MUQODDIMAH
إنّ
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيّئات
أعمالنا، من يهده الله فلا مضلّ له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا
الله وحده لا شريك له، وأشهد أنّ محمدا عبده ورسوله
{يا أيّها الذين آمنوا
اتقوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ ولا تَمُوتُنَّ إلاَّ وأَنتُم مُسْلِمُونَ}
{يا
أيّها الناسُ اتّقُوا ربَّكمُ الَّذي خَلَقَكُم مِن نَفْسٍ واحِدَةٍ وخَلَقَ
مِنْها زَوْجَها وبَثَّ مِنْهُما رِجالاً كَثِيراً وَنِساءً واتَّقُوا اللهََ
الَّذِي تَسَائَلُونَ بِهِ والأَرْحامَ إِنَّ اللهَ كان عَلَيْكُمْ
رَقِيباً }
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمالَكمْ ويَغْفِرْ لَكمْ ذُنوبَكُمْ ومَن يُطِعِ اللهَ ورَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزاً}
أما بعد،فإن أصدق الحديث كلام الله وخير الهدي هدي
محمد وشر الأمور محدثاتها وكلّ محدثة بدعة ، وكل بدعة ضلالة ، وكل ضلالة في
النار
Islam adalah
agama wasathiyyah (pertengahan)
صِرَ ٰطَ ٱلَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ ٱلْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ
وَلاَ ٱلضَّاۤلِّين
Jalan
orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) merela yang sesat." (Al
fatihah: 7).
كَذَلِكَ
جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِّتَكُونُواْ شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ
الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam),
umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” ( Al-Baqarah: 143).
Islam diturunkan ke bumi oleh Allah ta'ala, melalui perantara Nabi dan
Rasul sudah sempurna untuk mengatur dan menata kehidupan. Islam itu agama yang
tidak berlebihan dan tidak pula merendahkan ajaran serta pengikutnya.
Dalam menafsiri Al-Baqarah: 143,
sebagian berpendapat bahwa al-wasathiyyah
(pertengahan) adalah apa yang ada di antara dua sisi, pihak atau kelompok. Sementara
Islam adalah agama pertengahan (dînul wasathiyyah).
Sebab, yang di tengah itu lebih baik dari yang di kedua sisi.
Contoh Islam petengahan antara sikap berlebihan kaum Nasrani yang
menjadikan Isa ‘alaihis salâm
sebagai anak atau Tuhan, dengan kesembronoan kaum Yahudi yang mengatakan isa
anak zinah bahkan mereka telah membunuh para nabi mereka. Dengan demikian,
Islam adalah agama pertengahan antara
berlebihan dan kesembronoan.
Berkenaan dengan
ayat ini pula, Ibnu Jarir dalam Tafsir-nya mengemukakan, “Sesungguhnya Allah
menyifati mereka sebagai ahlul wasath semata-mata karena sikap pertengahannya
dalam agama. Mereka bukanlah orang-orang yang berlebihan (ghuluw) seperti kaum
Nasrani yang bersikap ghuluw terhadap pendeta-pendetanya (rahib) dan terhadap Isa.
Mereka bukan pula orang-orang yang bersikap meremehkan dan cenderung menganggap
enteng, seperti kaum Yahudi yang bersikap seperti itu sehingga berani mengubah
kitab Allah, membunuh para nabi, mendustakan dan kufur terhadap Allah. Semua
ini menunjukkan bahwa yang paling disukai oleh Allah dalam setiap urusan adalah
yang tengah-tengah.” (Tafsir ath-Thabari dalam Maktabah Syamilah).
Larangan
berlebihan dalam beragama
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي
دِينِكُمْ غَيْرَ الْحَقِّ وَلاَ تَتَّبِعُواْ أَهْوَاء قَوْمٍ قَدْ ضَلُّواْ مِن
قَبْلُ وَأَضَلُّواْ كَثِيراً وَضَلُّواْ عَن سَوَاء السَّبِيلِ
Katakanlah: "Hai Ahlul Kitab, janganlah
kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu.
