Sabtu, 15 Juni 2013

carilah kebenaran dalam islam (bag 2)





MUQODDIMAH
إنّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيّئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله
{يا أيّها الذين آمنوا اتقوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ولا تَمُوتُنَّ إلاَّ وأَنتُم مُسْلِمُونَ}
{يا أيّها الناسُ اتّقُوا ربَّكمُ الَّذي خَلَقَكُم مِن نَفْسٍ واحِدَةٍ وخَلَقَ مِنْها زَوْجَها وبَثَّ مِنْهُما رِجالاً كَثِيراً وَنِساءً واتَّقُوا اللهََ الَّذِي تَسَائَلُونَ بِهِ والأَرْحامَ إِنَّ اللهَ كان عَلَيْكُمْ رَقِيباً }
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمالَكمْ ويَغْفِرْ لَكمْ ذُنوبَكُمْ ومَن يُطِعِ اللهَ ورَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً}
أما بعد،فإن أصدق الحديث كلام الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكلّ محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في النار 



 Islam adalah agama wasathiyyah (pertengahan)

صِرَ ٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَ ٱلضَّاۤلِّين
Jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) merela yang sesat." (Al fatihah: 7).
كَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُواْ شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” ( Al-Baqarah: 143).
Islam diturunkan ke bumi oleh Allah ta'ala, melalui perantara Nabi dan Rasul sudah sempurna untuk mengatur dan menata kehidupan. Islam itu agama yang tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan ajaran serta pengikutnya.
Dalam menafsiri Al-Baqarah: 143, sebagian berpendapat bahwa al-wasathiyyah (pertengahan) adalah apa yang ada di antara dua sisi, pihak atau kelompok. Sementara Islam adalah agama pertengahan (dînul wasathiyyah). Sebab, yang di tengah itu lebih baik dari yang di kedua sisi.
Contoh Islam petengahan antara sikap berlebihan kaum Nasrani yang menjadikan Isa ‘alaihis salâm sebagai anak atau Tuhan, dengan kesembronoan kaum Yahudi yang mengatakan isa anak zinah bahkan mereka telah membunuh para nabi mereka. Dengan demikian, Islam adalah agama pertengahan  antara berlebihan dan kesembronoan.
Berkenaan dengan ayat ini pula, Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya mengemukakan, “Sesungguhnya Allah menyifati mereka sebagai ahlul wasath semata-mata karena sikap pertengahannya dalam agama. Mereka bukanlah orang-orang yang berlebihan (ghuluw) seperti kaum Nasrani yang bersikap ghuluw terhadap pendeta-pendetanya (rahib) dan terhadap Isa. Mereka bukan pula orang-orang yang bersikap meremehkan dan cenderung menganggap enteng, seperti kaum Yahudi yang bersikap seperti itu sehingga berani mengubah kitab Allah, membunuh para nabi, mendustakan dan kufur terhadap Allah. Semua ini menunjukkan bahwa yang paling disukai oleh Allah dalam setiap urusan adalah yang tengah-tengah.” (Tafsir ath-Thabari dalam Maktabah Syamilah).

 
Larangan berlebihan dalam beragama

 قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلاَ تَتَّبِعُواْ أَهْوَاء قَوْمٍ قَدْ ضَلُّواْ مِن قَبْلُ وَأَضَلُّواْ كَثِيراً وَضَلُّواْ عَن سَوَاء السَّبِيلِ
 Katakanlah: "Hai Ahlul Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang Telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka Telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. " ( Al-Ma’idah: 77)
Berkata Alhafidz Ibnu Katsir rahimahullah di dalam Tafsirnya: “Alloh ta’ala melarang Ahlul Kitab untuk tidak melampaui batas didalam beragama dan ini banyak dilakukan oleh Nasrani karena sesungguhnya mereka melampaui batas didalam menempatkan kedudukan Nabi Isa ‘alaihis salam sampai melampaui batas yang telah diberikan Alloh ta’ala kepadanya yaitu dengan menempatkan kedudukannya sebagai seorang Nabi menjadi Tuhan yang disembah selain Alloh ta’ala bahkan mereka melampaui batas kepada para pengikutnya dan kelompoknya yang mereka menyangka diatas ajarannya Nabi Isa ‘alaihis salam dan meyakini kema’suman mereka dan mengikuti setiap apa yang mereka katakan baik didalam perkara yang haq maupun batil, sesat maupun petunjuk, benar maupun dusta sebagai mana firman Alloh ta’ala: “Mereka menjadikan pemimpin-pemimpin dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Alloh (At Taubah:31)”, (Tafsir Ibnu Katsir 1/589).
Berkata Imam An Nawawi rahimahullah didalam hadits ini: “Celakalah orang-orang yang melampaui batas atau orang-orang yang melebihi batas ketentuan syariat didalam perkataan dan perbuatan mereka”. (Syarh Muslim:17/220).
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي دِينِكُمْ وَلاَ تَقُولُواْ عَلَى اللّهِ إِلاَّ الْحَقِّ
”Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.” (QS. An-Nisaa’: 171)
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْاْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
”Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud: 112)
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللّهِ وَقَالَتْ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Orang-orang Yahudi berkata: Uzair itu putera Allah dan orang-orang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّيْنِ
Rasulullah Saw. bersabda: “Jauhilah oleh kalian akan ghuluw (berlebihan) di dalam agama, karena telah binasa orang-orang sebelum kalian  dengan sebab ghuluw (berlebihan) di dalam agama” (HR. Ahmad).
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu dia berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم هلك المتنطعون قالها ثلاثاً.
“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:’Binasalah al-Mutanathi’un’ Beliau mengucapkanya tiga kali.”(HR. Muslim) dan di riwayat Abu Dawud:”Ketahuilah, binasalah al-Mutanathi’un (tiga kali).” Imam Nawawi rahimahullah berkata:”(al-Mutanathi’un)Yaitu orang ynag berbelit-belit, berlebih-lebihan dan melampui batas dalam ucapan mereka dan perbuatan mereka.”
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الدين يسر ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه، فسددوا وقاربوا وأبشروا واستعينوا بالغدوة والروحة وشيء من الدلجة
"Sesungguhnya agama ini mudah (untuk dijalankan), dan tidaklah seseorang mempersulit agama ini melainkan dia akan dikalahkannya, maka berusahalah untuk benar (sesuai sunah Nabi), atau (kalau tudak bisa) dekatlah dengan kebenaran, dan bergembiralah (dengan pahalanya), minta bantuanlah dengan (melaksanakan ketaatan) di waktu pagi, sore, dan sebagian malam hari" (HR.Al-Bukhari)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu'anhuma, keduanya berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وانتحال المبطلين، وتأويل الجاهلين
“Agama ini diemban di setiap zaman oleh para ulama; yang menyisihkan penyimpangan golongan yang ekstrim, jalan orang-orang batil dan ta’wilnya orang-orang yang jahil.” (HR. al-Baihaqi, Al-Khathib al-Baghdady rahimahullah dalam Syaraf Ashab al-Hadits (hal. 65 no. 51) dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad rahimahullah dan dishahihkannya. Dan al-’Ala’i rahimahullah menshahihkan sebagian riwayatnya)
Dari Abu Umamah radhiyallahu 'anhu berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : (صنفان من أمتي لن تنالهما شفاعتي: إمام ظلوم، و كل غال مارق)
”Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Dua golongan dari ummatku yang tidak akan mendapatkan syafa’atku; pemimpin yang zhalim, dan setiap orang yang ghuluw (ekstrim) dan melampui batas (agama).”(Diriwayatkan oleh ath-Thabrani rahimahullah dalam al-Kabir dan al-Ausath. Al-Mundziri rahimahullah dan al-Haitsami rahimahullah berkata:”Para perawinya tsiqah, maksudnya perawi di Mu’jam al-Kabir, dan hadits ini dihasankan oleh syaikh al-Albani rahimahullah).

Macam-macam sikap ghuluw (berlebih lebihan)

Ghuluw adalah melampui batas dalam beribadah, beramal, memuji maupun mencela, dan ghuluw terbagi menjadi empat macam:

1. Ghuluw (berlebih lebihan) dalam aqidah (keyakinan), seperti ghuluwnya ahlil kalam (asy’ariyah, mu’tazilah, maturidiyah dan selain mereka) dalam masalah nama-nama dan sifat (asma wa sifat) Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga mengarah kepada tamtsil (menyerupakan Allah denga makhluk) atau ta’thil (mengingkari nama dan sihfat Alah). Dan yang pertengahan dalam masalah ini adalah apa yang diyakini oleh Ahlu Sunnah dengan menetapkan nama dan sifat yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam, tanpa merubah, mengingkari mempertanyakan caranya,ataupun menyerupakannya dengan makhluknya.

2. Ghuluw (berlebih lebihan) dalam ibadah (hukum) seperti ghuluwnya orang khawarij yang menganggap kafir para pelaku dosa besar, dan juga mu’tazilah yang menempatkan pelaku dosa besar pada manzilah (kedudukan) di antara dua manzilah (kedudukan), maksudnya dia bukan muslim dan bukan kafir. Dan sikap berlebihan ini berlawanan dengan sikap meremehkannya murji’ah, yang mana mereka mengatakan bahwa keimanan seseorang tidak akan terpengaruhi oleh dosa sebesar apapun dosa itu. Dan yang tengah-tengah dalam masalah ini adalah apa yang diyakini Ahlu Sunnah bahwa pelaku maksiat (dosa ) adalah orang yang keimanannya kuarang sesuai dengan kadar maksiat yang dia lakukan.

3. Ghuluw (berlebih lebihan)  dalam muamalah, seperti berlebihan dalam mengharamkan sesuatu (yang tidak ada dalinya), dan ini berlawanan dengan sikap meremehkan orang yang mngatakan halanya segala cara untuk meningkatkan harta dan perkonomian, sekali[un itu riba, menipu dan yang lainnya. Dan yang tengah-tengah adalah dengan mengatakan bahwa halalnya muamalah adalah yang dibangun di atas keadilan, yaitu yang sesuai dengan nash-nash al-Qur’an maupun hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

4. Ghuluw (berlebih lebihan) dalam adat kebiasaan, seperti bersikap keras dalam memegang adat yang lama, dan tidak mau beralih kepada yang lebih baik. Adapun kalau kedua adat tersebut adalah sama dalam kebaikan dan manfaat, maka keadaan sseorang yang tetap bertahan dengan adatnya lebih baik daripada mengambil adat atau kebiasaan yang baru (Syarh Kasyfu Syubhat lisyaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah)

Sebab sebab Ghuluw (berlebih lebihan) dalam islam
1.         Ibtida’ (melakukan perkara-perkara dalam islam yang tidak berdasarkan dalil-dalil yang ada) dan Berlebihan dalam mengamalkan hukum-hukum syariat, fikrah atau akidah tertentu.
2.       Ittiba’ul Hawa (mengikuti hawa nafsu dengan meninggalkan tuntunan syari’at yang ada).
3.       Taqdimul ‘Aqli ‘ala Naqli (mendahulukan akal dari pada nash-nash yang ada).
4.       Ta’ashshub wa Taqlid (fanatik kepada sesuatu serta mengikutinya dengan membabi buta)
5.       Jahil (Kebodohan) tidak memahami agama secara mendalam,tidak mengkaji agama secara menyeluruh dan lengkap,
6.       Mengambil yang ayat ayat yang mutasyabihat (samar) dan meninggalkan yang muhkam (jelas)
7.       Kebebasan beragama yang melahirkan sikap radikal, keras,dam berlebihan sebab beragama adalah fitrah manusia yang dibawanya sejak lahir.
8.       Pengaruh dari penganut agama terdahulu ke dalam ajaran islam.
9.       Terlalu berpegang kepada adat istiyadat masyarakat

Contoh sikap guluw (berlebih lebihan)  
1.         Mengkafirkan orang Muslim disebabkan dosa besar dan memasukannya kedalam golongan orang-orang Kafir.
2.       Memberontak kepada pemerintahan yang bukan dari kelompok mereka, sekalipun yang memimpin Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa salam atau para sahabatnya sebagaimana yang dilakukan oleh pencetus kelompok ini.
3.       Memerangi kaum muslimin yang bukan dari kelompok mereka dan bermuamalah bersama mereka seperti bermuamalah dengan orang Kafir serta menghalalkan darah dan harta mereka.
4.       Memalingkan dalil-dalil yang berkaitan dengan Amar Ma’ruf Nahi Munkar kepada amalan pemberontakan dan penggulingan pemerintahan dan memerangi orang yang menyelisihi mereka.
5.       Diikuti oleh kebanyakan para pemuda belia yang dangkal keilmuan  agamanya.
6.       Memiliki sikap berlebihan di dalam beragama bersamaan dengan tampaknya tanda-tanda ibadah secara dhohir seperti Sholat, Puasa, zuhud dan wara’.
7.       Memerangi dan membunuh orang muslim, akan tetapi  membiarkan orang-orang kafir dan musyrik.
8.       Memvonis kafir seluruh masyarakat bahkan mengkafirkan orang yang tidak sependapat dengan mereka.
9.       Menghindari shalat dibelakang orang yang tidak sefaham dengan mereka
10.     Mengajak orang untuk bersikap radikal, keras, memberontak kepada pemerintahan yang ada
11.       Berlebihan dalam urusan far'iyyat dan mengabaikan yang prinsip sehingga mereka hanya mengenal dua hukum ,wajib atau haram,padahal hukum itu ada lima dan agama islam ini diletakkan diatas prinsip memberi kemudahan dan kelapangan"
Sebagaimana sikap guluw di larang dalam islam maka sikap sebaliknya juga di larang yaitu sikap meremeh remehkan dalam islam karena ini adalah sikapnya orang orang kafir dan orang orang yang tidak peduli dengan agama.

Contoh sikap Menyepelekan dalam islam
1.         Menganggap rasulullah seseorang yang juga perlu di kritisi, tidak di benarkan secara mutlak.
2.       Memahami agama tidak sebagaimana pemahaman para sahabat
3.       Anggapan semua agama adalah benar.
4.       Orang kafir hanyalah mereka yang tidak berpegang dengan agama.
5.       Kebenaran menurut mereka adalah nisbi( menurut pandangan masing-masing)
6.       Hukum agama tidak boleh di terapkan di dalam negara.
7.       Menyamakan gender (laki-laki dan perempuan)
8.       Memperjuangkan kelompok penyimpang sexsual seperti gay, homo dan lisbi
9.       Tidak adanya al wala’ dan AL baraa’ di dalam agama mereka.
10.     Adanya ilmu laduni, maka jelas hal ini akan berbahaya di karenakan: Dapat Menjauhkan diri dari menuntut ilmu syar’i, Menghancurkan sanad-sanad hadits dan menshahihkan hadits-hadits dha’if (lemah), Menganggap menimba ilmu (hadits) sebagai perbuatan aib dan merupakan jalan menuju kemaksiatan serta kesalahan. dll.

Gambaran islam agam pertengahan

Islam agama pertengahan di antara agama agama yang ada
Di antara contoh contoh pertengahan islam  di antara agama agama yang ada, adalah dalam hal ketuhanan di mana:
·        Orang orang yahudi mengatakan dan mensifati allah dengan sifat makhluk

 
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar." (Al Imron 181)
Bahkan mereka mengatakan bahwa Allah ta'ala lelah setelah mencipkan langit dan bumi kemudian beristirahat pada hari sabtu.
·        Orang orang nashrani mensifati makhluk dengan sifat khusus bagi Allah ta'ala, seperti mensifati Nabi Isa 'Alahi salam sebagai salah satu dari tiga tuhan , atau anak tuhan atau dialah tuhan.
·        Orang orang Nashrani sangat Guluw terhadap para nabi dan rahib mereka hingga mendudukan mereka sebagai tuhan selain Allat ta'ala
firman Alloh ta’ala: “Mereka menjadikan pemimpin-pemimpin dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Alloh (At Taubah:31)”,
Begitu juga sikap mereka terhadap para nabi dan orang orang shalih.
·        Orang Orang yahudi justru membunuh para nabi dan orang orang soleh mereka
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memamg tak dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih (Al Imron 21).
Begitu juga sikap mereka terhadap masalah halal dan haram.
·        Orang orang yahudi sangat berlebihan sehingga mengharamkan yang Allah ta'ala halalkan Alla ta'ala berfirman:
فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ كَثِيرًا
Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari jalan Allah (An Nisa' 160)
·        Orang orang Nashrani mereka sangat meremehkan dengan membolehkan setiap yang di haramkan Allah ta'ala kepada mereka.
وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ
 Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku.(Al Imron: 50).

Islam agama pertengahan di antara kelompok kelompok dalam islam 

1. Dalam masalah nama dan sifat Alloh ta’ala
  • Kelompok Jahmiyah: berlebihan di dalam menafikan nama dan sifat bagi Alloh ta’ala.
  • Kelompok Musyabbihah: berlebihan di dalam menetapkan nama dan sifat, sampai mereka menyamakan Alloh ta’ala dengan makhluknya.
2. Dalam masalah Taqdir
  • Kelompok Qodariyah: berlebihan di dalam menetapkan kehendak Alloh ta’ala, sampai menafikan Taqdir Alloh ta’ala bagi makhluk dan menetapkan bahwa makhluk menciptakan perbuatannya sendiri.
  • Kelompok Jabriyah: berlebihan di dalam menetapkan kehendak Alloh ta’ala, sampai menafikan ikhtiyar makhluk dan menetapkan bahwa semua yang dilakukan makhluk hakikatnya adalah perbuatan Alloh ta’ala.
3. Dalam masalah penamaan iman dan agama
  • Kelompok Khowarij: berlebihan di dalam permasalahan iman sampai mereka mengkafirkan orang yang berbuat maksiat walaupun hanya sekali, maka halal darah dan hartanya.
  • Kelompok Mu’tazilah: berlebihan sampai mengatakan bahwa orang yang berbuat maksiat tidak dikatakan orang muslim atau kafir, tetapi berada di antara dua perkara ini, sedangkan di akhirat dia kekal di neraka.
  • Kelompok Murji’ah: meremehkan di dalam mensikapi pelaku  kemaksiatan, sampai mengatakan bahwa amalan tidak termasuk masalah iman. Maka orang yang bermaksiat walaupun sebanyak apapun tidak akan mengeluarkan dari iman. Dan banyak lagi contoh tontoh lain yang tidak bisa kita bentangkan dalam makalah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar