الّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا
زَوْجَهَا وَبَثّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتّقُوا اللهَ الَذِي
تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَام َ إِنّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا
يَاأَيّهَا الّذِيْنَ
آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا، أَمّا بَعْدُ …
فَأِنّ أَصْدَقَ
الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله
عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ
بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ.
Kaum Muslimin Rahimakumullah
marilah kita bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahkan nikmat kepada
kita, nikmat yang amat banyak, berupa nikmat Iman, Islam, nikmat Sunnah dan
nikmat sehat, sehingga kita masih bisa mendekatkan diri kepadaNya.
ketahuilah bahwa perkara keta'atan kepada penguasa adalah sebesar besarnya
kewajiban dalam agama, bahkan agama tidak akan tegak kecuali dengannya, karena
tidak mungkin tegak kemaslahan umat kecuali dengan berkumpulnya manusia dan
tidak mungkin manusia akan berkumpul kecuali di atas satu kepemimpinan yang di
sebut penguasa.
Allah ta'ala telah memerintahkan kepada hamba-hambanya untuk memerintahkan
kebaikan dan mencegah kemungkaran dan keduanya tidak mungkin terjadi kecuai
dengan adanya kekuatan dan kekuasaan , begitu juga ibadah ibadah yang lainnya
seperti jihad, pelaksanaan haji, menegakkan keadilan, menegakkan hukum bagi
para penjahat, menolong yang yang terdholimi dan lain-lain itu semua tidak
mungkin tegak kecuali dengan kekuatan dan kekuasaan sehingga sebagian salaf
berkata: " enam puluh tahun di pimpin oleh penguasa dholim lebih baik dari
satu malam tanpa adanya penguasa, maka kewajiban seorang muslim untuk
meletakkan ta'at kepada penguasa sebagai agama dan keyakinannya dan dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah ta'ala.
Berkata syaikh sa'di: "Tidak mungkin tegak urusan agama dan urusan
dunia manusia kecuali dengan memberikan keta'atan kepada penguasa" lihat
tafsir As sa'di 1/362.
Perintah ta'at kepada para penguasa berdasarkan Al Qur'an
Di dalam Al qur'an Allah ta'ala telah memerintahkan kepada hamba
hambanya untuk menta'ati penguasa.
وَإِذَا
جَاءهُمْ أَمْرٌ مِّنَ الأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُواْ بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ
إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُوْلِيالأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ
يَسْتَنبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلاَ فَضْلُ اللّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ
لاَتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلاَّ قَلِيلاً
Dan apabila datang kepada
mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu
menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di
antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan
dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah karena
karunia dan rahmat Allah kepada kamu, tentulah kamu mengikut syaitan, kecuali sebahagian
kecil saja (di antaramu). ( An
Nisaa 83)
Allah Ta’ala berfirman,
ا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ
فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ
تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
“Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.
Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (al-Qur`an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan Hari Kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (An-Nisa`: 59).
ulama berselisih pendapat
siapa yang di maksud dengan ulil amri di dalam ayat ini:
1. pendapat Abu Hurairoh
ibnu Abbas, Ibnu Zaid ulil amri di sini adalah para penguasa yang sah
2. pendapat Jabir bin
Abdillah, Hasan Al bashri, Qotadah, Mujahid, Atho' yang di maksud dengan ulil
amri di sini adalah ulama atau Ahlul Ilmi yang tegak di atas sunnah.
3. pendapat imam mujahid
dalam satu riwayat mereka adalah para sahabat Nabi shalaullahu alaihi waallam
ada juga yang mengatakan ulil amri di sini adalah Abu bakar dan umar .
berkata Ibnu Jarir At
Thobari dalam tafsirnya 5/150: pendapat yang kuat adalah pendapat yang pertama
berdasarkan petunjuk Nabi shalaullahu alaihi wasallam, dan pendapat ini di
kuatkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya 1/530.
namun pendapat yang lain
seperti Imam Ibnu Qoyyim berkata: yang shahih adalah mencakup dua kelompok para
penguasa dan para ulama karena keduanya sama sama mengurusi urusan manusia, dan
ini adalah pendapat gurunya syaikhul islam Ibnu Taimiyyah lihat majmu' fatawa
28/180.
perintah
taat kepada penguasa berdasarkan hadist hadits Nabi shalaullahu Alaihi wasallam
·
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
عَلَى الْمَرْءِ
الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ
يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ.
“Wajib atas seorang Muslim
untuk mendengar dan taat (kepada penguasa) pada perkara yang ia sukai dan tidak
ia sukai, kecuali jika diperintahkan berbuat maksiat, jika diperintah berbuat
maksiat, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.” (HR. Al-Bukhari no.
7144; dan Muslim no. 1839).
·
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى
اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدٌ حَبَشِيٌّ.
“Aku wasiatkan kepada kalian
untuk bertakwa kepada Allah, mende-ngar dan taat walaupun (yang memerintah
adalah) seorang budak Habasyi (yang hitam).” (Hr. At-Tirmidzi no. 2676 dan
lainnya, serta dishahihkan al-Albani).
·
Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ أَطَاعَنِيْ فَقَدْ
أَطَاعَ اللّهَ وَمَنْ يَعْصِنِيْ فَقَدْ عَصَى اللّهَ وَمَنْ يُطِعِ الْأَمِيْرَ
فَقَدْ أَطَاعَنِيْ وَمَنْ يَعْصِ الْأَمِيْرَ فَقَدْ عَصَانِيْ.
“Barangsiapa taat kepadaku
berarti ia telah menaati Allah, dan barangsiapa bermaksiat kepadaku berarti ia
telah bermaksiat kepada Allah. Dan barangsiapa yang taat kepada amir (yang
Muslim) maka ia taat kepadaku dan barangsiapa bermaksiat kepada amir, maka ia
bermaksiat kepadaku.” (Muttafaq Alaih).
·
Dari Abdullah bin Amr
bin Al-Ash radhiallahu anhuma dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda:
وَمَنْ بَايَعَ إِمَامًا
فَأَعْطَاهُ صَفْقَةَ يَدِهِ وَثَمَرَةَ قَلْبِهِ فَلْيُطِعْهُ إِنْ اسْتَطَاعَ
فَإِنْ جَاءَ آخَرُ يُنَازِعُهُ فَاضْرِبُوا عُنُقَ الْآخَر
“Dan barangsiapa yang
berbaiat kepada seorang pemimpin (penguasa) lalu bersalaman dengannya (sebagai
tanda baiat) dan menyerahkan ketundukannya, maka hendaklah dia mematuhi
pemimpin itu semampunya. Jika ada yang lain datang untuk mengganggu pemimpinya
(memberontak), penggallah leher yang datang tersebut.” (HR. Muslim no. 1844).
·
Dari Ibnu Abbas
radhiallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu alaihi wasallam beliau bersabda:
مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ
شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ عَلَيْهِ فَإِنَّهُ مَنْ فَارَقَ الْجَمَاعَةَ
شِبْرًا فَمَاتَ إِلَّا مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّة
“Siapapun yang melihat
sesuatu dari pemimpinnya yang tak disukainya, hendaklah ia bersabar
terhadapnya, sebab siapa yang memisahkan diri sejengkal dari jama’ah lalu dia
mati, kecuali dia mati seperti mati jahiliyah.” (HR. Al-Bukhari no. 6531 ,
Muslim no. 3438)
·
Dari Abu Hurairah
radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
مَنْ خَرَجَ مِنْ
الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّة
“Barangsiapa keluar dari
ketaatan dan tak mau bergabung dgn jama’ah kemudian ia mati, maka matinya
seperti mati jahiliyah.” (HR. Muslim no. 3436)
Yang dimaksud dgn jamaah di
sini adalah jamaah kaum muslimin yang dipimpin oleh seorang pemimpin negara
yang syah.
Sementara makna ‘mati
jahiliah’ adalah mati seperti keadaan orang jahiliah yang mereka ini tak mau
tunduk kepada seorang penguasa. Jadi kalimat ini bukanlah pengkafiran kepada
pelakunya.
·
Dari Ibnu Mas’ud
radhiallahu anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
سَتَكُونُ أَثَرَةٌ
وَأُمُورٌ تُنْكِرُونَهَا قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ
تُؤَدُّونَ الْحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ وَتَسْأَلُونَ اللَّهَ الَّذِي لَكُم
“Sungguh akan terjadi
sifat-sifat egoisme dan perkara lain yang kalian ingkari (dari pemerintah)”.
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apa yang baginda perintahkan utk kami (bila
zaman itu kami alami)?” Beliau menjawab: “Kalian tunaikan hak-hak (pemerintah)
yang menjadi kewajiban kalian dan kalian minta kepada Allah apa yang menjadi
hak kalian.” (HR. Al-Bukhari no. 3335 , Muslim no. 3430)
Hadits di atas menjelaskan
bahwa kewajiban kita taat kepada penguasa bukan semata-mata karena penguasa
berbuat baik dan melindungi kita, akan tetapi juga karena itu adalah perintah
Allah dan rasulnya.
Perkataan para ulama sunnah
terhadap perintah kewajiban taat kepada penguasa
Berikut ini adalah sejumlah
kutipan dari ulama-ulama besar Ahlus Sunnah tentang wajib-nya taat kepada
pemimpin dan akibat buruk dari membangkang:
·
Al-Imam al-Barbahari
berkata, “Barangsiapa memegang kekuasaan dengan kesepakatan kaum Muslimin dan
mereka ridha kepadanya, maka ia adalah Amirul Mukminin. Haram bagi seorang yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir untuk melewati malam-nya dengan tidak
menganggapnya sebagai seorang pemimpin, baik dia orang yang shalih maupun
fajir.”
·
Imam Muhammad bin
Ismail Al-Bukhari rahimahullah beliau berkata, “Saya telah berjumpa dengan 1000
orang lebih ulama, di Hijaz, Makkah, Madinah, Kufah, Bashrah, Wasith, Baghdad,
Syam, dan Mesir. Saya berjumpa dengan mereka berulang-ulang kali dari generasi
ke generasi, dari generasi ke generasi.” Kemudian beliau menyebutkan sebagian
kecil dari nama-nama para ulama tersebut, lalu kembali berkata. “Maka saya
tidak pernah melihat seorangpun di antara mereka yang berbeda pendapat dalam
masalah-masalah berikut: … Dan kami tidak akan mengganggu penguasa pada urusannya,
berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam, “Ada 3 perkara yang hati
seorang muslim tidak akan dengki terhadapnya: Mengikhlaskan amalan untuk Allah,
menaati penguasa, dan komitmen dengan al-jamaah, karena doa kepada penguasa
akan mengenai juga rakyatnya.”
·
Al-Imam Ibnu Hajar
al-Asqalani berkata, “Para ulama telah sepakat atas wajibnya taat kepada
pemimpin yang menang (dalam memperebutkan kekuasaan) dan wajib jihad
bersamanya. Taat kepadanya lebih baik daripada membangkang kepadanya, karena
hal tersebut akan mencegah pertumpahan darah dan menciptakan ketenangan
rakyat.”
·
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata, “Orang-orang yang memberontak kepada pemimpin, pasti akan
menimbulkan keru-sakan yang lebih besar daripada kebaikannya.” (Minhaj
as-Sunnah).
·
Imam Ahmad
rahimahullah berkata dalam risalah Ushul As-Sunnah, “Wajib untuk mendengar dan
taat kepada para pemimpin dan amirul mukminin, baik dia orang yang baik maupun
orang yang jahat.” (usulu sunnah)
·
Imam Ibnu Abi Hatim
berkata dalam risalah Ashlu As-Sunnah atau dikenal juga dengan nama I’tiqad
Ad-Din, “Saya bertanya kepada ayahku (Abu Hatim) dan juga Abu Zur’ah mengenai
mazhab ahlussunnah dalam masalah pokok-pokok agama, dan mazhab yang keduanya
mendapati para ulama di berbagai negeri berada di atasnya, dan mazhab yang
mereka berdua sendiri yakini. Maka keduanya berkata, “Kami menjumpai para ulama
di berbagai negeri, di Hijaz, di Irak, di Mesir, di Syam, dan di Yaman. Maka di
antara mazhab mereka adalah …. Kami mendengar dan taat kepada pimpinan yang
Allah serahkan urusan kami kepadanya, dan kami tidak melepaskan diri dari
ketaatan kepadanya.”(risalah Ashlu As-Sunnah )
·
Imam Ath-Thahawi
berkata dalam kitab Al-Aqidah Ath-Thahawiah, “Kami memandang bahwa menaati
penguasa yang merupakan bagian dari ketaatan kepada Allah Azz wa Jalla adalah
suatu kewajiban, selama mereka tidak memerintahkan kepada kemaksiatan. Kami
mendoakan mereka agar mendapatkan kesalehan dan kebaikan.”(Aqidah thohawiyyah)
dan banyak lagi perkataan dari para ulama yang lain yang tidak mungkin kita
nukilkan karena terbatasnya waktu dan pembahasan ini.
Maka ini jelas menunjukkan
bahwa aqidah wajibnya taat kepada penguasa ini merupakan aqidah dari seluruh
ulama ahlussunnah di berbagai negeri. Dan penyebutan negeri-negeri pada ucapan
di atas tidak menunjukkan pembatasan, akan tetapi memang demikianlah akidah
para ulama ahlussunnah di berbagai negeri pada setiap zaman.
kewajiban sabar atas kezholiman
penguasa
Dan hal ini berdasarkan
beberapa riwayat yang terangkum dalam hadits hadits yang di keluarkan oleh imam
Muslim dalam shahihnya di antarnya:
·
Hadits Abdullah bin
mas’ud ia berkata telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إنها
ستكون بعدي أثرة وأمور تنكرونها قالوا يا رسول الله كيف تأمر من أدرك منا ذلك قال
تؤدون الحق الذي عليكم وتسألون الله الذي لكم
“Akan datang sesudahku kezhaliman, dan
tindakan-tindakan yang kalian ingkari.” Lalu para sahabat bertanya, “ya
Rasulullah apa nasehat engkau bagi orang yang mendapat keadaan yang demikian,
lalu Beliau bersabda: “Tunaikan kewajiban yang dibebankan kepada kalian, dan
minta kepada Allah sesuatu yang untuk kalian”(HR. Muslim 3/1472-1843)
·
Salamah bin Yazid Al
Ju’fiy bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يا
نبي الله أرأيت إن قامت علينا أمراء يسألونا حقهم ويمنعونا حقنا فما تأمرنا فأعرض
عنه ثم سأله فأعرض عنه ثم سأله في الثانية أو في الثالثة فجذبه الأشعث بن قيس وقال
اسمعوا وأطيعوا فإنما عليهم ما حملوا وعليكم ما حملتم
“Wahai Nabi Allah bagai mana
pendapat engkau bila diangkat diatas kami pemimpin-pemimpin yang menuntut
segala hak mereka, tetapi mereka menahan hak-hak kami, apa perintahmu untuk
kami ya rasulullah?, maka Rasulullah berpaling darinya, sampai ia tanyakan tiga
kali namun rasulullah tetap berpaling darinya. Kemudian Al Asy’ast bin Qais
menariknya dan berkata: “Dengar dan taati, sesungguhnya mereka tanggung jawab
terhadap apa yang dibebankan atas mereka dan kalian bertanggung jawab terhadap
apa yang dibebankan atas kalian”. Wajibnya menjaga persatuan kaum muslimin dan
haramnya memecah belah kaum muslimin. (HR. 3/1474-1846)
·
Hadits Huzaifah bin
al Yaman beliau bertutur:
قال حذيفة بن اليمان قلت:
يا رسول الله إنا كنا بشر فجاء الله بخير فنحن فيه فهل من وراء هذا الخير شر؟،
قال: نعم، قلت: هل وراء ذلك الشر خير؟ قال: نعم، قلت: فهل وراء ذلك الخير شر؟ قال
نعم، قلت كيف قال: يكون بعدي أئمة لا يهتدون بهداي ولا يستنون بسنتي وسيقوم فيهم
رجال قلوبهم قلوب الشياطين في جثمان إنس قال قلت كيف أصنع يا رسول الله إن أدركت
ذلك قال تسمع وتطيع للأمير وإن ضرب ظهرك وأخذ مالك فاسمع وأطعْ
Huzaifah bin al Yaman bertutur;
aku berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Ya Rasulullah!,
dulu kami berada dalam kejelekan (masa jahiliyah) lalu Allah mendatangkan
kebaikan (Islam) yang kami sekarang berda dalamnya, apakah dibelakang kebaikan
ini akan ada lagi kejelekan?“, Beliau menjawab; “Ya”.lalu Huzaifah berkata
lagi: “Apaka setelah itu akan ada lagi kebaikan?” Beliau menjawab, “Ya”,
Huzaifah berkata lagi, “Apakah setelah
itu akan ada lagi kejelekan?” Beliau menjawab,“Ya”. Huzaifah berkata lagi,
“Bagaimana hal demikian?”, Beliau menjawab, “Akan datang pada suatu masa
setelah aku para pemimpin yang tidak berpedoman kepada petunjukku, dan tidak
melaksanakan sunnahku, dan akan berdiri di tengah-tengah mereka para lelaki
yang hati mereka adalah hati syaitan yang terdapat dalam tubuh manusia.” Lalu
Huzaifah berkata, “Apa yang harus aku lakukan ya Rasulullah, jika aku mendapati
keadaan yang demikian?” “Dengar dan taatlah pada pemimpin, sekalipun ia memukul
punggungmu dan mengambil hartamu, maka tetaplah dengarkan dan patuhi
perintahnya”. (HR.Muslim 3/1476-1847)
·
Hadits Ibnu abbas ia
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من
رأى من أميره شيئا يكرهه فليصبر فإنه من فارق الجماعة شبرا فمات فميتة جاهلية
“Barang siapa yang melihat
sesuatu yang dibencinya dari pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar,
sesungguhnya siapa yang meninggalkan jamaah barang satu jengkal saja lalu ia
mati maka kematiannya berada dalam kejahiliyaan”.(HR.Muslim 3/1477-1849)
·
Hadits Ibnu Abbas
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
من كره من أميره شيئا
فليصبر عليه فإنه ليس أحد من الناس خرج من السلطان شبرا فمات عليه إلا مات ميتة
جاهلية
“Siapa yang membenci sesuatu
dari pemimipinnya maka hendaklah ian sabar terhadapnya, krena sesungguhnya
tidak seorang pun yang keluar menetang penguasa barang sejengkal lalu ia mati
dalam hal demikian, kecuali ia mati dalam keadaan kejahiliyaan” (HR.Muslim
3/1478-1849)
·
Hadits Ummi sulaim
Istri Rsaulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bahwa sesungguhnya beliau bersabda:
إنه
يستعمل عليكم أمراء فتعرفون وتنكرون فمن كره فقد برئ ومن أنكر فقد سلم ولكن من رضي
وتابع قالوا يا رسول الله ألا نقاتلهم قال لا ما صلوا أي من كره بقلبه وأنكر بقلبه
“Sesungguhnya akan diangkat
diatas kalian para pemimpin, kalian mengenal dan mengingkari (tindak-tanduk
mereka), barang siapa yang membenci perbuatan tersebut sungguh ia telah
terlepas dari dosa, dan barang siapa yang mengingkarinya sungguh ia telah
selamat, tetapi siapa yang redha dan mengikutinya (maka ia ikut berdosa).” Lalu
para sahabat berkata, “Ya Rasulullah bukankah kita memerangi mereka?“ Beliau jawab, “Tidak, selama mereka masih
shalat”(HR.Muslim 3/1481-1854)
Maksudnya membenci dan
mengingkari tindakkan tersebut dengan hati.
·
Hadits Auf bin Malik
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ia bersabda:
خيار
أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم ويصلون عليكم وتصلون عليهم وشرار أئمتكم الذين
تبغضونهم ويبغضونكم وتلعنونهم ويلعنونكم قيل يا رسول الله أفلا ننابذهم بالسيف
فقال لا ما الصلاة وإذا رأيتم من ولاتكم شيئا تكرهونه فاكرهوا عمله ولا تنزعوا يدا
من طاعة
, “Sebaik-baik pemimpin
kalian adalah yang kalian cintai mereka, dan mereka pun mencintai kalian,
kalian mendo’akan mereka, mereka pun mendoakan kalian, sejelek-jelek pemimpin
kalian adalah yang kalian benci terhadap mereka, mereka pun benci terhadap
kalian, dan kalian melaknat mereka, merekapun melaknat kalian.” Lalu ada yang
berkata, “Ya Rasulullah apakah kita tidak melawan mereka dengan senjata?,
Beliau menjawab, “Tidak selama masih shalat. Bila kalian melihat sesuatu yang
kalian benci dari pemimpin kalian, maka cukup kalian membenci tindakannya saja,
dan jangan kalian melepaskan tangan kalian dari ketaatan” (HR.Muslim
3/1481-1855)
Oleh : Ust. Abu humairoh
bersambung .............insya Allah ta'ala
Memahami Islam tidak cukup hanya lewat teks, tapi juga harus memahami konteks. Keduanya harus dipahami dan tidak bisa ditinggalkan. Kalau anda melulu melihat teks maka anda akan seperti orang yang hidup dalam goa. Kalau anda hanya berpegang pada konteks dan melupakan teks maka anda akan seperti anak panah yang lepas dari busurnya tanpa sasaran arah yang jelas. Sebaik-baik urusan itu memahami teks sesuai konteksnya.
BalasHapushttp://bogotabb.blogspot.co.id/
Hidup sehat berbuat baik
BalasHapusSesama umat manusia..