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang Telah sesat dahulunya
(sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka Telah menyesatkan kebanyakan
(manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus. " ( Al-Ma’idah: 77)
Berkata Alhafidz Ibnu Katsir rahimahullah di
dalam Tafsirnya: “Alloh ta’ala
melarang Ahlul Kitab untuk tidak melampaui batas didalam beragama dan ini
banyak dilakukan oleh Nasrani karena sesungguhnya mereka melampaui batas
didalam menempatkan kedudukan Nabi Isa ‘alaihis
salam sampai melampaui batas yang telah diberikan Alloh ta’ala kepadanya
yaitu dengan menempatkan kedudukannya sebagai seorang Nabi menjadi Tuhan yang
disembah selain Alloh ta’ala
bahkan mereka melampaui batas kepada para pengikutnya dan kelompoknya yang
mereka menyangka diatas ajarannya Nabi Isa ‘alaihis
salam dan meyakini kema’suman
mereka dan mengikuti setiap apa yang mereka katakan baik didalam perkara yang
haq maupun batil, sesat maupun petunjuk, benar maupun dusta sebagai mana firman
Alloh ta’ala: “Mereka menjadikan
pemimpin-pemimpin dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Alloh
(At Taubah:31)”, (Tafsir Ibnu Katsir 1/589).
Berkata Imam An Nawawi rahimahullah
didalam hadits ini: “Celakalah
orang-orang yang melampaui batas atau orang-orang yang melebihi batas ketentuan
syariat didalam perkataan dan perbuatan mereka”. (Syarh
Muslim:17/220).
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لاَ تَغْلُواْ فِي
دِينِكُمْ وَلاَ تَقُولُواْ عَلَى اللّهِ إِلاَّ الْحَقِّ
”Wahai
Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu
mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.” (QS. An-Nisaa’: 171)
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ
مَعَكَ وَلاَ تَطْغَوْاْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
”Maka
tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Huud: 112)
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ
ابْنُ اللّهِ وَقَالَتْ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم
بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَاتَلَهُمُ
اللّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
“Orang-orang
Yahudi berkata: Uzair itu putera Allah dan orang-orang Nasrani berkata:
"Al masih itu putera Allah. Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut
mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati
Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling
Rosululloh
shallallahu
‘alaihi wa salam bersabda:
وَإِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي
الدِّيْنِ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّيْنِ
Rasulullah
Saw. bersabda: “Jauhilah oleh kalian akan ghuluw (berlebihan) di dalam
agama, karena telah binasa orang-orang sebelum kalian dengan sebab ghuluw
(berlebihan) di dalam agama” (HR. Ahmad).
Dari
Ibnu Mas’ud radhiyallahu 'anhu dia berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
هلك المتنطعون قالها ثلاثاً.
“Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:’Binasalah al-Mutanathi’un’ Beliau mengucapkanya
tiga kali.”(HR. Muslim) dan di riwayat Abu Dawud:”Ketahuilah, binasalah
al-Mutanathi’un (tiga kali).” Imam Nawawi rahimahullah
berkata:”(al-Mutanathi’un)Yaitu orang ynag berbelit-belit, berlebih-lebihan dan
melampui batas dalam ucapan mereka dan perbuatan mereka.”
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
إن الدين يسر ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه، فسددوا وقاربوا وأبشروا واستعينوا
بالغدوة والروحة وشيء من الدلجة
"Sesungguhnya
agama ini mudah (untuk dijalankan), dan tidaklah seseorang mempersulit agama
ini melainkan dia akan dikalahkannya, maka berusahalah untuk benar (sesuai
sunah Nabi), atau (kalau tudak bisa) dekatlah dengan kebenaran, dan
bergembiralah (dengan pahalanya), minta bantuanlah dengan (melaksanakan ketaatan)
di waktu pagi, sore, dan sebagian malam hari" (HR.Al-Bukhari)
Dari
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dan Ibnu ‘Umar radhiyallahu'anhuma, keduanya
berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
:يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وانتحال المبطلين،
وتأويل الجاهلين
“Agama
ini diemban di setiap zaman oleh para ulama; yang menyisihkan penyimpangan
golongan yang ekstrim, jalan orang-orang batil dan ta’wilnya orang-orang yang
jahil.” (HR. al-Baihaqi, Al-Khathib al-Baghdady rahimahullah dalam Syaraf Ashab
al-Hadits (hal. 65 no. 51) dan diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad rahimahullah
dan dishahihkannya. Dan al-’Ala’i rahimahullah menshahihkan sebagian
riwayatnya)
Dari
Abu Umamah radhiyallahu 'anhu berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم
: (صنفان من أمتي لن تنالهما شفاعتي: إمام ظلوم، و كل غال مارق)
”Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:”Dua golongan dari ummatku yang tidak
akan mendapatkan syafa’atku; pemimpin yang zhalim, dan setiap orang yang ghuluw
(ekstrim) dan melampui batas (agama).”(Diriwayatkan oleh ath-Thabrani
rahimahullah dalam al-Kabir dan al-Ausath. Al-Mundziri rahimahullah dan
al-Haitsami rahimahullah berkata:”Para perawinya tsiqah, maksudnya perawi di
Mu’jam al-Kabir, dan hadits ini dihasankan oleh syaikh al-Albani rahimahullah).
Macam-macam sikap ghuluw (berlebih
lebihan)
Ghuluw adalah melampui batas dalam
beribadah, beramal, memuji maupun mencela, dan ghuluw terbagi menjadi empat
macam:
1. Ghuluw (berlebih lebihan) dalam aqidah
(keyakinan), seperti ghuluwnya ahlil kalam (asy’ariyah, mu’tazilah, maturidiyah
dan selain mereka) dalam masalah nama-nama dan sifat (asma wa sifat) Allah
Subhanahu wa Ta'ala sehingga mengarah kepada tamtsil (menyerupakan Allah denga
makhluk) atau ta’thil (mengingkari nama dan sihfat Alah). Dan yang pertengahan
dalam masalah ini adalah apa yang diyakini oleh Ahlu Sunnah dengan menetapkan
nama dan sifat yang telah ditetapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam, tanpa merubah, mengingkari
mempertanyakan caranya,ataupun menyerupakannya dengan makhluknya.
2. Ghuluw (berlebih lebihan) dalam ibadah
(hukum) seperti ghuluwnya orang khawarij yang menganggap kafir para pelaku dosa
besar, dan juga mu’tazilah yang menempatkan pelaku dosa besar pada manzilah
(kedudukan) di antara dua manzilah (kedudukan), maksudnya dia bukan muslim dan
bukan kafir. Dan sikap berlebihan ini berlawanan dengan sikap meremehkannya
murji’ah, yang mana mereka mengatakan bahwa keimanan seseorang tidak akan
terpengaruhi oleh dosa sebesar apapun dosa itu. Dan yang tengah-tengah dalam
masalah ini adalah apa yang diyakini Ahlu Sunnah bahwa pelaku maksiat (dosa )
adalah orang yang keimanannya kuarang sesuai dengan kadar maksiat yang dia
lakukan.
3. Ghuluw (berlebih lebihan) dalam muamalah, seperti berlebihan dalam
mengharamkan sesuatu (yang tidak ada dalinya), dan ini berlawanan dengan sikap
meremehkan orang yang mngatakan halanya segala cara untuk meningkatkan harta
dan perkonomian, sekali[un itu riba, menipu dan yang lainnya. Dan yang
tengah-tengah adalah dengan mengatakan bahwa halalnya muamalah adalah yang
dibangun di atas keadilan, yaitu yang sesuai dengan nash-nash al-Qur’an maupun
hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
4. Ghuluw (berlebih lebihan) dalam adat
kebiasaan, seperti bersikap keras dalam memegang adat yang lama, dan tidak mau
beralih kepada yang lebih baik. Adapun kalau kedua adat tersebut adalah sama
dalam kebaikan dan manfaat, maka keadaan sseorang yang tetap bertahan dengan
adatnya lebih baik daripada mengambil adat atau kebiasaan yang baru (Syarh
Kasyfu Syubhat lisyaikh al-‘Allamah Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin
rahimahullah)
Sebab sebab Ghuluw (berlebih
lebihan)
dalam
islam
1.
Ibtida’ (melakukan perkara-perkara dalam
islam yang tidak berdasarkan dalil-dalil yang ada) dan Berlebihan dalam
mengamalkan hukum-hukum syariat, fikrah atau akidah tertentu.
2. Ittiba’ul
Hawa (mengikuti hawa nafsu dengan meninggalkan tuntunan syari’at yang ada).
3. Taqdimul
‘Aqli ‘ala Naqli (mendahulukan akal dari pada nash-nash yang ada).
4. Ta’ashshub
wa Taqlid (fanatik kepada sesuatu serta mengikutinya dengan membabi buta)
5. Jahil
(Kebodohan) tidak
memahami agama secara mendalam,tidak mengkaji agama secara menyeluruh dan
lengkap,
6. Mengambil
yang ayat ayat yang mutasyabihat (samar) dan meninggalkan yang muhkam (jelas)
7. Kebebasan
beragama yang melahirkan sikap radikal, keras,dam berlebihan sebab beragama
adalah fitrah manusia yang dibawanya sejak lahir.
8. Pengaruh
dari penganut agama terdahulu ke dalam ajaran islam.
9. Terlalu
berpegang kepada adat istiyadat masyarakat
Contoh sikap guluw (berlebih
lebihan)
1.
Mengkafirkan orang Muslim disebabkan
dosa besar dan memasukannya kedalam golongan orang-orang Kafir.
2. Memberontak
kepada pemerintahan yang bukan dari kelompok mereka, sekalipun yang memimpin
Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa salam atau para sahabatnya sebagaimana yang
dilakukan oleh pencetus kelompok ini.
3. Memerangi
kaum muslimin yang bukan dari kelompok mereka dan bermuamalah bersama mereka
seperti bermuamalah dengan orang Kafir serta menghalalkan darah dan harta
mereka.
4. Memalingkan
dalil-dalil yang berkaitan dengan Amar Ma’ruf Nahi Munkar kepada amalan
pemberontakan dan penggulingan pemerintahan dan memerangi orang yang
menyelisihi mereka.
5. Diikuti
oleh kebanyakan para pemuda belia yang dangkal keilmuan agamanya.
6. Memiliki
sikap berlebihan di dalam beragama bersamaan dengan tampaknya tanda-tanda
ibadah secara dhohir seperti Sholat, Puasa, zuhud dan wara’.
7. Memerangi
dan membunuh orang muslim, akan tetapi membiarkan orang-orang kafir dan
musyrik.
8. Memvonis
kafir seluruh masyarakat bahkan mengkafirkan orang yang tidak sependapat dengan
mereka.
9. Menghindari
shalat dibelakang orang yang tidak sefaham dengan mereka
10. Mengajak
orang untuk bersikap radikal, keras, memberontak kepada pemerintahan yang ada
11. Berlebihan
dalam urusan far'iyyat dan mengabaikan yang prinsip sehingga mereka hanya
mengenal dua hukum ,wajib atau haram,padahal hukum itu ada lima dan agama islam
ini diletakkan diatas prinsip memberi kemudahan dan kelapangan"
Sebagaimana sikap guluw
di larang dalam islam maka sikap sebaliknya juga di larang yaitu sikap meremeh
remehkan dalam islam karena ini adalah sikapnya orang orang kafir dan orang
orang yang tidak peduli dengan agama.
Contoh sikap
Menyepelekan dalam islam
1.
Menganggap rasulullah seseorang
yang juga perlu di kritisi, tidak di benarkan secara mutlak.
2. Memahami
agama tidak sebagaimana pemahaman para sahabat
3. Anggapan
semua agama adalah benar.
4. Orang
kafir hanyalah mereka yang tidak berpegang dengan agama.
5. Kebenaran
menurut mereka adalah nisbi( menurut pandangan masing-masing)
6. Hukum
agama tidak boleh di terapkan di dalam negara.
7. Menyamakan
gender (laki-laki dan perempuan)
8. Memperjuangkan
kelompok penyimpang sexsual seperti gay, homo dan lisbi
9. Tidak
adanya al wala’ dan AL baraa’ di dalam agama mereka.
10. Adanya
ilmu laduni, maka jelas hal ini akan berbahaya di karenakan: Dapat Menjauhkan diri dari
menuntut ilmu syar’i, Menghancurkan sanad-sanad hadits dan menshahihkan
hadits-hadits dha’if (lemah), Menganggap menimba ilmu (hadits) sebagai
perbuatan aib dan merupakan jalan menuju kemaksiatan serta kesalahan. dll.
Gambaran islam agam pertengahan
Islam agama pertengahan di antara agama agama yang ada
Di antara contoh contoh pertengahan islam di antara agama agama yang ada, adalah dalam
hal ketuhanan di mana:
·
Orang
orang yahudi mengatakan dan mensifati allah dengan sifat makhluk
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ
Sesungguhnya Allah
telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah
miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan
perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan
mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar."
(Al Imron 181)
Bahkan mereka
mengatakan bahwa Allah ta'ala lelah setelah mencipkan langit dan bumi kemudian
beristirahat pada hari sabtu.
·
Orang orang nashrani mensifati makhluk
dengan sifat khusus bagi Allah ta'ala, seperti mensifati Nabi Isa 'Alahi salam
sebagai salah satu dari tiga tuhan , atau anak tuhan atau dialah tuhan.
·
Orang orang Nashrani sangat Guluw
terhadap para nabi dan rahib mereka hingga mendudukan mereka sebagai tuhan
selain Allat ta'ala
firman Alloh ta’ala: “Mereka menjadikan
pemimpin-pemimpin dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Alloh
(At Taubah:31)”,
Begitu juga sikap
mereka terhadap para nabi dan orang orang shalih.
·
Orang Orang yahudi justru membunuh
para nabi dan orang orang soleh mereka
إِنَّ
الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ
حَقٍّ وَيَقْتُلُونَ الَّذِينَ يَأْمُرُونَ بِالْقِسْطِ مِنَ النَّاسِ
فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Sesungguhnya orang-orang
yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memamg tak
dibenarkan dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil, maka
gembirakanlah mereka bahwa mereka akan menerima siksa yg pedih (Al Imron 21).
Begitu juga sikap mereka
terhadap masalah halal dan haram.
·
Orang orang
yahudi sangat berlebihan sehingga mengharamkan yang Allah ta'ala halalkan Alla
ta'ala berfirman:
فَبِظُلْمٍ مِنَ الَّذِينَ هَادُوا حَرَّمْنَا
عَلَيْهِمْ طَيِّبَاتٍ أُحِلَّتْ لَهُمْ وَبِصَدِّهِمْ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
كَثِيرًا
Maka disebabkan kezaliman orang-orang
Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya)
dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi (manusia) dari
jalan Allah (An Nisa' 160)
·
Orang orang Nashrani mereka sangat
meremehkan dengan membolehkan setiap yang di haramkan Allah ta'ala kepada
mereka.
وَمُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ
التَّوْرَاةِ وَلِأُحِلَّ لَكُمْ بَعْضَ الَّذِي حُرِّمَ عَلَيْكُمْ وَجِئْتُكُمْ
بِآيَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ
Dan (aku datang kepadamu) membenarkan Taurat
yang datang sebelumku, dan untuk menghalalkan bagimu sebagian yang telah
diharamkan untukmu, dan aku datang kepadamu dengan membawa suatu tanda
(mukjizat) daripada Tuhanmu. Karena itu bertakwalah kepada Allah dan taatlah
kepadaku.(Al Imron: 50).
Islam agama pertengahan di antara kelompok kelompok dalam islam
1. Dalam masalah nama dan sifat Alloh
ta’ala
- Kelompok Jahmiyah: berlebihan di dalam menafikan nama dan sifat bagi Alloh ta’ala.
- Kelompok Musyabbihah: berlebihan di dalam menetapkan nama dan sifat, sampai mereka menyamakan Alloh ta’ala dengan makhluknya.
2. Dalam masalah Taqdir
- Kelompok Qodariyah: berlebihan di dalam menetapkan kehendak Alloh ta’ala, sampai menafikan Taqdir Alloh ta’ala bagi makhluk dan menetapkan bahwa makhluk menciptakan perbuatannya sendiri.
- Kelompok Jabriyah: berlebihan di dalam menetapkan kehendak Alloh ta’ala, sampai menafikan ikhtiyar makhluk dan menetapkan bahwa semua yang dilakukan makhluk hakikatnya adalah perbuatan Alloh ta’ala.
3. Dalam masalah penamaan iman dan
agama
- Kelompok Khowarij: berlebihan di dalam permasalahan iman sampai mereka mengkafirkan orang yang berbuat maksiat walaupun hanya sekali, maka halal darah dan hartanya.
- Kelompok Mu’tazilah: berlebihan sampai mengatakan bahwa orang yang berbuat maksiat tidak dikatakan orang muslim atau kafir, tetapi berada di antara dua perkara ini, sedangkan di akhirat dia kekal di neraka.
- Kelompok Murji’ah: meremehkan di dalam mensikapi pelaku kemaksiatan, sampai mengatakan bahwa amalan tidak termasuk masalah iman. Maka orang yang bermaksiat walaupun sebanyak apapun tidak akan mengeluarkan dari iman. Dan banyak lagi contoh tontoh lain yang tidak bisa kita bentangkan dalam makalah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar