MUQODDIMAH
Segala Puji hanya milik Alloh, kita
memuji-Nya,meminta pertolongan dan mohon ampunankepada-Nya. Dan kita berlindung kepada Allohdari
kejelekan-kejelekan jiwa kita, dan keburukan-keburukan
amalan kita. Barang siapa yang diberipetunjuk oleh Alloh maka tidak ada
yang mampumenyesatkannya. Dan barang siapa
yang disesatkan-Nya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.Dan aku
bersaksi bahwa tidak ada yang berhakuntuk disembah kecuali Alloh dan aku
bersaksi bahwaMuhammad itu adalah hamba dan utusan-Nya. “ Haiorang-orang yang beriman! Bertakwalah kalian
kepadaAlloh dengan sebenar-benar takwa dan janganlahsekali-kali kalian
mati melainkan dalam keadaanIslam” (QS. Ali Imron:102)“
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu
yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Alloh
menciptakan istrinya; dan dari keduanya Alloh memperkembangbiakan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Alloh
yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu dengan yang
lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahim. Sesungguhnya Alloh selalu menjaga dan mengawasi
kamu ”. (QS. An-Nisa: 1).
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu
kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Alloh
memperbaiki bagimu amalan- amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu.
Dan barang siapa mentaati Alloh dan Rosul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan
yang besar ”. (QS: Al-Ahzab: 70-71)
Sesungguhnya sebenar-benar
perkataan adalahKitab
Alloh dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shollallohu alaihi was sallam danseburuk-buruk perkara adalah yang diada-adakan.Dan
setiap yang diada-adakan (dalam agama)
adalah bid’ah, dan setiap kebid’ahan adalah sesat, dan setiap
Islam adalah ni’mat Allah terbesar
اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَ أَتْمَمْتُ عَلَيْكُمُ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لِكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا
“Pada hari ini, Aku sempurnakan bagi kamu agama kamu,
dan Aku cukupkan ni’mat-Ku kepadamu, dan Aku ridla Islam jadi agamamu..”(Al
Maidah 3).
Tidak ada ni’mat dan karunia yang lebih besar yang
dianugerahkan Allah ta’ala kepada hamba-hamba-Nya selain nikmat hidayah islam
dan sunnah. Sebaliknya, tidak ada sebuah musibah yang berkepanjangan bagi
seorang hamba melainkan mendapatkan musibah kekesatan dan diharamkan padanya hidayah
islam dan sunnahi,
Namun kenyataannya banyak manusia yang terjerumus pada
pemahaman yang salah ketika memahami sebuah nikmat, sebagian besar manusia
memahami bahwa nikmat terbatas kepada harta, kesehatan, jabatan, anak, istri,
mobil, rumah mewah dan semacamnya. Memang benar semua ini merupakan nikmat
nikmat Allah ta’ala, akan tetapi, semua nikmat-nikmat tersebut pasti akan
lenyap dan pergi meninggalkan pemiliknya, atau di tinggal pemiliknya. Sedangkan
nikmat yang hakiki dan sesungguhnya dan akan di miliki selamanya adalah nikmat berada
di atas hidayah islam dan sunnah. Allah telah berfirman tentang orang-orang
yang mendapatkan kerunia besar ini,
وَمَنْ
يُطِعِ اللَّهَ
وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ
مَعَ الَّذِينَ
أَنْعَمَ اللَّهُ
عَلَيْهِمْ
"Dan
barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama
dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah." (QS.
An-Nisa': 69).
Oleh karenanya sudah selaknya bagi orang yang telah Allah
anugrahkan padanya nikmat Allah yang sangat besar ini untuk selalu mensyukuri
serta senantiasa menjaga nikmat tersebut dengan sebaik baiknya, karena Siapa
saja yang kehilangan nikmat ini akan mendapat kerugian besar, kesia siaan
amalan, bahkan adzab yang pedih yang berkepanjangan di dunia dan akhirat.
وَمَنْ يُبَدِّلْ
نِعْمَةَ اللَّهِ
مِنْ بَعْدِ
مَا جَاءَتْهُ
فَإِنَّ اللَّهَ
شَدِيدُ الْعِقَاب
"Dan
barang siapa yang menukar ni`mat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya,
maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya." (QS.
Al-Baqarah: 211)
وَلَقَدْ
أُوحِيَ إِلَيْكَ
وَإِلَى الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِكَ
لَئِنْ أَشْرَكْتَ
لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ
وَلَتَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ بَلِ
اللَّهَ فَاعْبُدْ
وَكُنْ مِنَ
الشَّاكِرِينَ
“Dan
sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu:
'Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah
kamu termasuk orang-orang yang merugi'." (QS. Az-Zumar: 65-66)
وَالَّذِينَ
كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ
كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ
يَحْسَبُهُ الظَّمْآَنُ
مَاءً حَتَّى
إِذَا جَاءَهُ
لَمْ يَجِدْهُ
شَيْئًا وَوَجَدَ
اللَّهَ عِنْدَهُ
فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ
وَاللَّهُ سَرِيعُ
الْحِسَابِ
"Dan
orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah
yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. Dan di dapatinya
(ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan
amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya."
(QS. Al Nuur: 39)
وَقَدِمْنَا إِلَى
مَا عَمِلُوا
مِنْ عَمَلٍ
فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً
مَنْثُورًا
"Dan
Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu
(bagaikan) debu yang berterbangan." (QS. Al Furqaan: 23)
وَمَنْ
يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ
عَنْ دِينِهِ
فَيَمُتْ وَهُوَ
كَافِرٌ فَأُولَئِكَ
حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ
فِي الدُّنْيَا
وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ
هُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ
"Barang
siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran,
maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka
itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah:
217) Di
إِنَّهُ
مَنْ يُشْرِكْ
بِاللَّهِ فَقَدْ
حَرَّمَ اللَّهُ
عَلَيْهِ الْجَنَّةَ
وَمَأْوَاهُ النَّارُ
وَمَا لِلظَّالِمِينَ
مِنْ أَنْصَارٍ
"Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang dzalim itu seorang penolong pun." (QS. Al Maidah:
72)
إِنَّ الَّذِينَ
كَفَرُوا وَمَاتُوا
وَهُمْ كُفَّارٌ
أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ
لَعْنَةُ اللَّهِ
وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ
أَجْمَعِينَ خَالِدِينَ
فِيهَا لَا
يُخَفَّفُ عَنْهُمُ
الْعَذَابُ وَلَا
هُمْ يُنْظَرُونَ
"Sesungguhnya
orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat
laknat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam
laknat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka
diberi tangguh." (QS. Al-Baqarah: 161-162)
Dari Ibunda Aisyah radliyallah 'anha,
berkata: "Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
'Ya Rasulallah, Ibnu Jud'aan sewaktu Jahiliyah telah menyambung silaturahim dan
memberi makan orang miskin, apakah hal itu bermanfaat baginya?" Beliau shallallahu 'alaihi wasallam menjawab,
"Tidak bermanfaat baginya karena tak pernah sehari pun dia berucap,
"Ya Allah Tuhanku, ampunilah dosa kesalahanku pada hari pembalasan."
(HR. Muslim)
Islam agama yang mulia dan membawa kemuliayaan
Islam diturunkan Allah
melalui rasul-Nya yang mulia, adalah ajaran yang menuntut manusia menuju
kemuliaan. Tidak ada satu ajaran pun di dalam islam yang membawa manusia menuju
pintu kehinaan dan kebinasaan, semua perintah di dalam islam semuanya
mengandung kebaikan dan kemulian dan semua larangan di dalam islam pasti
mengandung kerugian dan kehinaan.
Dahulu islam di awal
kemunculannya, terasa di hinakan akan tetapi setelah islam berkembang dan di
menangkan di atas semua agama berubah menjadi agama yang di muliakan dan di
tinggikan.
Berkata Khabbab bin al-Art
Radhiallahu Anhu: "Kami mengadu kepada Rasulullah saw saat beliau
bersandar dengan burdah (selendang)nya di bawah naungan Ka`bah. Kami katakan
kepada beliau: “Cobalah meminta pertolongan kepada Allah untuk kita! Cobalah
berdoa kepada Allah untuk kita!”, maka beliau menjawab: “Orang-orang sebelum
kalian ada yang dipendam di dalam tanah, lalu diambilkan gergaji dan diletakkan
di atas kepalanya, kemudian dibelahlah kepalanya menjadi dua bagian. akan
tetapi semua itu tidak memalingkannya dari agama Allah. Ada pula yang daging
tubuhnya disisir dengan sisir besi apa yang di bawah dagingnya yaitu tulang dan
ototnya, akan tetapi hal itu tidak menghalanginya dari agama Allah.
Demi Allah urusan (tegaknya agama ini) akan disempurnakan Allah kelak, sampai-sampai seseorang pengendara berjalan dari Shan`a hingga Hadramaut ia tidak merasa takut keacuali kepada Allah, atau kepada serigala atas kambing-kambingnya. Akan tetapi kalian terlalu tergesa-gesa” (HR. al-Bukhāriy No. 3852) dan janji nabi dalam hadits ini telah terbukti dan menjadi kenyataan.
Demi Allah urusan (tegaknya agama ini) akan disempurnakan Allah kelak, sampai-sampai seseorang pengendara berjalan dari Shan`a hingga Hadramaut ia tidak merasa takut keacuali kepada Allah, atau kepada serigala atas kambing-kambingnya. Akan tetapi kalian terlalu tergesa-gesa” (HR. al-Bukhāriy No. 3852) dan janji nabi dalam hadits ini telah terbukti dan menjadi kenyataan.
Bentuk bentuk pemuliaan islam kepada pemeluknya
§ Orang orang mulia di masa sebelum islam,
kemudian masuk islam akan diangkat kemuliaannya sehingga menjadi orang yang
paling mulia di hadapan Allah dan manusia, seperti beberpa sahabat nabi Abu
Bakar, Umar, Utsman dan lain lain.
§ Orang orang yang hina di mata manusia ketika
mereka masuk kedalam islam menjadi mulia di hadapan Allah dan manuisa seperti
Bilal, Abu Hurairoh dan lain lain.
§ Orang orang yang mulia di luar islam akan
menjadi rendah dan hina ketika ia kufur terhadap islam, seperti Abu jahal, Abu
lahab dan orang orang semacamnya.
§ Orang orag yang hina di mata manusia menjadi
sangat terhina ketika ia kufur terhadap islam, ibarat sudah miskin di dunia
mati masuk neraka.
Islam adalah agama
seluruh para nabi dan rasul
Agama Islam secara umum adalah agama seluruh para nabi
dan rasul seluruhnya, dari nabi yang pertama, bapak segenapm manusia; Adam
'alaihissalam, hingga nabi terakhir; Rasulullah Muhammad Shalaullahu 'Alaihi
wasallam. dan semua para pengikut nabi dan rasul semuanya di katakan beragama
Islam di zamannya masing masing. orang yang beriman dan mengikuti nabi Musa
dimasanya disebut dengan muslim. begitu juga orang yang yang beriman dan
mengikuti nabi Isa dimasanya disebut muslim. maka bagi yang beriman dan
mengikuti nabi Muhammad shalaullahu 'alahi wasallam dikatakan muslim, dan tidak
di katakan muslim bagi yang mengikuti ajaran di luar masa dan zamannya Nabi dan
rasul masing masing, maka tidak bisa di katakan seorang itu muslim bagi orang
yang mengikuti ajaran nabi musa atau isa di zaman diutusnya ajaran rasulullah
Muhammad shalaullahu 'alahi wasallam karena ajaran nabi dan rasul yang
sebelumnya telah di hapus dan di anggap tidak ada dengan kedatangan ajaran yang
baru yang di bawa rasul terakhir umat manusia rasulullah shalaullahu 'alahi
wasallam dan itulah makna agama islam
secara khusus yaitu agama yang di bawa Rasulullah shalaullahu 'alahi wasallam,
sebagaimana para ulama telah mendefinisikan:
اْلإِسْتِسْلاَمُ ِللهِ بِالتَّوْحِيْدِ وَاْلإِنْقِيَادُ
لَهُ باِلطَّاعَةِ وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ.
“(islam) adalah Berserah diri kepada Allah
dengan cara mentauhidkan-Nya, tunduk patuh kepada-Nya dengan melaksanakan
ketaatan (atas segala perintah dan larangan-Nya), serta membebaskan diri dari
perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat syirik.”(Al-Ushuuluts Tsalaatsah oleh Syaikh Muhammad
bin ‘Abdul Wahhab dan Syarah Tsalaatsatil Ushuul (hal. 68-69) oleh Syaikh
Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin).
Islam adalah agama yang
haq
Seorang muslim meyakini bahwa satusatunya agama yang
benar adalah Islam dan karenanya ia memilih untuk memeluknya, bukan memeluk
agama-agama lainnya. Allah ta'ala mengutus para Nabi dan Rasul untuk membawa
Islam dan menyebarkannya dan memerangi, serta menghapus dan memberantas kekufuran dan syirik.
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ
“Sesungguhnya agama (yang benar) di sisi
Allah adalah Islam.” [Ali ‘Imran: 19]
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ
فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain dari agama
Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan di
akhirat ia termasuk orang-orang yang rugi.” [Ali ‘Imran: 85]
Dua ayat ini adalah bantahan kepada beberapa
pemikiran yang yang datang belakangan jauh setelah generasi terbaik umat ini,
yang mengatakan bahwa semua agama sama dan semua agama benar, ketahuilah bahwa
orang yang mengatakan seperti ini adalah orang yang bingung dan tidak memiliki
agama yang kokoh, sebab Al qur'an telah mengatakan bahwa orang yang beragama
selain agama isam yang di bawa Rasulullah adalah tertolak dan termasuk orang
yang merugi, di sebut merugi karena
orang yang memeluknya merasa benar dan
berpahala dan akan masuk sorga, sehingga mereka kerahkan seluruh waktu, harta,
dan jiwanya untuk apa yang ia yakininya akan tetapi kalaulah mereka mengetahui
kenyataan yang sesungguhnya justru mereka akan mendapatkan kebalikannya yaitu
amalnya sia sia walaupun merek menyangka bahwa mereka berada dalam keadaan
sebaik baiknya sebagaimana firmannya Allah ta'ala berfirman,
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا الَّذِينَ ضَلَّ
سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
"Katakanlah: Maukah aku kabarkan kepada
kalian tentang orang-orang yang paling merugi amalnya. Yaitu orang-orang yang
sia-sia usahanya di dunia sementara mereka mengira telah melakukan sesuatu
kebaikan dengan sebaik-baiknya." (Qs. al- Kahfi: 103-104)
Allah Azza wa Jalla telah mewajibkan kepada
seluruh manusia untuk memeluk agama Islam karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam diutus untuk seluruh manusia.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla:
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ جَمِيعًا
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ يُحْيِي
وَيُمِيتُ ۖ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ
بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Katakanlah: ‘Hai manusia, sesungguhnya aku
adalah Rasul (utusan) Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang memiliki keajaan
langit dan bumi, tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Dia,
Yang menghidupkan dan Yang me-matikan.’ Maka berimanlah kamu kepada Allah dan
Rasul-Nya, (yaitu) Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
Kalimat-kalimat-Nya (Kitab-kitab-Nya) dan ikutilah ia, agar kamu mendapat
petunjuk.”[Al-A’raaf: 158]
Hal ini juga sesuai dengan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Abu Hurairoh radiallahu 'anhu':
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لاَ يَسْمَعُ بِيْ أَحَدٌ مِنْ
هَذِهِ اْلأُمَّـةِ يَهُوْدِيٌّ وَلاَ نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوْتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ
بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلاَّ كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ.
“Demi (Rabb) yang diri Muhammad ada di
tangan-Nya, tidaklah mendengar seseorang dari ummat Yahudi dan Nasrani tentang
diutusnya aku (Muhammad), kemudian ia mati dalam keadaan tidak beriman dengan
apa yang aku diutus dengannya (Islam), niscaya ia termasuk penghuni Neraka.” (HR. Muslim (I/134 no.
153).
Dari dalil dalil di atas
jelaslah bahwa hanya agama islamlah agama yang benar dan paling benar, adapun
selain agama islam adalah agama yang batil, dikarenakan beberapa sebab:
·
islam datang dalam rangka menghapus bagi
agama yang datang sebelumnya,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
والَّذِي نَفْسِي مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْأَصْبَحَ فِيْكُمْ مُوْسَى ثُـمَّ
اتَّبَعْتُمُوْهُ وَتَرَكْتُمُوْنِيْ لَضَلَلْتُـمْ .
Artinya: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di
tangan-Nya, seandainya Musa berada diantara kalian, kemudian kalian mengikuti
(ajaran)nya dan meninggalkan (ajaran)ku, niscaya kalian akan
tersesat.” [Hadits shahih lighairihi, diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya
(III/470-471 dan IV/265-266)]
·
Allah ta'ala telah menjanjikan kemenangan,
ketinggian dan kemuliaan islam di atas semua agama selain islam Allah ta'ala
berfirman:
هُوَ الَّذِي
أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ
وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan
membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas
segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (At Taubah 33)
·
Allah ta'ala telah menghabarkan bahwa islam
adalah jalannya yang lurus adapun agama selain islam hayalah jalan jalan setan
Allah ta'ala berfirman:
وَأَنَّ هَذَا
صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ
عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah
jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” [al-An'aam:153]
firmannya
وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ
بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang
lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang
demikian iti diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” [al-An'aam:153]
Al-Darimi Abu Mohamad di dalam Musnadnya
meriwayatkan dengan isnad shahih, “Mengabarkan kepada kami ‘Affaan,
meriwayatkan kepada kami Hummad bin Zaid, meriwayatkan kepada kami ‘Ashim bin
Bahrakah dari Abu Wail dari ‘Abdullah bin Mas’ud, dan ia berkata, “Suatu hari
Rasulullah menggambarkan kepada kami suatu garis, kemudian beliau saw bersabda,
“Ini adalah jalan Allah, kemudian beliau menggaris garis lagi di samping kanan
dan kirinya, kemudian bersabda, “Ini adalah jalan-jalan dimana syaithan
mengajak ke dalam garis ini. Kemudian beliau saw membaca ayat ini .
Ibnu Majah mengeluarkan sebuah riwayat yang
menyatakan, “Dan Rasulullah saw menggambar dua garis dari samping kirinya,
kemudian meletakkan tangan beliau di garis yang tengah, kemudian bersabda, “Ini
adalah jalan Allah, kemudian beliau membaca ayat ini, “Dan bahwa (yang Kami
perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah
kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalanNya”.
Adapun lafadz"السُّبُلَ " bermakna umum, mencakup agama
orang-orang Yahudi, Nashrani, Majusi, dan semua orang yang memiliki agama
selain Islam, ahlu ahwa' dan orang-orang sesat, dari golongan pemuja hawa nafsu
dan dosa.
·
Islam adalah agama hidayah adapun selain
islam adalah agama kesesatan dan kebinasaan sebagaimana firmannya:
فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ
هُدَايَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَيَشْقَى
“Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku,
niscaya ia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka.” (Thaha: 123).
Islam adalah agama yang sempurna
Islam adalah ajaran yang lengkap
dan sempurna. Segala permasalahan demi kemaslahatan manusia untuk kehidupan
mereka di dunia dan akhirat telah diuraikan secara utuh dan sempurna. Bahkan
apa yang bisa mendekatkan diri kesorga dan menghindarkan diri dari neraka
semuanya telah di jelaskan dalam syari’at islam, tentang kesempurnaan islam
telah banyak di jelaskan dalil dalilnya baik di dalam al’qur’an ataupun dalam
assunnah. Allah Ta’ala berfirman:
اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَ أَتْمَمْتُ عَلَيْكُمُ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لِكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا
“Pada hari ini, Aku sempurnakan
bagi kamu agama kamu, dan Aku cukupkan ni’mat-Ku kepadamu, dan Aku ridla Islam
jadi agamamu..”(Al Maidah 3).
Ibnu Katsir rahimahullahu Ta’ala
mengatakan:”Ini adalah ni’mat Allah Ta’ala paling besar terhadap ummat ini, di
mana Allah Ta’ala telah menyempurnakan agama mereka, sehingga tidak lagi
berhajat kepada agama selain islam, dan tidak pula berhajat kepada Nabi selain
Nabi mereka Muhammad shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam. Karena itulah
Allah Ta’ala mengutus beliau sebagai penutup para Nabi dan mengutusnya kepada
seluruh manusia dan jin. Tidak ada sesuatu yang halal kecuali apa yang
dihalalkannya. Tidak ada perkara yang haram melainkan apa yang diharamkannya.
Dan tidak ada agama (yang benar) kecuali apa yang disyari’atkannya, semua
berita yang disampaikannya adalah benar dan pasti. Bukan dusta dan
pertentangan. (Ibnu Katsir 2/13).
berkata Imam Malik dalam ayat ini sebagaimana yang di nukilkan oleh Ibnul Majisyun:”Saya pernah mendengar Imam Malik berkata:”Siapa yang melakukan suatu perbuatan baru dalam agama dan dianggapnya baik, berarti dia menuduh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam telah mengkhianati risalah. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman:
berkata Imam Malik dalam ayat ini sebagaimana yang di nukilkan oleh Ibnul Majisyun:”Saya pernah mendengar Imam Malik berkata:”Siapa yang melakukan suatu perbuatan baru dalam agama dan dianggapnya baik, berarti dia menuduh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam telah mengkhianati risalah. Karena sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman:
اَلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَ أَتْمَمْتُ عَلَيْكُمُ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لِكُمُ اْلإِسْلاَمَ دِيْنًا
“Pada hari ini, Aku sempurnakan
bagi kamu agama kamu, dan Aku cukupkan ni’mat-Ku kepadamu, dan Aku ridla Islam
jadi agamamu..”(Al Maidah 3). Maka apapun yang pada saat Rasul dan para sahabatnya
bukan ajaran agama, maka jangan pernah di anggap agama pada hari ini.”
مَّا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِنْ شَيْئٍ
“Tidaklah ada yang Kami lewatkan
dalam Kitab ini sedikitpun….”(Al An’am 38).
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْئٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِيْنَ
“Dan telah Kami turunkan kepadamu
sebuah Kitab sebagai penjelas segala sesuatu, petunjuk, rahmat dan berita
gembira bagi kaum muslimin..”(An Nahl 89).
وَكُلَّ شَيْئٍ فَصَّلْنَهُ تَفْصِيْلاً
“Dan segala sesuatu telah Kami
terangkan secara terperinci..”(Al Isra` 12).
Dari ‘Irbadl bin Sariyah
radliyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam
bersabda:
قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى البَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا لاَ يَزِيْغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلاَّ هَاِلكٌ
“Sungguh, aku tinggalkan kalian
di atas yang putih bersih, malamnya seperti siangnya. Tidak akan menyimpang
daripadanya sepeninggalku kecuali orang yang celaka.” Diriwayatkan oleh Ibnu
Majah (1/16), Ahmad (4/126), Al Hakim (1/175), Ath Thabrani dalam Mu’jamul
Kabir (18/247), disahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam takhrij As Sunnah karya
Ibnu Abi ‘Ashim (hal 19)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al
‘Ash radliyallahu ‘anhuma dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa
sallam, beliau bersabda:
إِنَّهُ لَمْ يَكُنْ نَبِيٌّ قَبْلِي إَِلاََّ كَانَ حَقًا عَلَيْهِ أَنْ يَدُلَّ أُمَّتَهُ عَلَى خَيْرٍ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ وَ يُنْذِرَهُمْ شَرًّ مَا يَعْلَمُهُ لَهُمْ
“Sesungguhnya tidak seorangpun
dari Nabi yang datang sebelumku melainkan wajib atasnya menunjukkan ummatnya
kebaikan yang diketahuinya dan memperingatkan mereka dari kejahatan yang
diketahuinya.” Diriwayatkan oleh Imam Muslim (3/1472, 1844), An Nasai dalam Al
Kubra (4/431), Ibnu Majah (2/2956), dan Al Baihaqi (8/169), (
Dari Abu Dzar radliyallahu ‘anhu,
katanya:
لَقَدْ تُوُفِّيَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وعلى آله وسلم وَمَا طَائِرٌ يُقَلِّبُ جَنَاحَيْهِ فِي السَمَاءِ إِلاَّ ذُكِرَ لَنَا مِنْهُ عِلْمٌ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa ‘ala alihi wa sallam telah wafat. Dan tidak ada seekor burungpun yang
mengepakkan sayapnya di angkasa melainkan telah beliau terangkan kepada kami
ilmunya.”(HR.Ahmad (5/152), Ath Thabrani (2/354)
Dari Salman Al Farisi
radliyallahu ‘anhu, katanya:
قَالَ لَهُ بَعْضَ الْمُشْرِكِيْنَ وَهُمْ يَسْتَهْزِئُ بِهِ: إِنِّي لَأَرَى صَاحِبَكُمْ يُعَلِّمُكُمْ كُلَّ شَيْئٍ حَتَّى الْخِرَاءَةِ ؟ فَقَالَ: أَجَلْ, أَمَرْنَا صلى الله عليه وآله وسلم عَلَى أَنْ لاَ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ وَلا َنَسْتَدْبِرَهَا وَلاَ نَسْتنْجِيَ بِأَيْمَانِنَا وَلاَ نَسْتَكْفِيَ بِدُوْنِ ثَلاَثِ أَحْجَارٍ لَيْسَ فِيْهَا عَظْمٌ وَلاَ رِجِيْعٌ
“Seorang musyrik berkata
kepadanya sambil mengejek:”Sungguh, saya lihat sahabat kalian ini (Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam) mengajarkan segala-galanya kepada
kalian sampai urusan buang air besar?” Salman mengatakan:”Betul. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam memerintahkan kami agar tidak
menghadap kiblat (Ka’bah) atau memunggunginya ketika buang air besar, dan agar
kami jangan istinja` (cebok) dengan tangan kanan, serta agar kami mencukupkan
dengan tiga buah batu (istijmar) tidak dengan tulang dan kotoran hewan yang
kering.” (HR. Muslim (1/223,262), At Tirmidzi (1/16,24), An Nasai (1/40, 72),
Abu Daud (1/3,7), Ibnu Majah (1/15,115)
Dari Zaid Al Yami dan ‘Abdul Malik bin ‘Umair dari Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu, katanya:”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda:
Dari Zaid Al Yami dan ‘Abdul Malik bin ‘Umair dari Ibnu Mas’ud radliyallahu ‘anhu, katanya:”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam bersabda:
أَيُّهَا الْنَّاس إِنَهُ لَيْسَ مِنْ شَيْءٍ يُقَرِبُّكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُبَاعِدْكُمْ مِنَ الْنَّارِ إِلاَّ قَدْ أَمَرْتُكُمْ بِهِ, وَإِنَهُ لَيْسَ شَيْءٍ يُقَرِبُكُمْ مِنْ الْنَّارِ وَيُبَاعِدْكُمْ عَنِ الْجَنَّةِ إِلاَّ قَدْ نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ
“Wahai manusia, tidak ada satupun
yang mendekatkan kalian kepada surga dan menjauhkan kalian dari neraka
melainkan telah aku perintahkan kepada kalian. Dan tidak ada satupun yang
mendekatkan kalian kepada neraka dan menjauhkan kalian dari surga melainkan telah
aku larang kalian daripadanya..”( HR. Al Baghawi (Syarhus Sunnah 14/303-305),
Dari Masruq dari ‘Aisyah
radliyallahu ‘anha, katanya:”Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam menyembunyikan sesuatu dari wahyu
Allah Ta’ala, maka janganlah kamu percayai, karena sesungguhnya Allah Ta’ala
berfirman:
يَا أَيُّهَا الْرَسُوْلُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَّبِكَ وَ إِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَغْتَ رِسَالَتَهُ
“Wahai Rasul. Sampaikanlah apa
yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Kalau tidak kamu kerjakan, berarti kamu
tidak menyampaikan risalah-Nya..”(Al Maidah 67). (HR. Bukhari (Al Fath 6/2739),
Dari ‘Aisyah, katanya:”Seandainya
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam menyembunyikan sesuatu
yang diturunkan oleh Allah kepadanya, tentunya akan dia sembunyikan ayat ini:
وَإِذْ تَقُوْلُ لِلَّذِيَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِ وَأَنْعَمْتَ عَلَيْهِ أَمْسِكْ عَلَيْكَ زَوْجَكَ وَاتَّقِ اللهَ وَتُخْفِي فِي نَفْسِكَ مَا اللهُ مُبْدِيهِ وَتَخْشَى الْنَّاسَ وَاللهُ أَحَقُّ أَنْ تَخْشَاهُ
“Dan ingatlah ketika kamu
mengatakan kepada orang yang telah Allah melimpahkan keni’matan kepadanya dan
kamu (juga) memberi ni’mat kepadanya:”Tahanlah isterimu, dan bertakwalah kepada
Allah.” Kamu sembunyikan dalam dirimu apa yang Allah akan menampakkannya. Kamu
takut kepada (omongan) manusia, padahal Allah yang lebih berhak kamu takut
kepada-Nya.”(Al Ahzab 37). (HR. Muslim (1/160),
Allah ta'ala mengutus nabi Muhammad Shallalahu a'laihi
wasallam dengan membawa agama Islam di tengah-tengah manusia ini sebagai
rahmat, dan merupakan suatu kenikmatan yang besar bagi manusia bukan suatu
mushibah yang membawa malapetaka. Bahkan sebelum Nabi Shallalahu a'laihi
wasallam menyerukan Islam, manusia
selalu dalam kekacauan dan permusuhan, sebagaimana peringatan Allah dalam surat
Ali Imran : 103
Dan ingatlah akan
nikmat Allah kepadamu, ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah
orang-orang yang bersaudara … [QS. Ali Imran 103]
Saat Bani ‘Aus dan Khazraj
nyaris perang karena adu domba Yahudi yg mengungkit ngungkit peperangan mereka
tempo dulu, Nabi mendamaikannya. Nabi berhasil mendamaikan dua suku yang biasa
bermusuhan menjadi bersaudara di dalam Islam. maka Allah turunkan ayat: “Dan Yang mempersatukan hati
mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan)
yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan
tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi
Maha Bijaksana.” [Al Anfaal 63]
Oleh karena itu
seharusnyalah manusia bersyukur kepada Allah atas diutusnya Nabi Muhammad
Shallalahu a'laihi wasallam membawa
dinul Islam ini. Karena hanya dengan Islamlah manusia di dunia ini dapat hidup
rukun, damai dan saling menebarkan kasih sayang.
Dan bukti
atau dalil tentang islam adalah agama
yang penuh rahmat amatlah banyak baik di dalam Al-Qur'an maupun di dalam
hadits-hadits Nabi di antaranya Allah ta'ala berfireman:
Dan tidaklah Kami
mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. [QS.
Al-Anbiyaa' : 107]
Dan Kami tidak
mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia seluruhnya, sebagai pembawa
berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui. [QS. Saba' : 28]
Maka disebabkan
rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. [QS. Ali Imran : 159]
Oleh karena itu saat para
sahabat disiksa di Mekkah dan Nabi juga dihina seperti dilempari tahi unta
bahkan hendak dibunuh, Nabi tidak meminta para sahabat memerangi mereka. Karena
Nabi menghindari pertumpahan darah. Nabi memilih hijrah ke Madinah dan
menghindari peperangan.
Saat diserang kaum kafir
Quraisy di Madinah pun Nabi memilih bertahan membela diri pada perang Badar,
perang Uhud, dan Perang Khandaq. Saat musuh kalah dan mundur, beliau tidak
mengejar dan menghabisi mereka. Tapi membiarkan mereka lari menyelamatkan diri.
Setelah itu, baru Nabi
menaklukkan kota Mekkah dengan Futuh Mekkah. Itu pun tidak dengan peperangan.
Dan nyaris tidak ada korban jiwa. Ini karena Nabi bukanlah orang yang kejam dan
haus darah, dan itu lah kasih sayang islam yang sesungguhnya.
Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. [QS. At-Taubah : 128]
Dari ayat-ayat
tersebut dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain, menerangkan bahwa Islam
yang diserukannya kepada manusia, benar-benar membawa rahmat di alam semesta
ini, dan mengeluarkan manusia dari gelap-gulita ke alam yang terang-benderang,
sehingga mengetahui jalan yang lurus yang membebaskan dirinya dari kesesatan
menuju jalan yang menyelamatkan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak.
Rasulullah
Shallalahu a'laihi wasallam bersabda :
Dari ‘Aisyah
istri Nabi Shallalahu a'laihi wasallam, bahwasanya Rasulullah Shallalahu
a'laihi wasallam bersabda, “Hai ‘Aisyah,
sesungguhnya Allah itu Maha Kasih Sayang dan senang kepada kasih sayang, dan
Dia memberi (kebaikan) pada kasih sayang itu apa-apa yang Dia tidak berikan
kepada kekerasan, dan tidak pula Dia berikan kepada apapun selainnya”. [HR.
Muslim juz 4, hal. 2003
Kejahatan dan
perbuatan jahat, keduanya sama sekali bukan ajaran Islam. Dan orang yang paling
baik Islamnya ialah yang paling baik akhlaqnya. [HR. Ahmad juz 7, hal. 410, no.
20874]
Dan apabila Allah
mencintai kepada seorang hamba, Allah memberinya kasih sayang
(kelemah-lembutan). Dan tidaklah suatu keluarga yang terhalang dari kasih
sayang, melainkan mereka terhalang pula dari kebaikan. [HR. Thabrani dalam
Al-Kabiir juz 2, hal. 306, no. 2274]
Nabi pembawa islam adalah Nabi yang rahmat
Sesuatu yang
harus diketahui oleh seluruh manusia tentang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, bahwasanya beliau adalah Nabi yang penyayang, dan bukan sebagaimana
yang di gambarkan di dalam film tersebut bahwa Nabi adalah sosok yang bengis,
kasar, lagi suka menumpahkan darah perhatikan
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Artinya: “Dan
tiadalah Kami mengutus kamu (wahai nabi Muhammad), melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.” (QS. 21:107)
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan
sesungguhnya kamu (wahai Nabi Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
agung.” (QS. 68:4).
Abdullah bin ‘Amr
radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
memberikan wejangan tentang kasih sayang, beliau bersabda:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا
أَهْلَ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ.
Artinya:
“Orang-orang penyayang disayang oleh Allah yang Maha Rahman, sayangilah
penduduk bumi maka kalian akan disayangi yang berada diatas langit (yaitu Allah
–Azza wa Jalla).” Hadits riwayat Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani.
Sebagian contoh
kasih sayang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, mulai dari manusia
hingga binatang! Subhanallah!!
·
Kasih Sayang Nabi Shallallahu’alaihi wasallam Kepada Para Wanita
Nabi shallallahu’alaihi wasallam adalah sosok yang penyayang kepada
istri-istrinya. Oleh karena itu perhatikanlah hadits berikut ini:
“’Aisyah radhiyallahu’anha pernah ditanya, ‘Apa yang diperbuat oleh Nabi
shallallahu’alaihi wasallam dirumahnya?’ maka ia menjawab, ‘Beliau selalu
membantu istri-istrinya, apabila telah datang waktu shalat maka beliau keluar
untuk shalat’.” (HR. Bukhari)
·
kasih sayang Nabi Shallallahu’alaihi wasallam terhadap pembantu
Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan
kasih sayang Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam terhadap pembatunya:
“Berkata Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu: “Aku membantu
Rasulullah selama sepuluh tahun, demi Allah tidak pernah beliau mengatakan:
“Uff”, dan tidak pernah mengatakan kepadaku: “Kenapa engkau kerjakan seperti
ini atau kerjakanlah seperti ini.” Hadits riwayat Muslim.
·
kasih sayang Nabi Shallallahu’alaihi wasallam terhadap anak anak
Dari
Aisyah ra: Ada seorang Arab dusun datang kepada Nabi Muhammad sambil berkata, “Engkau
mencium anak-anak, sedangkan kami tidak pernah mencium mereka.” Nabi pun
menjawab, “Apa dayaku apabila Allah telah mencabut kasih sayang dari hatimu.”
(HR. Bukhari).
Rasulullah
mencontohkan bagaimana menyayangi anak. Pernah, ia menggendong cucunya, Umamah
binti Abi al-Ash, ketika sedang salat. Jika rukuk, Umamah diletakkan dan ketika
bangun dari rukuk, maka Umamah diangkat kembali.
·
kasih sayang Nabi Shallallahu’alaihi wasallam kepada musuh musuhnya
Sejarah
mencatat betapa kasihnya Rasulullah terhadap para sahabat dan musuh-musuhnya.
Pada peristiwa penaklukan Mekkah (Fath al-Makkah) beliau
memaafkan orang-orang kafir Quraisy yang telah menyiksa dan mengganggunya
selama bertahun-tahun ketika masih di Makkah. Beliau menjamin keamanan mereka.
Abi Sufyan bin Umayyah, pemuka kafir Quraisy juga dimaafkan oleh beliau.
Peristiwa ini merupakan bukti otentik dari sifat kasih-sayangnya Rasulullah.
Dan hal ini adalah peristiwa yang luar biasa. Biasanya jika seorang penguasa menaklukkan
suatu negeri, ia akan menganiaya dan merendahkan derajat rakyat yang
dikalahkannya. Rasulullah tidak demikian. Ia malah mengampuni mereka yang
pernah menyengsarakannya. Peristiwa ini kelak diakui oleh para orientalis
sebagai bukti keagungan akhlak Rasulullah.
Dalam satu kesempatan lain,
ketika di Mekkah, Nabi didatangi utusan pembesar Quraisy, Utbah bin Rabi'ah. Ia
berkata pada Nabi, "Wahai kemenakanku, kau datang membawa agama baru, apa
yang sebetulnya kau kehendaki. Jika kau kehendaki harta, akan kami kumpulkan
kekayaan kami, Jika Kau inginkan kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika ada
sesuatu penyakit yang dideritamu, akan kami carikan obat. Jika kau inginkan
kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa kami"
Nabi mendengar dengan sabar
uraian tokoh musyrik ini. Tidak sekalipun beliau membantah atau memotong
pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi bertanya, "Sudah selesaikah,
Ya Abal Walid?" "Sudah." kata Utbah. Nabi membalas ucapan utbah
dengan membaca surat Fushilat. Ketika sampai pada ayat sajdah, Nabi bersujud.
Sementara itu Utbah duduk mendengarkan Nabi sampai menyelesaikan bacaannya.
Saat Romawi membunuh seorang
utusan Muslim pun Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam sangat murka. Tapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak menyerang dan membantai orang-orang Romawi. Beliau hanya memimpin 30 ribu
tentara Muslim ke Tabuk yang ada di perbatasan antara Romawi dan Islam. Beliau
tunggu pasukan Romawi selama 20 hari di sana. Saat tentara Romawi tidak berani
muncul, beliau pun pulang kembali ke Madinah. Jadi meski Nabi amat kuat dan
ditakuti oleh para pemimpin kafir Quraisy, Yahudi, Romawi, dan Persia, namun
beliau tidak semena-mena membabi-buta membunuh mereka. Itu karena beliau adalah
Rahmatan lil ‘Alamin!
·
kasih sayang Nabi Shallallahu’alaihi wasallam terhadap
binatang
Bahkan coba
perhatikan kasih sayang beliau terhadap para binatang, pernah Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam- melihat perumahan semut telah dibakar, beliau
bertanya: "Siapakah yang membakar ini?", lalu para shahabat menjawab:
"Kami", beliaupun bersabda:
إِنَّهُ لاَ يَنْبَغِى أَنْ يُعَذِّبَ بِالنَّارِ إِلاَّ رَبُّ النَّارِ
Artinya:
"Tidak layak seseorang mengadzab dengan api kecuali Rabb yang menciptakan
api neraka." Hadits riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani.
Shahabat Abdullah bin Ja'far radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah melihat onta yang merintih dan menangis, kemudian beliau bersabda kepada pemiliknya: "Apakah kamu tidak takut kepada Allah di dalam (pemeliharaan) hewan ini yang telah Allah berikan kepadamu, sesungguhnya ia telah mengadu kepadaku bahwasanya kamu melaparkannya dan memberikan beban yang lebih kepadanya." Hadits riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani.
Shahabat Abdullah bin Ja'far radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah melihat onta yang merintih dan menangis, kemudian beliau bersabda kepada pemiliknya: "Apakah kamu tidak takut kepada Allah di dalam (pemeliharaan) hewan ini yang telah Allah berikan kepadamu, sesungguhnya ia telah mengadu kepadaku bahwasanya kamu melaparkannya dan memberikan beban yang lebih kepadanya." Hadits riwayat Abu Daud dan dishahihkan oleh Al Albani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar