Keutamaan ilmu
قُلْ هَلْ
يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لاَ يَعْلَمُونَ إِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ أُولُو الأَلْبَابِ
"Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran." (Az-Zumar:9)
يَرْفَعِ
اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
"Niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan
orang-orang yang diberi ilmu (agama) beberapa derajat." (Al-Mujaadilah:11)
Allah Ta'ala yang memerintahkan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam untuk berdo'a:
وَقُلْ رَبِّ
زِدْنِي عِلْمًا
"Dan
katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu (agama)."
(Thaahaa:114)
يُؤْتِي
الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا
كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُولُو الأَلْبَابِ
"Allah menganugrahkan Al-Hikmah (kefahaman
yang dalam tentang Al-Qur`an dan As-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki.
Dan barangsiapa yang dianugrahi Al-Hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi
karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran." (Al-Baqarah:269)
Berkata Mujahid: Allah menganugrahkan
Al-Hikmah, yaitu ilmu dan pemahamannya. (Akhlaaqul 'Ulamaa`, Al-Imam Abu Bakr
Al-Ajurriy hal.9)
إِنَّمَا
يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
"Sesungguhnya
yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (Faathir:28)
Ulama adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang lurus dan pemahaman yang mendalam, Allah Ta'ala berfirman:
Ulama adalah orang-orang yang mempunyai pengetahuan yang lurus dan pemahaman yang mendalam, Allah Ta'ala berfirman:
وَتِلْكَ
الأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلاَّ الْعَالِمُونَ
"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami
buatkan untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang
berilmu." (Al-'Ankabuut:43)
فَسْئَلُوا
أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang
berilmu, jika kamu tiada mengetahui. (QS. 21:7)
Dari Mu'awiyah radhiyallahu
'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ يُرِدِ
اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ
"Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan
kepadanya, niscaya Allah akan pahamkan dia tentang agama(nya)."
(Muttafaqun 'alaih)
Al-Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah
berkata :
الناس
محتاجون إلى العلم أكثر من حاجتهم إلى الطعام و الشراب لأن الطعام والشراب يحتاج
إليه في اليوم مرة أو مرتين والعلم يحتاج إليه بعدد الأنفاس
“Manusia membutuhkan ilmu lebih banyak dari
pada butuhnya pada makanan dan minuman, dikarenakan kebutuhan seseorang
terhadap makanan dan minumam dalam sehari sekali atau dua kali. Dan kebutuhan
manusia terhadap ilmu sebanyak tarikan nafas.”
dikatakan oleh sebagian Salafush Shalih:
مَنْ عَبَدَ
اللهَ بِجَهْلٍ , أَفْسَدَ أَكْثَرَ مِماَّ يُصْلِحُ
Barangsiapa beribadah kepada Allah dengan
kebodohan, dia telah membuat kerusakan lebih banyak daripada membuat kebaikan. (Majmu’ Fatawa 25/281)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
طَلَبُ
الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Menuntut ilmu merupakan kewajiban atas setiap
muslim. [HR. Ibnu
Majah, no:224, dishahihkan oleh Syeikh Al-Albani di dalam Shahih Ibni Majah]
Dari Abud
Darda` radhiyallahu 'anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ سَلَكَ
طَرِيْقًا يَطْلُبُ فِيْهِ عِلْمًا، سَلَكَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا مِنْ طُرُقِ
الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلاَئِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ،
وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي
الأَرْضِ، وَالْحِيْتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى
الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ،
وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوْا
دِيْنَارًا وَلاَ دِرْهَمًا، إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمَنْ أَخَذَهُ
أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
"Barangsiapa menempuh suatu jalan yang
padanya dia mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan dia menempuh jalan dari
jalan-jalan (menuju) jannah, dan sesungguhnya para malaikat benar-benar akan
meletakkan sayap-sayapnya untuk penuntut ilmu, dan sesungguhnya seorang
penuntut ilmu akan dimintakan ampun untuknya oleh makhluk-makhluk Allah yang di
langit dan yang di bumi, sampai ikan yang ada di tengah lautan pun memintakan
ampun untuknya. Dan sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu atas seorang
yang ahli ibadah adalah seperti keutamaan bulan pada malam purnama atas seluruh
bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi
tidaklah mewariskan dinar ataupun dirham, akan tetapi mereka hanyalah
mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya maka sungguh dia telah
mengambil bagian yang sangat banyak." (HR. Abu Dawud no.3641, At-Tirmidziy
no.2683, dan isnadnya hasan, lihat Jaami'ul Ushuul 8/6)
Dari Abu
Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
beliau bersabda:
إِذَا مَاتَ
ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ
عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ
"Apabila seorang keturunan Adam meninggal
dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau
ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR.
Muslim no.1631)
Urgensi pendidikan
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ
وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى
تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
”Apabila kalian telah melakukan transaksi jual
beli dengan cara `inah (riba), kalian memegang ekor sapi, kalian puas dengan
sawah lading, dan kalian telah meninggalkan jihad di jalan Allah, maka Allah
akan menimpakan pada kalian kehinaan. Dia tidak akan mencabutnya dari kalian
sehingga kalian kembali kepada agama kalian “
Realita yang terjadi pada dunia Islam pada
zaman ini nyatalah apa yang telah disampaikan Nabi 1400 tahun yang lalu. Yaitu
kehinaan yang menimpa kaum muslimin tidak lain karena jauhnya mereka dari ilmu dan
pendidikan serta jauhnya mereka dari agama yang sebenarnya dan condongnya
mereka kepada dunia. Bentuk kesyirikan, bid`ah dan pemikiran sesat meracuni
tubuh mereka dan merontokkan sendi-sendinya sementara kebanyakan mereka tidak
menyadari.
Oleh karena setiap muslim harus berusaha
mengembalikan umat kepada kemuliaan dan izzahnya sebagaimana telah didapatkan
oleh generasi utama dan generasi terbaik umat ini para sahabat nabi Shallallaahu
‘alaihi wa sallam.
Kenapa pendidikan bagi anak sangat penting?
1.Karena pendidikan anak adalah perintah Allah ta'ala.
Allah Ta’ala telah berwasiat kepada
hamba-hamba-Nya yang beriman agar menjaga diri dan keluarga mereka dari api
neraka. Allah Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَاراً وَقُودُهَا النَّاسُ
وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ
وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
di-rimu dan keluargamu dari apt neraka, yang ba-han bakarnya adalah manusia dan
batu, penja-ganya malaikat-malaikat yang kasar, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperin-tahkan-Nya kepada mereka dan selalu menger-jakan apa
yang diperintahkan. (QS. at-Tahrim [66]: 6)
firman Allah Ta’ala:
فَمَن زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَما الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلاَّ مَتَاعُ الْغُرُورِ
Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan
dima-sukkan ke dalam surga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan. (QS.
Ali Imran[3]:185)
Memelihara atau menjaga keluarga dari api
neraka mengharuskan seseorang melakukan pendidikan dan pengajaran terhadap
anak-anaknya baik dalam lingkunagn keluarganya, sekolahnya, lingkungan dan
kawan kawannya, dan dalam menggunakan sarana pendidikan seperti media dan yang
semacamnya. tentu dimulai dari menanamkan akidah yang benar, kemudian
membiasakan mereka melakukan ketaatan, menjaga shalat, membiasakan anak-anak
belajar al-Quran, berakhlak mulia dan seterusnya.
Dan orang tua adalah manusia yang paling
berperan dari semuanya dalam mendidik anak. sebagaiman Rasulullah Shallallaahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا مِنْ
مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ
وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ
“Tidak ada seorang bayi pun yang terlahir
kecuali dalam keadaan fitrah (Islam). Namun kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari 1319 dan Muslim
2658)
2. Anak merupakan aset orang tua di dunia dan
akhirat
إِذَا
مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika manusia mati, maka seluruh amalannya akan
terputus kecuali tiga. Sedekah jariyah, ilmu yang
bermanfaat dan anak salih yang mendoakannya”. (HR.
Muslim dari Abu Hurairah)
Contoh sedekah : Membuat masjid, Membangun
sarana menuju kebaikan, Menjadi orang tua angkat bagi santri, Membuat sumur,
Membuat tempat untuk persinggahan bagi musafir, Membagi bagikan mushhaf, menanam
pohon untuk di sedekahkan dan lain lain.
Dan ini disebutkan pada hadits yang
diriwayatkan Ibnu Majah dan Baihaqi dari Abi Hurairah Radhiyallahu 'anhu, dia
berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
إِنَّ
مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ عِلْمًا
عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ أَوْ
مَسْجِدًا بَنَاهُ أَوْ بَيْتًا لاِبْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ أَوْ نَهْرًا
أَجْرَاهُ أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ
يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ
"Sesungguhnya di antara amalan dan
kebaikan seorang mukmin yang akan menemuinya setelah kematiannya adalah: ilmu
yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mush-haf
yang diwariskannya, masjid yang dibangunnya, rumah untuk ibnu sabil yang
dibangunnya, sungai (air) yang dialirkannya untuk umum, atau shadaqah yang
dikeluarkannya dari hartanya diwaktu sehat dan semasa hidupnya, semua ini akan
menemuinya setelah dia meninggal dunia".
Nabi sallallahu’alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ بَنَى
مَسْجِدًا بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ (رواه البخاري، رقم
450، ومسلم، رقم 533، من حديث عثمان رضي الله عنه)
“Barangsiapa yang membangun masjid, maka Allah
akan bangunkan baginya semisalnya di surga.” (HR. Bukhari, 450 dan Muslim, 533
dari Hadits Utsman radhiallahu’anhu)
Diriwayatkan Ibnu Majah, 738 dari Jabir bin
Abdullah radhiallahu’anhuma sesungguhnya Rasulullah sallallahu’alahi wa sallam
bersabda:
مَنْ بَنَى
مَسْجِدًا لِلَّهِ كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ ، أوْ أَصْغَرَ ، بَنَى اللَّهُ لَهُ
بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ
“Barangsiapa membangun masjid karena Allah
sebesar sarang burung atau lebih kecil. Maka Allah akan bangunkan baginya rumah
di surga.” (Dishahihkan oleh Al-Albany)
Dari Abu Mas'ud
'Uqbah bin 'Amr Al-Anshariy Al-Badriy radhiyallahu 'anhu dia berkata,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ
عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
"Barangsiapa
yang menunjukkan kepada suatu kebaikan maka dia akan mendapat pahala seperti
pahala orang yang melakukannya." (HR. Muslim no.1893)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَعَا
إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ
ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ
مِنَ الإِثَمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ
شَيْئًا
"Barangsiapa yang menyeru/mengajak (orang
lain) kepada petunjuk maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala-pahala
dari orang-orang yang mengikutinya, yang hal itu tidak mengurangi pahala-pahala
mereka sedikit pun, dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan maka dia
akan mendapat dosa seperti dosa-dosa dari orang-orang yang mengikutinya, yang
hal itu tidak mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun." (HR. Muslim
no.2674)
Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menasehatkan,
ابْغُونِي
الضُّعَفَاءَ؛ فَإِنَّمَا تُرْزَقُونَ وَتُنْصَرُونَ بِضُعَفَائِكُمْ
“Bantulah aku untuk mencari dan menolong
orang-orang lemah; sesungguhnya kalian dikaruniai rizki dan meraih kemenangan
lantaran adanya orang-orang miskin di antara kalian”. (HR. Abu
Dawud, dan sanadnya
dinilai jayyid
(baik) oleh an-Nawawy)
Di antara contoh shadaqah jariyyah yang telah
dilakukan di zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ialah : Kebun kurma yang
dishadaqahkan oleh Abu Thalhah (seorang sahabat Nabi) ketika turun firman Allah
Subhanahu wa Ta'ala.
لَن
تّنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
"Dan tidaklah kamu bisa mendapatkan
kebaikan sehingga kamu menginfakkan (shadaqahkan) sebagian apa-apa yang kamu
sukai". [Ali-Imran: 92]
3. Anak merupakan amanah Allah yang harus di
jaga
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْؤُوْلٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِيْ أَهْلِهِ وَهُوَ مَسْؤُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِيْ بَيْتِ زَوْجِهَا وَمَسْؤُوْلَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا
“Kalian semua adalah pemimpin dan setiap dari
kalian akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dia pimpin. Seorang imam
adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Dan
seorang suami adalah pemimpin di dalam rumahnya (keluarganya), dan akan diminta
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Begitu pula seorang istri adalah
pemimpin di dalam rumah suaminya, dan ia akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya.” (HR. al-Bukhari 2554 dan Muslim 1829)
Perhatian terhadap anak merupakan perkara yang
teramat penting dan pertanggungjawaban yang besar di hadapan Allah. Oleh karena
itu, para manusia terbaik, yaitu para nabi senantiasa mendoakan kebaikan untuk
diri dan anak keturunan mereka.
Nabi Ibrahim Alaihissallam berdoa:
رَبِّ
هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang
anak) yang termasuk orang-orang yang shalih. [ash-Shafât/37:100]
رَبَّنَا
وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ
وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا ۖ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang
tunduk patuh kepada Engkau, dan (jadikanlah) di antara anak-cucu kami umat yang
tunduk patuh kepada Engkau, dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. [al-Baqarah/2:128]
Nabi Zakariya Alaihissallam berdoa:
قَالَ
رَبِّ هَبْ لِي مِنْ لَدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۖ إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ
Di sanalah Zakariya mendoa kepada Rabbnya
seraya berkata, "Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang
baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". ['Ali 'Imran/3:38].
Begitu juga dengan para salaf pendahulu kita, mereka berdoa:
Begitu juga dengan para salaf pendahulu kita, mereka berdoa:
رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. [al-Furqân/25:74].
Demikianlah para nabi, meskipun memiliki kedudukan dan dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala , mereka tetap saja senantiasa berdoa penuh harap, memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar dianugerahi keturunan yang shalih dan shalihah, maka bagaimana dengan kita? Tentunya, kita tergerak dan lebih bersemangat melakukannya.
Demikianlah para nabi, meskipun memiliki kedudukan dan dekat dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala , mereka tetap saja senantiasa berdoa penuh harap, memohon kepada Allah Azza wa Jalla agar dianugerahi keturunan yang shalih dan shalihah, maka bagaimana dengan kita? Tentunya, kita tergerak dan lebih bersemangat melakukannya.
Oleh karena itu, marilah kita berdoa dan selalu
berusaha memberikan pendidikan dan tarbiyah kepada anak-anak kita dengan
berlandaskan din (agama) yang shahîh dan lurus.
Perlu diketahui juga bahwa keshalihan oran-tua,
bisa menjadi sarana kebaikan anak, walaupun mereka telah meninggal dunia.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
وَكَانَ
أَبُوْهُمَا صَالِحًا
"Dan dahulu kedua orang tuanya adalah
orang yang shaleh". [Al-Kahfi: 82]
Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang ke lima, pernah berkata:
Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang ke lima, pernah berkata:
مَا مِنْ
مُؤْمِنٍ يَمُوْتُ إلاَّ حَفِظَهُ اللهُ فِي عُقْبِهِ وَعُقْبِ عُقْبِهِ
"Tidaklah seorang mukmin meninggal dunia
kecuali Allah akan menjaga anaknya dan cucunya”.
Ibnul Munkadir berkata:
Ibnul Munkadir berkata:
إِنَّ
اللهَ لَيَحْفَظُ بِالرَّجُلِ الصَّالِحِ وَلَدَهُ وَوَلَدَ وَلَدِهِ
"Sesungguhnya Allah akan menjaga anak dan
cucu seorang yang shalih”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar